Homili Pesta Takhta Santo Petrus – 2016

Pesta Taktha St. Petrus
1Ptr 5:1-4
Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6
Mat 16:13-19

Tu Es Petrus!

Pope FrancisPada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta Takhta Suci St. Petrus. Saya memberi judul renungan: “Tu Es Petrus”. Artinya, “Engkaulah Petrus”. Kalimat “Tu Es Petrus”, diucapkan pertama kali oleh Tuhan Yesus Kristus kepada Petrus, setelah ia mengakui imannya di Kaisarea Filipi. Tuhan Yesus berkata: “Tu es Petrus et super hanc petram aedificabo ecclesiam meam et tibi dabo claves regni caelorum”. Artinya: “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini, Aku akan mendirikan jemaat-Ku, dan aku memberikan kepadamu kunci kerajaan surga.” (Mat 16:18-19). Kalimat ini terkenal sepanjang zaman, bukan hanya dalam kaitannya dengan hirarki Gereja, tetapi juga dalam hubungannya dengan keindahan. Misalnya, di Gereja St. Petrus, Vatican, pada kubahnya tertulis “Tu es Petrus et super hanc petram”. Kalimat yang sama juga menjadi syair musik liturgi yang indah untuk mengenang wakil Kristus mulai dari St. Petrus hingga para Paus saat ini. Lagu Tu es Petrus biasanya dinyanyikan dalam perayaan liturgi meriah bersama Bapa Paus. Beberapa syair lagu ini dikenal sejak abad ke-XVI dalam misa Palestrina, syair gubahan Jean Mouton (akhir abad ke XVI), William Byrd (1607), Johan Michael Haydn (abad ke-XVIII), Felix Mendelsshon (1827) hingga Maurice Durufle (1960).

Mengapa kita merayakan pesta Takhta St. Petrus? Menurut cerita lisan yang beredar di kalangan gereja, St. Petrus yang diberi kuasa oleh Yesus untuk memimpin Gereja dengan mendirikan dua buah tahkta keuskupan. Yang pertama didirikan di Antiokhia, di tengah-tengah kaum Yahudi dan orang  orang kafir pada tahun 35. Disana Petrus memimpin jemaatnya selama tujuh tahun. Setelah dua kali mengunjungi Roma, maka pada tahun 65 ia menetap disana sebagai Uskup pertama. Maksud pesta Tahkta suci Santo Petrus adalah untuk menghormati Petrus sebagai Wakil Kristus dan gembala tertinggi gereja yang mempunyai kuasa rohani atas segenap anggota gereja dan semua gereja setempat. Kuasa Petrus ini yang lazim disebut Primat Petrus – diberikan langsung oleh Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga (Yoh 21:15-19).

Kisah panggilan Petrus menjadi murid Yesus hingga terpilih menjadi pemimpin jemaat adalah sesuai rencana dan kehendak Tuhan. Tuhan Yesus sendiri yang mengundang Simon Petrus dan memberi kuasa kepadanya untuk menjadi abdi dan pelayan bagi para rasul dan seluruh Gereja. Mungkin banyak orang bertanya mengapa Petrus yang ditentukan Tuhan untuk menempati Takhta Suci bukan rasul yang lain. Di dalam Injil, Petrus dikisahkan sebagai pribadi yang mudah terombang-ambing. Ia mudah untuk berjanji: “Aku akan menyerahkan diriku kepada-Mu” (Yoh 13:37). Dia juga berjuang untuk menjaga Yesus ketika Yesus ditangkap di Getzemani dengan memotong telinga Malkhus seorang abdi imam agung (Yoh 18:10). Tetapi situasinya berubah ketika Yesus sudah ditangkap dan memulai penderitaanNya. Petrus hanya mengikutiNya dari jauh, bahkan menyangkalNya sebanyak tiga kali. Ia tiga kali menyangkal Yesus, nantinya berubah menjadi tiga kali mengakui bahwa ia mengasihi Yesus lebih dari yang lain sehingga dipercayakan untuk menggembalakan domba-domba milik Yesus.

Kita merayakan Pesta Takhta Suci berarti merayakan Martabat kepausan. Takhta biasa disebut cathedra, tempat duduk bagi Uskup untuk melayani, mempersatukan dan mengajar umat Allah di keusukupannya. Itu sebabnya kita mengenal Gereja katedral yakni bangunan Gereja di mana terdapat kursi atau Takhta dari uskup setempat. Uskup sebagai pemersatu dan pelindung seluruh gereja lokal atau keuskupannya. Paus adalah Uskup di Roma. Ketika ia duduk di Takhtanya, ia juga melayani, mengajar dan mempersatukan seluruh Gereja universal. Paus adalah servus servorum Dei (hamba dari para hamba Allah).

Petrus dalam bacaan hari ini mengingatkan para penatua, khususnya pengganti rasul-rasul untuk menggembalakan kawanan domba Allah yang telah dipercayakan kepada mereka, bukan dengan terpaksa tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, bukan untuk mencari keuntungan tetapi dengan pengabdian diri (1Ptr 5:2). Pesan Petrus bagi para penatua masih aktual hingga saat ini. Sebuah pesan yang sangat menantang  bagi para gembala. Artinya bahwa dalam menjalankan tugas kegembalaan, para gembala haruslah menjalaninya dengan sukarela sesuai kehendak Allah dan tidak mencari keuntungan, popularitas dan lain sebagainya. Para gembala membawa umat Allah kepada Kristus bukan bagi dirinya sendiri.

Para gembala menurut Petrus, bukanlah orang yang berbuat seolah-olah mau memerintah dengan kuasa penuh, dengan tangan besi, tetapi menjadi teladan bagi kawanan domba. Gembala yang baik bagi kawanan domba selalu mencari domba untuk melayani dan menyelamatkan. Gembala menunjukkan teladan yang baik bagi kawanan domba Allah. Dengan demikian mereka juga akan menerima mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu dari Tuhan sendiri. Gembala yang baik rela menyerahkan nyawa bagi domba-dombanya. Tuhan Yesus adalah gembala yang baik dan Ia menginspirasikan Gereja untuk menghayati kehidupan yang sama. Para gembala hendaknya seperti Kristus yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani bahkan menyerahkan nyawanya.

Bapa Paus Fransiskus yang memimpin Gereja saat ini dikenal sebagai Paus Kerahiman. Perkataan ini kiranya berhubungan dengan cita-cita dan harapan beliau untuk menghadirkan Allah yang kita imani sebagai Allah yang maharahim. Dalam Bulla Misericordiae Vultus, beliau mengatakan bahwa Yesus Kristus menghadirkan wajah kerahiman Allah. Untuk itu Paus mengharapkan agar Gereja terus menerus memaklumkan Sabda Allah di dunia ini sebagai sabda pengampunan dan kerahiman Allah kepada semua orang.

Satu hal konkret yang sedang ramai diperbincangkan di seluruh dunia adalah seruan dan harapan bapa Suci kepada bangsa-bangsa untuk mengakhiri hukuman mati kepada para tawanan. Bagi Paus, tahun Yubileum ini menjadi kesempatan untuk mempromosikan bertambahnya kematangan hidup kita untuk menghormati kehidupan dan hak-hak azasi manusia. Ia mengharapkan supaya Gereja bisa bekerja demi usaha menghapus hukuman mati. Ia juga mengharapkan kepala pemerintahan khususnya yang beriman kepada Kristus untuk ikut memperjuangkan penghapusan hukuman mati. Tentu saja perkataan paus Fransiskus ini adalah dalam kapasitasnya sebagai pemimpin rohani Katolik di seluruh dunia.

Pada hari ini kita berdoa, memohon supaya Tuhan memberikan anugerah berlimpah bagi Bapa Paus. Semoga ia menjadi gembala yang baik, wakil Kristus yang melakukan pekerjaan-pekerjaan Kristus di dunia ini dengan sempurna sehingga gereja ini menjadi Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolis.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply