Homili 1 April 2016

Hari Jumat dalam Oktaf Paskah
Kis 4:1-12
Mzm 118:1-2.4.22-24.25-27a
Yoh 21:1-14

Yesus Keselamatanku!

imageAda seorang sahabat yang pagi-pagi menyalamiku dengan menulis sebuah kalimat yang mendahului selamat paginya kepadaku: “Senhor Jesus meu salvador” artinya “Tuhan Yesus adalah Peneyelamatku”. Saya membacanya beberapa kali dan berkata dalam hati: “Benar sekali bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya Penyelamatku, tidak ada yang lain.” Saya mengingat kembali perkataan St. Paulus: “Supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawa bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan” bagi kemuliaan Allah Bapa!” (Flp 2:10-11). Saya juga mengingat sebuah pengalaman mengunjungi orang sakit dan membagikan komuni kudus.Ada seorang ibu yang sedang sekarat. Setelah memberinya sakramen perminyakan dan viaticum, ketua lingkungan maju dan membisikan kata-kata ini: “Yesus keselamatanku”. Ia mengulanginya terus menerus, akhirnya seisi rumah mengulangi kalimat yang sama. Dengan menyebut nama Yesus berulang kali dapat membawa kekuatan yang luar biasa. Orang yang sekarat itu perlahan-lahan menjadi tenang dan mukjizat pun terjadi. Ia mengalami kesembuhan total. Iman kepada Tuhan Yesus dan memanggil nama-Nya dalam iman membawa kekuatan dan keselamatan.

Selama beberapa hari terakhir kita mendengar peran para rasul Yesus Kristus sebagai saksi mata. Mereka semua, terutama Petrus dan Yohanes penuh dengan Roh Kudus, berani mewartakan misteri Paskah Kristus. Ketakutan yang tadi menguasai mereka berubah menjadi keberanian untuk mengatakan dengan benar tanpa mengada-ada bahwa Yesus sungguh-sungguh bangkit. Keberanian untuk mewartakan juga penuh dengan resiko yaitu penderitaan dan kemalangan. Petrus dan Yohanes mengajar banyak orang di Yerusalem bahwa Yesus dari Nazaret yang sudah disalibkan, wafat dan dimakamkan itu bangkit dari kematian karena kuasa Allah. Para imam dan kepala pengawal Bait Allah sangat marah karena mereka menyebut-nyebut nama Yesus yang bangkit dari antara orang mati. Lagi pula orang-orang yang percaya kepada Yesus sudah mencapai lima ribu orang.

Petrus dan Yohanes mengalami penderitaan. Mereka ditangkap dan menjadi tahanan khusus. Mereka juga dihadapkan kepada pengadilan. Kedua rasul ini dihadapkan dalam pengadilan dan diadili. Pertanyaan bagi kedua murid Yesus adalah: “Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian?” (Kis 4:7). Petrus menjawab pertanyaan ini: “Dalam nama Yesus Kristus orang Nazareth yang telah kamu salibkan, tetapi yang telah dibangkitkan Allah dari antara orang-orang mati…” (Kis 4: 10). Petrus menambahkan, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapa pun juga selain di dalam Yesus Kristus, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita diselamatkan.” (Kis 4:12).

Kesaksian St. Petrus di hadapan para pemimpin Yahudi ini terlaksana dengan sempurna karena anugerah Roh Kudus. Roh Kudus turut bekerja dengan membuka pikiran Petrus untuk bersaksi dengan benar. Ini juga merupakan inti dari ajaran iman kita yakni Yesus adalah satu-satunya keselamatan kita. Persoalannya adalah apakah kita sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya Tuhan dan Juruselamat kita? Kita menjadi orang katolik saja belum cukup, penting sekali kita harus menjadi orang Kristen yang baik.
Para Rasul di dalam Injil memang digambarkan sebagai saksi mata, namun mereka juga kehilangan kesabaran bercampur putus asa. Misalnya Kleopas dan temannya kembali ke Emaus. Mereka merasa kecewa karena harapan mereka akan kehadiran Yesus ternyata sia-sia saja. Ia wafat dengan tragis di atas kayu salib. Petrus, Andreas dan anak-anak Zebedeus yakni Yakobus dan Yohanes adalah seorang nelayan tulen. Ia juga berencana untuk kembali bekerja sebagai nelayan. Ia lalu mengutarakan pikiran dan kemauannya kepada teman-temannya. Ada enam temannya juga mau mengikutinya. Selama semalaman mereka tidak menemukan apa-apa. Yesus lalu memberi perintah kepada mereka untuk menebarkan jala di sebelah kanan perahu. Mereka merasa kaget karena mendapatkan begitu banyak ikan, 153 ekor banyaknya. Mereka juga duduk dan makan bersama Yesus yang bangkit mulia. Ia sekali lagi berekaristi bersama mereka.

Kisah Injil ini menarik perhatian kita untuk direnungkan lebih lanjut dan dengan demikian kita semua bisa menjadai saksi kebangkitan-Nya. Para murid Yesus memang sedang kaget dan putus asa karena harapan mereka akan kehadiran Yesus berubah total. Kematian-Nya di atas kayu salib mengecewakan mereka. Itulah sebabnya mereka mau meninggalkan Yesus dan kembali ke hidup mereka seperti saat sebelum bergabung dengan Yesus, sebagai nelayan. Mereka menjauh dari harapan Yesus bagi mereka untuk menjadi penjala manusia. Dampak yang mereka rasakan ketika menjauh dari Yesus adalah “kegelapan” dengan simbol “malam”, kegagalan karena tidak mendapatkan seekor ikan pun sepanjang malam, padahal mereka adalah nelayan tulen.

Para murid Yesus, dan saat ini Gereja, sangat membutuhkan kehadiran Yesus sebab terlepas daripada-Nya, kita semua tidak bisa berbuat apa-apa (Yoh 15:5). Pada pagi hari, ketika matahari terbit, tanda Yesus hadir dan memberi perintah untuk menebarkan jala disebelah kanan perahu maka mereka mandapatkan 153 ekor ikan. Mereka pasti selama semalam itu mereka juga mencoba di sebelah kanan perahu tetapi tidak ada hasilnya karena tidak ada Tuhan Yesus. Sebelah kanan adalah simbol power atau kuasa Tuhan. Jumlah ikan yakni 153 ekor melambangkan Gereja sebagai lambang kasih. Hal ini kiranya berhubungan dengan sebutan nama YHWH sebanyak 153 kali dalam TORAH. Ikan juga nantinya menjadi lambang penting, dalam bahasa Yunani ikan disebut ICHTUS: Iesous CHristos Theou Soter (Yesus Kristus, Putra Allah, Sang Penyelamat).

Ekaristi menjadi kesempatan bagi kita semua untuk merasakan kehadiran Tuhan sebagai Penyelamat atau keselamatan kita. Apakah kita setia mengikuti peryaan Ekaristi? Apakah Ekaristi mengubah hidup kita karena kita berjumpa dengan Yesus yang hadir nyata dalam rupa Roti dan Anggur?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply