Homili 9 Maret 2016

Hari Rabu, Pekan Prapaskah IV
Yes 49:8-15
Mzm 145: 8-9.13c-14.17-18
Yoh 5:17-30

Aku bangga memiliki Bapa!

imageSaya pernah diundang untuk merayakan misa syukur ulang tahun ke-80 seorang Bapa. Perayaan ekaristi dihadiri oleh seluruh keluarga besar dan para sahabat kenalan dan berlangsung meriah, suasana ramah-tamahnya juga berlangsung penuh kekeluargaan dan persahabatan. Salah seorang putranya didaulat untuk memberi kesaksian tentang bapaknya. Ia mengatakan rasa bangganya memiliki sosok seorang bapak yang hebat dan patut menjadi idolanya. Mengapa ia bangga dan mengidolakan bapanya? Karena ia menemukan di dalam diri bapaknya sosok seorang sahabat dan pendidik sejati. Bapaknya berbicara sedikit, tekun bekerja, setia dalam perkawinannya dan beriman. Bapaknya menjadi guru kehidupannya. Semua orang yang hadir juga mengakui pengalaman anaknya ini. Mereka semua merasa bahwa bapanya adalah figur yang kuat dan hebat. Saya yang mendengar kesaksian ini yakin bahwa kita semua memiliki pengalaman yang indah dengan figur bapa (our natural father) kita masing-masing. Ia dengan caranya tersendiri ikut membentuk kepribadian kita masing-masing.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Rabu ini membantu kita untuk bersyukur kepada Tuhan karena segala kebaikan dan kerahiman-Nya. Dalam Kitab nabi Yesaya, Tuhan digambarkan laksana seorang Bapa yang baik dan setia. Ia menunjukkan keterbukaan-Nya kepada semua umat-Nya. Hal ini terungkap dalam perkataan-Nya: “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan menjawab engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau; Aku telah membentuk dan memberi engkau, menjadi perjanjian bagi manusia, untuk membangunkan bumi kembali dan untuk membagi-bagikan tanah pusaka yang sudah sunyi sepi, untuk mengatakan kepada orang-orang yang terkurung: Keluarlah! kepada orang-orang yang ada di dalam gelap: Tampillah! Di sepanjang jalan mereka seperti domba yang tidak pernah kekurangan rumput, dan di segala bukit gundulpun tersedia rumput bagi mereka.” (Yes 49:8-9).

Tuhan menunjukkan diri-Nya sebagai Pribadi yang bersahabat karena Ia bisa mendengar dan menjawabi umat-Nya. Ia bisa menolong umat-Nya dengan membebaskan mereka yang terkurung dan yang berada dalam kegelapan. Dia laksana seorang gembala baik yang menuntun domba-dombanya untuk memakan rumput di perbukitan dan meminum air di padang gembala. Ia juga menyiapkan tempat untuk melindungi domba-dombanya dari panas terik dan angin panas. Gunung-gunung pun akan dibuat jalan raya yang bagus supaya bisa dilewati umat-Nya. Dengan demikian yang ada pada Tuhan hanya sukacita dari umat-Nya seperti ini: “Bersorak-sorailah, hai langit, bersorak-soraklah, hai bumi, dan bergembiralah dengan sorak-sorai, hai gunung-gunung! Sebab Tuhan menghibur umat-Nya dan menyayangi orang-orang-Nya yang tertindas.” (Yes 49:13).

Semua yang digambarkan di atas adalah gambaran kebaikan-kebaikan Tuhan. Dialah yang Bapa yang kekal dan baik bagi semua orang. Namun Sion merasakan sesuatu yang berbeda yakni bahwa Tuhan telah melupakannya. Karena itu Tuhan menunjukkan diri-Nya sebagai sebagai Bapa yang berhati ibu dengan berkata: “Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.” (Yes 49:15). Ini adalah cara bagaimana Tuhan menunjukkan diri-Nya sebagai Bapa dan gembala yang baik, dan di saat yang sama memiliki hati seorang ibu yang senantiasa mengingat dan mengasihi anak-anakNya. Ia tidak akan melupakan umat kesayangan-Nya. Kerahiman-Nya melingkupi semua orang yang percaya kepada-Nya.

Pemazmur menyadari kebapaan Allah sehingga mengatakan bahwa Tuhan adalah Bapa pengasihi dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Tuhan itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya. Tuhan juga setia dalam perkataan-Nya dan adil dalam segala jalan-Nya. Ia dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan (Mzm 145: 8-9.13c-14.17-18). Luar biasa Tuhan kita. Ia mengasihi dan sabar dengan kita semua.

Gambaran Allah sebagai Bapa yang baik hati dan penuh kerahiman ini menjadi nyata dan sempurna dalam diri Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus. Dalam Injil Yohanes, Tuhan Yesus berkata: “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga” (Yoh 5:17). Bapa senantiasa bekerja, menciptakan segala sesuatu bagi manusia, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Kita semua bisa menyaksikan bumi dan isinya sebagai karya ciptaan Tuhan yang kelihatan di mata kita. Perkataaan Yesus ini senantiasa mengundang kita semua untuk ikut terlibat, ikut bekerja bersama Tuhan untuk melestarikan bumi dan segala ciptaan-Nya.

Di dalam Injil Yohanes dikisahkan juga bahwa Yesus memanggail Allah sebagai Bapa-Nya sehingga menimbulkan polemik baru. Ia tidak hanya meniadakan hari Sabat, tetapi dengan terang-terangan menyapa Allah sebagai Bapa-Nya. Bagi kaum Yahudi, Yesus telah berlaku tidak menghormati Allah karena Ia sebagai manusia yang menyamakan diri-Nya dengan Allah. Mereka marah dan mau membunuh Yesus.

Lalu apa reaksi dari Yesus terhadap kaum Yahudi? Ia mengakui bahwa segala pekerjaan yang dilakukan-Nya adalah pekerjaan Bapa. Ia tidak melakukan-Nya sendiri tetapi Ia justru melihat dan mengerjakannya seperti contoh yang dilakukan Bapa-Nya. Pekerjaan-pekerjaan itu bisa terlaksana dengan baik karena ada ikatan kasih di antara Bapa dan Anak dan antara Anak dan Bapa. Yesus juga mengatakan bahwa Bapa akan menunjukkan pekerjaan yang lebih besar yang mengherankan mereka semua yakni membangkitkan orang-orang dari kematian kekalnya. Hal yang sama akan dilakukan Yesus sebagai Anak dengan membangkitkan orang-orang mati sesuai kehendak-Nya. Bapa juga menyerahkan ke dalam tangan Anak-Nya kekuasaan untuk menghakimi. Dengan demikian semua orang akan menghormati Bapa dan Anak. Penghakiman yang dilakukan Yesus adalah penghakiman yang adil karena merupakan kehendak Bapa. Ini juga yang menjadi kepercayaan kita bahwa Ia akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati.

Sabda Tuhan pada hari Rabu ini sangat indah untuk kita renungkan dan lakukan di dalam hidup pribadi kita. Kita percaya bahwa Tuhan adalah Bapa yang berhati ibu, penuh kerahiman dan tidak akan melupakan kita semua. Kita mendapat gambaran-gambaran yang sangat menguatkan kita bahwa Dia itu pengasihi dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Ia juga senantiasa bekerja hingga saat ini. Semua pekerjaan-Nya dilakukan dengan sempurna oleh Yesus dan pekerjaan yang paling sempurna adalah membangkitkan manusia dari kematian kekalnya. Tuhan Yesus juga wafat dan bangkit bagi kita semua. Kita harus bangga karena memiliki Allah sebagai Bapa yang baik.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply