Homili 8 Maret 2016

Hari Selasa, Pekan Prapaskah IV
Yeh 47:1-9.12
Mzm 46:2-3.5-6.8-9
Yoh 5:1-16

Aku melihat air mengalir

imageAir adalah salah satu kebutuhan pokok kita semua. Di mana-mana orang mengadakan kampanye untuk melestarikan hutan, mengadakan reboisasi mencegah terjadinya kebakaran dan penggundulan hutan. Prinsip bernuansa ekologis “go green” ditawarkan kepada semua orang dan menunggu bagaimana orang menyikapinya secara global. Pada saat musim kemarau panjang yang lalu, saya menyaksikan begitu banyak orang kesulitan untuk mencari air bersih. Mereka harus melakukan perjalanan yang jauh untuk bisa mendapatkan air bersih. Adalah sebuah pemandangan menarik di kota Dili Timor Leste. Ketika musim hujan tiba, saya melihat banyak orang turun ke jalan-jalan di kota untuk bermain dengan air hujan dan melihat banjir yang mengalir di kali mati Comoro. Mereka juga melihat air dan menikmati air yang mengalir di selokan dan di kali mati yang lain. Saya sempat bertanya kepada seorang pemuda tentang apa yang sedang dilihatnya di kali mati Comoro. Ia mengatakan kepada saya bahwa setelah berbulan-bulan menunggu, akhirnya ia bisa melihat air kembali mengalir di kali mati itu.

Pada pekan ke-IV masa Prapasakah ini, salah satu fokus perhatian kita adalah air dan maknanya dalam sakramen permbaptisan. Air berguna untuk menguduskan dan membersihkan manusia. Air adalah salah satu simbol Roh Kudus dalam sakramen Pembaptisan. Kita tahu bahwa membaptis berarti menenggelamkan ke dalam air. Seseorang yang dibaptis, ditenggelamkan ke dalam kematian Kristus dan bangkit bersama-Nya sebagai ciptaan baru (2Kor 5:17). Maka pada pekan ke-IV atau pekan suka cita ini kita memfokuskan perhatian kepada karya Roh Kudus di dalam Gereja.

Pada hari Selasa ini kita mendengar kesaksian dan pengalaman hidup dalam Roh oleh nabi Yehezkiel. Ia memiliki penglihatan bahwa dirinya dibimbing oleh malaikat menuju ke pintu utama Bait Suci di Yerusalem. Di Bait Suci itu ia melihat air keluar dari bawah ambang pintunya. Malaikat itu menyuruh nabi Yehezkiel untuk masuk ke dalam air beberapa kali setelah mengukurnya seribu hasta. Lama kelamaan air itu bertambah menjadi sebuah sungai yang mengalir sehingga sulit untuk diseberangi Yehezkiel. Sungai yang keluar dari bait suci itu mengalir menuju ke Laut Mati. Di setiap pinggir sungai itu terdapat banyak pohon buah-buahan, daun-daunnya tidak layu, buahnya pun tidak habis-habis. Buahnya justru menjadi makanan dan daunnya menjadi obat.

Sebagaimana saya katakan di atas bahwa air adalah simbol Roh Kudus. Bait Suci adalah shekina, tempat Tuhan bersemayam. Maka dari bait-Nya yang kudus ini, Tuhan menganugerahkan rahmat-Nya yang berlimpah rua kepada semua orang di seluruh muka bumi. Hal ini disimbolkan dengan pohon-pohon yang menjadi makanan dan obat-obatan sebagai anugerah bagi kehidupan manusia.

Dalam Ritus Misa Tredentine, bagian Tobat di dalam Misa Kudus, kadang-kadang menggunakan lagu Asperges Me dalam masa biasa atau dalam masa Paskah menyanyikan “Vidi Aquam” hingga perayaan Yesus naik ke surga. Selengkapnya lirik lagu vidi aquam dari Kitab Yehezkiel berbunyi: “Vidi aquam, agredientem de templo a latere dextro, Alleluia: et omnes, ad quos pervenit aqua ista, salvi facti sunt, et dicent, aleluia, aleluia” (Aku melihat air mengalir dari bait Allah di sebelah kanan, alleluia dan semua yang didatangi diselamatkan dan berkata, alleluia, alleluia).

Dalam bacaan Injil kita mendengar kisah penyembuhkan yang dilakukan Tuhan Yesus di kolam Betesda. Kolam itu memiliki lima serambi, dan terbaring di sana banyak orang sakit, di antaranya orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh yang sedang menantikan goncangan air. Konon malaikat Tuhan turun untuk menggoncangkan air dan menyembuhkan banyak orang yang cepat masuk ke dalam air. Ada seorang yang sakit 38 tahun. Tuhan Yesus memiliki inisiatif pertama untuk mendekatinya dan menyembuhkannya.

Proses penyembuhannya juga istimewa. Tuhan Yesus yang melakukan pendekatan pertama untuk menyembuhkannya. Di pihak si sakit, ia sendiri masih mencari upaya pembenaran diri, menyebut berbagai alasan untuk membenarkan diri dengan derita selama tiga puluh delapan tahun. Tuhan Yesus tidak bermaksud mendengar usaha pribadi orang ini, tetapi Ia datang untuk melepaskan derita manusia. Ia berkata: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” (Yoh 5:8). Orang itu sembuh total karena kuasa Sabda Yesus.

Masalah yang muncul adalah bahwa kisah penyembuhan ini terjadi pada hari Sabat. Maka orang-orang Yahudi menegur orang lumpuh yang sudah berjalan sambil memikul tilamnya. Orang Yahudi menanyakan alasan mengapa ia memikul tilamnya pada hari Sabat dan ia menjawab mereka bahwa orang yang menyembuhkannya itu memperbolehkannya untuk membawa tilamnya. Sayang sekali karena orang ini sambil membela dirinya di depan kaum Yahudi, ia juga tidak mengenal Yesus yang sudah menyembuhkannya. Yesus lagi yang memiliki inisiatif untuk menyembuhkannya dan mendekatinya sambil menegurnya: “Engkau telah sembuh, jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi lagi yang lebih buruk.” (Yoh 3:14) Teguran ini membangkitkan jiwa misioner orang ini. Ia mengatakan kepada kaum Yahudi bahwa Yesuslah yang menyembuhkannya. Benih kebencian kepada Yesus karena tidak mengikuti hari Sabat bertambah lagi.

Kita bersyukur kepada Tuhan karena dengan kuasa-Nya, Ia menyembuhkan dan menguatkan kita semua. Ia menguduskan kita pertama kalinya saat dibaptis. Kitapun diingatkan untuk melihat air sumber kehidupan. Air juga yang menghidupkan banyak orang secara jasmani dan rohani. Semoga kita semua membaharui janji baptis dan sungguh-sungguh menjadi manusia baru.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply