Homili 18 Maret 2016

Hari Jumat, Pekan Prapaskah V
Yer 20:10-13
Mzm 18:2-3a.3b-4.5-6.7
Yoh 10: 31-42

Banyak orang tetap percaya kepada-Nya

imageSaya adalah salah seorang warga DKI Jakarta sejak tahun 1991. Meskipun sudah menetap di kota Dili, Timor Leste, namun saya tetap mengikuti perkembangan kota Jakarta, terutama menjelang pemilihan umum kepala daerah tahun 2017 mendatang. Sudah banyak bakal calon Gubernur yang sedang melewati proses penyaringan oleh partai-partai politik tertentu dan Pak Ahok, gubernur yang sekarang ini sedang bertugas, berani maju melalui jalur independen. Hal yang menarik perhatian dalam proses ini adalah bakal calon gubernur dan orang-orang tertentu mulai terbiasa menilai calon lain hanya dari sisi kelemahannya saja tanpa mengapresiasi kelebihan calon yang lain. Mungkin kebiasaan ini merupakan hal yang paling mudah masuk dalam pikiran orang-orang tertentu dibandingkan dengan melihat dan mengapresiasi kebaikannya. Misalnya, banyak orang mendukung Ahok karena melihat kinerjanya benar-benar nyata tetapi orang tidak mengapresiasi, malah mengecam atau menilainya sebagai orang bersalah secara berlebihan, melontarkan issue SARA, issue minoritas dan mayoritas yang sebenarnya sudah tidak elok lagi di zaman modern ini. Orang-orang yang dianggap berpendidikan tetapi cara berpikirnya malah lebih rendah dari orang-orang yang pendidikannya rendah. Saya tertarik dengan pernyataan beberapa masyarakat biasa: “Kalau ada orang baik, jujur dan bersih, mengapa kita takut untuk mendukungnya?” Hampir setiap media sosial dan media online memiliki nilai kebencian yang tinggi terhadap pribadi tertentu. Ini menunjukkan bahwa banyak orang belum berbudaya.

Sambil mengingat situasi di ibu kota Jakarta dan figur Ahok, saya membayangkan situasi dan pengalaman Tuhan Yesus Kristus lebih dari dua ribu tahun silam. Tuhan Yesus juga tampil sebagai utusan Bapa surgawi untuk menebus dosa manusia. Ia melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa dengan menghadirkan Kerajaan-Nya, mengajar dengan kuasa dan wibawa dan melakukan tanda-tanda heran. Ia juga mengakui persekutuan-Nya sebagai Anak dengan Bapa-Nya dalam Roh Kudus. Ia memanggil Allah sebagai Bapa-Nya, mengakui bahwa Ia mengenal-Nya, dan melakukan semua pekerjaan-Nya. Bapa juga memuliakan Yesus sebagai Anak-Nya. Orang-orang Yahudi menganggap Yesus menghujat Allah dan hukumannya adalah kematian.

Pada hari ini kita mendengar sebuah kisah Injil yang menarik perhatian. Orang-orang Yahudi tidak melihat perbuatan baik dalam pekerjaan-pekerjaan Yesus tetapi hanya melihat kelemahan-kelemahan dari sisi hukum Tauratnya. Artinya, segala pekerjaan baik dari Yesus selalu dianggap berlawanan dengan hukum Taurat. Sebab itu, orang-orang Yahudi mau melempari-Nya dengan batu. Yesus mengetahui semuanya ini dan berkata: “Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku Kuperlihatkan kepadamu; manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku dengan batu?” (Yoh 10:33). Orang-orang Yahudi membenarkan diri mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak mempersoalkan perbuatan-perbuatan baik Yesus tetapi bahwa kesalahan Yesus adalah menghujat Allah. Ia patut dilempari dengan batu karena menghujat Allah dengan mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya. Dengan demikian, Ia menganggap diri-Nya sama dengan Allah. Sikap orang Yahudi ini berdasar pada Torah yang mengatakan: “Siapa yang menghujat nama Tuhan, pastilah dihukum mati dan dilontari dengan batu oleh seluruh jemaah itu. Baik orang asing mau pun orang Israel asli, bila ia menghujat nama Tuhan, harus dihukum mati.” (Im 24:16).

Tuhan Yesus mempertahankan diri-Nya dengan mengutip Kitab Mazmur: “Aku sendiri telah berfirman: “kamu adalah allah, dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian” (Mzm 80:6). Yesus menambahkan “Padahal Kitab Suci tidak dapat dibatalkan! Maka, Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah, masihkan kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang diutus-Nya ke dalam dunia sebagai orang yang menhujat Allah!” Yesus lalu mengajak mereka supaya percaya kepada semua pekerjaan-Nya meskipun mereka tidak percaya kepada pribadi-Nya, karena pekerjaan-pekerjaan-Nya adalah pekerjaan Bapa. Dikisahkan bahwa pada akhirnya orang-orang Yahudi mencoba menangkap-Nya tetapi mereka tidak dapat melakukannya. Yesus memilih menghindar ke seberang sungai Yordan dan banyak orang mencari serta mengakui semua pekerjaan-Nya. Banyak di antara mereka percaya kepada-Nya.

Pengalaman Yesus adalah pengulangan pengalaman para nabi. Misalnya nabi Yeremia. Ia menerima banyak penderitaan dari orang-orang yang berada bersamanya. Karena itu ia berkeluh-kesah akibat tekanan dari jabatannya. Ia mendengar bisikan dari banyak orang: “Kegentaran dari segala jurusan! Adukanlah dia! Mari kita mengadukan dia!” (Yer 20:10). Lebih lanjut nabi Yeremia mengatakan bahwa semua sahabat karibnya tetap mengintai apakah ia bisa tersandung jatuh. Namun demikian, Yeremia memiliki kekuatan yang berasal dari Tuhan. Ia mengakui: “Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh, dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali sebab mereka tidak berhasil; suatu noda yang selama-lamanya tidak akan terlupakan!” (Yer 20: 11).

Keluh kesah Yeremia diakhiri dengan sebuah doa kepada Tuhan: “Ya Tuhan semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku” (Yer 20:12). Tuhan mendengar Yeremia dan membebaskannya dari tangan orang-orang jahat. Pengalaman Yeremia lalu kembali menjadi pengalaman Yesus Kristus. Sebagaimana dikatakan dalam bacaan Injil hari ini bahwa Yesus mengalami penolakan dan penganiayaan dari orang-orang Yahudi yang setiap hari melihat dan mendengar-Nya.

Sabda Tuhan mengundang kita untuk membuka diri kepada Tuhan Yesus. Dia adalah Yang dikuduskan Allah untuk menyelamatkan kita semua. Dia datang ke dunia untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa. Pekerjaan Bapa yang terbesar adalah penyerahan diri-Nya secara total untuk menyelamatkan manusia. Apakah anda masih percaya kepada Yesus Kristus adalah satu-satunya Penyelamat kita?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply