Homili 28 Maret 2016

Hari Senin, Oktaf Paskah
Kis 2:14.22-32
Mzm 16: 1-2a.5.7-8.9-10.11
Mat 28:8-15

Menjadi Saksi Kebangkitan Kristus

imagePara penginjil, baik penginjil Sinoptik (Matius, Markus dan Lukas) maupun Penginjil Yohanes, bersama St. Petrus dan St. Paulus memberikan kesaksian yang menakjubkan tentang wafat dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Menurut para penginjil, kelompok pertama yang melihat makam Yesus kosong adalah Maria Magdalena dan para wanita lain. Dikisahkan bahwa pada pagi-pagi buta mereka pergi ke makam Yesus untuk mengawetkan jenasah-Nya. Mereka hanya melihat makam kosong. Mereka pun mencari Yesus namun tidak menemukannya. Tuhan Yesus justru berinisiatif untuk menampakkan diri-Nya kepada Maria Magdalena. Maria Magdalena lalu memberi kesaksian tentang Yesus yang bangkit mulia kepada komunitas para rasul.

Rasul Yohanes dan Petrus mendengar berita tentang makan kosong, maka mereka pun berlari untuk melihat sendiri suasana makam Yesus. Ternyata semua hal yang diberitakan kaum wanita itu benar adanya. Tuhan Yesus sudah tidak berbaring lagi di dalam liang kubur, tetapi bahwa kubur-Nya itu telah kosong. Ini berarti Tuhan Yesus memang sungguh-sungguh telah bangkit. Namun demikian para murid-Nya sendiri belum mengerti peristiwa ini dan hanya berpasrah kepada Tuhan. Mereka belum mengerti karena Roh Kudus belum membuka pikiran mereka untuk mengerti seluruh isi Kitab Suci. Padahal sebelumnya, Tuhan Yesus sudah lebih dahulu mengajar mereka tentang kebangkitan badan-Nya dari kematian tetapi para murid juga belum mengerti semuanya ini.

St. Petrus sebagai kepala para Rasul, dalam kuasa Roh Kudus yang turun pada hari raya berani berkata kepada orang-orang Yahudi dan penghuni Yerusalem: “Yesus dari Nazaret adalah seorang yang ditentukan Allah dan yang dinyatakan kepadamu dengan kekuatan, mujizat dan tanda-tanda yang dilakukan oleh Allah dengan perantaraan Dia di tengah-tengah kamu, seperti yang kamu tahu.” (Kis 2:22). Petrus hanya mau membangkitkan ingatan mereka tentang Yesus. Tentu saja dengan menyebutkan pekerjaan-pekerjaan Yesus maka bisa membuka pikiran mereka untuk berkonsentrasi pada figur Yesus. Selanjutnya, Petrus masuk pada inti pengajarannya bahwa Yesus itu diserahkan sendiri oleh Allah menurut maksud dan rencana-Nya. Orang-orang Yahudi telah menyalibkan dan membunuh-Nya. Namun demikian Allah sendiri telah membangkitkan Dia dengan melepaskan Doa dari sengsara maut. Daud leluhur mereka juga sudah mengakui kebangkitan mulia sang Mesias. Pada akhirnya Petrus dengan tegas mengatakan bahwa Yesus dibangkitkan Allah dan bahwa dia bersama para rasul adalah saksinya (Kis 2:32).

Kotbah Petrus ini memiliki makna yang mendalam. Orang-orang Yahudi itu perlu diingatkan dengan baik tentang hal-hal yang sudah terjadi pada masa silam supaya mereka bisa menyadarinya dan menjadi percaya. Masa lalu mereka adalah pengalaman nenek moyang mereka dan bagaimana pewartaan para nabi menjadi sempurna di dalam diri Yesus Kristus. Semuanya ini menjadi dasar kesaksian para rasul bahwa Yesus benar-benar menderita, sengsara, wafat dan bangkit dari kematian. Ia sudah hidup maka kita semua yang telah mati secara spiritual bisa hidup secara spiritual juga.

St. Paulus memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus seperti ini: “Sesuai dengan Kitab Suci, Yesus Kristus sudah wafat dan bangkit dari kematian-Nya pada hari ketiga. Ia telah menampakkan diri-Nya kepada Kefas, dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya. Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus. Selanjutnya Ia menampakkan dir-Nya kepada Yakobus, kemudian kepada semua rasul. Dan yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya” (1Kor 15:5-8).

Kita melihat bagaimana St. Paulus membuat kelompok-kelompok orang yang menjadi saksi kebangkitan Tuhan. Mereka adalah para rasul dan murid Yesus. Ia sendiri mengakui sebagai orang terakhir yang mendapat penampakan Yesus yang bangkit. Ia menyebut dirinya sebagai anak yang lahir sebelum waktunya. Semua yang ditulis St. Paulus ini merupakan bagian dari pengalaman imannya secara pribadi. Ia rendah hati dan mengungkapkan kekayaan kasih Kristus yang dirasakannya secara pribadi dan dibagikannya kepada kita semua.

Apa yang harus kita lakukan sebagai saksi Kristus?

St. Petrus dan Paulus menunjukkan diri sebagai saksi Kristus dengan berbicara secara terus terang bahwa mereka percaya kepada Tuhan Yesus Kristus dan bahwa Ia juga menampakkan diri-Nya kepada mereka dan dari situ mereka menjadi saksi. Jadi saksi Kristus itu harus berani mewartakan kebangkitan Kristus.

Para wanita di dalam Injil juga merasakan panggilan istimewa untuk menjadi saksi kebangkitan Kristus. Mereka memang merasa takut namun ada sukacita besar bahwa Yesus sungguh bangkit. Rasa takut dan sukacita adalah pengalaman keseharian sebagai pengikut Yesus Kristus yang harus dibagikan kepada sesama, hari demi hari. Jadi kita tidak hanya membagi sukacitanya saja tetapi juga ketakutan, duka dan kecemasan karena kita percaya bahwa Yesus pasti membebaskan kita semua.

Di samping kita semua menjadi saksi kebangkitan, Tuhan Yesus juga memberi damai sejahtera_Nya kepada kita semua. Maka tugas kita adalah mewartakan damai sejahtera kepada semua orang. Kebangkitan Yesus Kristus telah mendamaikan manusia yang rapuh dengan Bapa di surga. Para saksi kebangkitan Kristus harus memiliki rasa damai Yesus Kristus di dalam hidupnya supaya ia juga bisa mewartakan damai yang sama kepada orang lain.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini coba mengarahkan kita supaya menjadi saksi kebangkitan Kristus bukan hanya melalui perkataan tetapi lebih-lebih melalui perbuatan yang nyata.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply