Homili 12 April 2016

Hari Selasa, Pekan Paskah III
Kis. 7:51-8:1a
Mzm. 31:3cd-4,6ab,7b,8a,17,21ab
Yoh. 6:30-35

Datang dan Percayalah pada Yesus!

imageBeberapa hari yang lalu saya lewat di depan sebuah gereja Katolik. Saya sempat melihat sebuah spanduk dengan tulisan: “Datang dan Percayalah pada Yesus”. Ini merupakan sebuah tema Kebangunan Rohani Katolik yang diselenggarakan oleh Persekutuan Doa Karismatik Katolik (PDKK) di paroki itu. Saya kembali ke komunitas sambil memikirkan perikop Injil yang dijadikan sebagai tema doa bersama ini. Saya menduga bahwa panitia doa bersama ini mendapat inspirasi dari diskursus Yesus tentang Roti Hidup dalam Injil Yohanes di dalam Rumah Ibadat di Kapernaum. Yesus meminta perhatian banyak orang supaya bisa melakukan sebuah pekerjaan yang dikehendaki Allah yakni percaya kepada Yesus sendiri sebagai utusan dari Allah.

Tentu saja perkataan Yesus ini membingungkan banyak orang. Sebab itu mereka meminta kepada Yesus untuk menunjukkan sebuah tanda dan pekerjaan yang bisa meyakinkan mereka semua supaya percaya kepada-Nya. Dalil mereka adalah nenek moyang mereka sendiri telah makan manna di padang gurun. Manna itu adalah roti yang turun dari surga. Perkataan orang banyak di Galilea ini terungkap karena mereka semua belum percaya kepada Yesus. Mereka semua melihat Yesus melakukan mukjizat yakni menggandakan roti dan ikan. Sebab itu mereka juga mendapat motivasi yang keliru dalam mengikuti Yesus, yakni untuk makan dan minum gratis. Tuhan Yesus sebelumnya sudah berkata: “Sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu melihat tanda-tana, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah bukan untuk makanan yang dapat binasa melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; Sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” (Yoh 6: 26-27).

Kali ini Tuhan Yesus mengatakan kepada orang banyak bahwa Roti yang nenek moyang mereka makan di padang gurun bukanlah pemberian Musa melainkan pemberian Bapa di Surga. Roti pemberian Bapa adalah roti yang benar karena dapat memberi hidup kepada mereka semua. Orang-orang yang mendengar Yesus di dalam Sinagoga itu begitu terpesona sehingga mereka meminta kepada-Nya untuk memberikan roti yang dapat memberikan hidup kepada mereka. Lihatlah bagaimana gerakan bathin manusia dahulu dan sekarang. Pada dasarnya mirip. Di satu pihak mereka menutup diri dan tidak percaya, dilain pihak mereka mudah tertarik kepada hal-hal yang menguntungkan diri mereka. Di satu pihak mereka menutup diri dan tidak percaya kepada Yesus. Di lain pihak mereka semua cepat meminta Roti yang bisa memberi hidup, karena dapat membuat mereka nyaman.

Tuhan Yesus lalu membuka pikiran mereka dengan berkata: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (Yoh 5:35). Kita dapat membayangkan wajah orang banyak saat itu. Mereka berpikir bahwa roti yang memberi hidup adalah roti duniawi yang dapat mengenyangkan perut dan selesai. Ternyata roti hidup yang dimaksudkan adalah Diri Yesus sendiri. Dialah Roti yang saat ini kita kenal sebagai Roti Ekaristi. Kita semua memakan roti yang satu dan sama, yang dapat memberi kehidupan kekal kepada kita semua. Untuk itu kita semua diharapkan untuk datang kepada Yesus dan percaya kepada-Nya. Kita datang kepada Yesus karena kita membutuhkan-Nya sebagai satu-satunya Penyelamat kita. Kita percaya kepada Yesus karena Ia memberi kehidupan kekal kepada kita semua.

Pada hari ini kita belajar dari figur St. Stefanus sang martir perdana. Ia mengecam para imam besar, para penatua dan ahli Taurat sebagai orang-orang yang keras kepala, tidak bersunat hati dan telinga dan selalu menantang Roh Kudus. Mereka membunuh nabi-nabi yang menubuatkan kedatangan Yesus sebagai Orang Benar. Yesus yang sudah mereka khianati dan membunuh-Nya pula. Akibat perkataan Stefanus ini menimbulkan rasa sakit hati di antara mereka. Mereka sangat marah dan menyeret dia ke luar kota untuk dilempari dengan batu. Stefanus melakukan segalanya, mirip dengan Yesus Kristus. Ia sudah melihat langit terbuka dan Anak Manusia berada di sebelah kanan-Nya. Stefanus juga sempat berlutut sambil berdoa: “Ya Tuhan Yesus, terimalah Roh-Ku.” Ia juga mengampuni para algojonya dengan berkata: “Tuhan jangan tanggungkan dosa ini kepada mereka!” Stefanus dibunuh dan menjadi martir pertama dalam Gereja. Saulus menjadi saksinya.

Stefanus memberi inspirasi kepada kita tentang semangat rela berkorban bagi Yesus. Ia datang kepada Yesus dan percaya kepada-Nya. Sekali Ia datang dan percaya kepada-Nya maka ia juga siap untuk menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. Mari kita berusaha untuk menghilangkan motivasi-motivasi yang keliru dalam mengikuti Yesus. Mengikuti Yesus berarti menyerupai Yesus dalam segala hal. Datanglah kepada-Nya saat ini juga dan percayalah kepada-Nya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply