Homili 29 Maret 2016

Hari Selasa dalam Oktaf Paskah
Kis 2: 36-41
Mzm 33:4-5.18-19.20.22
Yoh 20: 11-18

Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis!

imageRasul Petrus dikenal sebagai seorang rasul yang pernah menyangkal Yesus, namun ketika menyadari kelemahannya ini, ia menangis dan mengulangi janji setianya kepada Tuhan Yesus untuk mengasihi-Nya lebih dari yang lain (Yoh 21: 17), dan tetap mengikuti Yesus selamanya sebagai pribadi yang merdeka (Yoh 21:22). Tentu saja Petrus berubah dan berani bergumul dengan dirinya. Ia sendiri berkata: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” (1Ptr 5:13). Sejak saat itu Petrus menunjukkan sikapnya sebagai pribadi yang berani, tidak lagi dikuasai oleh kekuatiran dan ketakutan. Sebab itu setelah merasakan kehadiran Roh Kudus, ia memberanikan dirinya untuk mewartakan Paskah Kristus. Pewartaan Petrus selalu berpusat pada Kristus sendiri dan ia juga menekankan bahwa para rasul adalah saksi kebangkitan Yesus Kristus.

Selanjutnya Petrus berani berkata: “Seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti bahwa Allah telah membuat Yesus, yang disalibkan menjadi Tuhan dan Kristus.” (Kis 2:36). Perkataan Petrus ini tentu berdasar pada pengalaman hidupnya. Ia percaya bahwa Yesus Kristus berasal dari Allah. Dialah Utusan Bapa untuk menyelamatkan umat manusia dengan cara menderita dan disalibkan. Ia akan bangkit dengan mulia pada hari ketiga, dan disapa sebagai Tuhan (pengakuan iman post Paskah) dan pengakuan Yesus sebagai Kristus (Dia yang diurapi atau ditahbiskan). Kesaksian iman Petrus ini memberikan motivasi bagi banyak orang untuk mengikuti-Nya dari dekat.

Keinginan untuk mengikuti Yesus Kristus dari dekat, mendorong orang-orang Yahudi untuk bertanya kepada Petrus menyangkut syarat-syarat apa yang harus dipenuhi untuk bisa layak mengikuti Yesus Kristus. Petrus memberikan dua syarat utama untuk menjadi pengikut Yesus Kristus yakni pertama, bertobat dan kedua, memberi diri dibaptis dalam nama Yesus Kristus demi pengampunan dosa sehingga layak menerima Roh Kudus. Petrus mengajak seluruh rakyat untuk memberi diri diselamatkan dari angkatan yang jahat. Akibatnya adalah orang-orang yang menerima perkataan Petrus ini siap untuk dibaptis dan jumlahnya bertambah banyak hingga mencapai sekitar tiga ribu jiwa.

Persyaratan untuk masuk dalam komunitas Gereja Perdana ini kelihatan sederhana namun orang harus memiliki komitmen untuk melakukannya. Bagaimana orang harus berusaha untuk bertobat. Bertobat berarti berbalik kepada Tuhan. Kita mengenal istilah metanoia. Bermetanoia haruslah menjadi bagian dalam hidup kita, dan Tuhan haruslah menjadi asal dan tujuan hidup kita. Disamping bertobat, kita diingatkan juga untuk memberi diri dibaptis. Artinya kita semua bersyukur karena bisa masuk menjadi bagian dari keluarga Tuhan Yesus Kristus. Dia sendiri pernah dibaptis di sungai Yordan. Di atas kayu salib, lambung-Nya ditikam sehingga keluar darah dan air yang melambangkan sakramen Pembaptisan dan Ekaristi di dalam gereja. Apakah kita sudah bersyukur karena menerima pembaptisan? Apakah kita sudah bersyukur atas pertobatan prbadi masing-masing.

Dalam bacaan Injil kita berjumpa dengan sosok Maria Magdalena. Ia sangat mencintai Yesus sebagai Tuhan dan manusia maka tentu ia mengalami kehilangan yang sangat berarti. Apa yang dilakukannya di depan kubur Yesus? Ia menangis meratapi Yesus sambil menjenguk ke dalam makam Yesus. Namun sayang sekali karena ia tidak menemukan tubuh Yesus. Ia hanya melihat ada dua orang malaikat berpakaian putih duduk di dekat kepala dan kaki Yesus. Maria menangis karena merasa kehilangan seorang pribadi yang sangat berharga bagi dirinya. Yesus pernah mengusir tujuh roh jahat yang mengusainya dan sejak saat itu ia mengikuti Yesus kemana pun, bahkan sampai di kaki salib.

Pada waktu itu sempat terjadi dialog antara kedua malaikat dengan Maria Magdalena. Kedua malaikat bertanya: “Ibu mengapa engkau menangis?” (Yoh 20: 13). Maria sangat posesif maka ia mengatakan apa adanya: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu dimana ia diletakkan” (Yoh 20:13). Ketika melihat ke belakangnya, ia merasa kaget karena melihat seorang pria sedang berdiri di dekatnya, yang tidak lain adalah Yesus dengan tubuh-Nya yang mulia. Ia menyangka bahwa Yesus adalah tukang kebun. Kali ini Yesus bertanya kepadanya: “Ibu mengapa engkau menangis? Siapa yang engkau cari?” (Yoh 20: 15). Sekali lagi Maria menunjukkan kemanusiaannya dengan berkata: “Tuan, Jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, dimana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambilnya” (Yoh 20: 15). Maria memang mengasihi Yesus namun imannya juga belum matang. Ia merasa Yesus hanya baginya dan bukan untuk semua orang.

Dalam situasi seperti ini, Tuhan Yesus perlu campur tangan. Tuhan Yesus memanggil Maria Magdalena dengan namanya sendiri. Maria Magdalena merasa dirinya berharga di mata Tuhan karena sapaan lembut Tuhan Yesus. Maria sangat bahagia dan memanggil Yesus: “Rabbuni!” (Guruku). Maria juga berubah. Tadinya ia memiliki iman yang belum matang, kini ia memiliki iman yang matang kepada Yesus. Perutusan baru pun diterimanya yakni untuk menyampaikan saudara-saudara Yesus bahwa Ia memang sudah bangkit dan mengatakan segala sesuatu melalui Maria. Maria bangga dan mengungkapkan dirinya: “Aku telah melihat Tuhan!” (Yoh 20:18).

Sabda Tuhan pada hari ini mengajak kita untuk melihat Tuhan dalam tanda-tanda kehidupan kita. Tanda-tanda itu bisa membantu kita untuk mengunkapkan pertobatan pribadi, bisa juga membantu kita untuk membangun komitmen sebagai orang yang dibaptis. Kita juga hendaknya selalu bersyukur atas rahmat pembaptisan dan pertobatan dalam hidup kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply