Homili 25 Februari 2016

Hari Kamis, Pekan Prapaskah II
Yer. 17:5-10
Mzm. 1:1-2,3,4,6
Luk. 16:19-31

Tuhanlah andalanku!

imageSaya barusan mendapat pesan singkat yang dibroadcast oleh seorang sahabatku. Ia menulis: “Demikianlah pengalaman semua orang yang melupakan Allah; maka lenyaplah orang fasik, yang andalannya seperti benang laba-laba, kepercayaannya seperti sarang laba-laba.” (Ayb 8:13). Saya berusaha untuk memahami maksud sahabat yang mengirim kutipan ayat ini dan maksud ayat istimewa dari Kitab Ayub ini. Sahabat saya mungkin mau mengingatkan kami semua para sahabatnya untuk memilih mengandalkan Tuhan dari pada mengandalkan manusia. Banyak kali orang lebih suka mengandalkan kekuatan manusiawinya dari pada mengandalkan Tuhan. Dalam Kitab Ayub sendiri ini adalah perkataan Bildad orang Suah yang membela keadilan hukum Allah. Oleh karena itu orang harus bersikap takut akan. Takut akan Allah harus membuat kita menjauhi kejahatan (Ams 16:6) dan membenci dosa yang tidak diperkenan oleh-Nya dan yang menghancurkan kita dan anggota keluarga kita. Masa prapaskah menjadi masa istimewa bagi kita untuk takut akan Allah dengan mentaati dan melakukan perintah dan sabda-Nya.

Tuhan melalui nabi Yeremia menubuatkan sebuah tatanan hidup yang baik dan teratur. Itulah sebabnya, Yeremia sangat vocal terhadap situasi sosial dan politik pada zamannya. Akibatnya ia juga mendapat perlakuan yang tidak baik dari orang-orang dekatnya, bahkan diancam dengan pembunuhan. Nabi Yeremia tetap tabah karena yang dicarinya adalah bagaimana melakukan kehendak Tuhan dengan sempurna. Nabi Yeremia mengandalkan Tuhan dalam hidupnya sedangkan banyak orang masih mengandalkan kekuatan manusia. Maka melalui nabi Yeremia, Tuhan berkata: “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada Tuhan! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk.” (Yer 17:5-6).

Kalau mengandalkan manusia maka kutukanlah yang akan diterima dan dirasakan. Lalu bagaimana dengan mereka yang mengandalkan Tuhan? Nabi Yeremia berkata: “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan!” (Yer 17:7). Orang yang menaruh harapannya atau yang mengandalkan Tuhan akan mendapat berkat melimpah. Bagi nabi Yeremia, “Orang yang mengandalkan Tuhan akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.” (Yer 17:8). Tuhan memberikan segala sesuatu dan manusia merasakan kelimpahannya. Nabi Yeremia menghadirkan figur Allah sebagai Bapa yang berbelas kasih. Karena itu baginya, “Tuhan selalu menyelidiki hati, yang menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah langkahnya, setimpal dengan hasil perbuatannya.” (Yer 17:10). Kehidupan nabi Yeremia menjadi sempurna karena ia mengandalkan Tuhan di dalam hidupnya.

Penginjil Lukas menceritakan di dalam Injil kisah dua orang yang berbeda status sosial dan hidup di dalam satu dunia yang sama. Orang pertama adalah seorang kaya yang selalu mengandalkan harta kekayaannya. Ia selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Orang kedua adalah seorang miskin bernama Lazarus (Eleazar), artinya Allah menolong. Badanya penuh dengan borok dan berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, memakan remah-remah yang jatuh dari meja orang kaya dan anjing-anjing juga menjilat boroknya. Orang kaya dan miskin sama-sama berada di dalam dunia, tetapi banyak kali tidak saling mengingat satu sama lain.

Kedua orang ini meninggal dunia. Lazarus meninggal dunia dan dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Sedangkan orang kaya meninggal dunia dan mengalami penderitaan di neraka. Di dunia yang lain ini, Lazarus dan orang kaya mengalami perubahan status. Lazarus merasakan kebahagiaan karena selama hidupnya dia seorang anawim yang mengandalkan Tuhan. Sedangkan orang kaya lebih mengandalkan kekayaan dan dirinya sendiri. Dengan demikian menjadi nyata bahwa orang yang mengandalkan Tuhan merasakan kebahagiaan, sedangkan orang yang mengandalkan dirinya akan mengalami penderitaan.

Selama masa prapaskah ini kita semua diingatkan Tuhan untuk membuka mata dan memberi perhatian kepada sesama manusia, terutama mereka yang miskin. Tuhan Yesus mengatakan bahwa segala sesuatu yang kita lakukan kepada saudara yang paling hina, kita lakukan untuk Yesus sendiri. Mari kita berusaha mengandalkan Tuhan dan berani melupakan diri sendiri. Apakah anda mengandalkan Tuhan?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply