Homili 22 April 2016

Hari Jumat, Pekan Paskah IV
Kis 13: 26-33
Mzm 2:6-7.8-9.10-11
Yoh 14:1-6

Kasih yang benar hanya ada dalam Tuhan

imageSaya memiliki kebiasaan memeriksa buku catatan dari para siswa di sekolah. Pada suatu kesempatan, sambil memeriksa buku catatan mereka, saya menemukan sebuah tulisan tangan di halaman depan buku catatan seorang siswa, bunyinya: “Kasih yang benar itu hanya ada dalam Tuhan”. Saya terdiam sejenak, dan coba mengingat wajah siswa ini. Beberapa hari sebelumnya ia pernah datang kepadaku untuk memnta counseling. Ia sedang mengalami pergumulan yang luar biasa tentang hidup pribadinya, terutama tentang cinta kasih yang dialami dari orang tuanya. Ia merasa kurang diperhatikan oleh orang tuanya sebab ereka sangat sibuk dengan aneka pekerjaan di kantor. Saya mengatakan kepadanya bahwa orang tuanya tidak pernah berhenti untuk mengasihinya. Mereka mengasihinya tetapi mungkin ia sendiri tidak menyadarinya. Dia menjawabku, “Ya, saya pernah berpikir bahwa orang tua mengasihiku tetapi saya belum mengalami sepenuhnya. Sekarang ini saya yakin bahwa kasih yang benar hanya ada di dalam Tuhan”. Saya mengatakan kepadanya, “Benar, dan kasih Tuhan itu sebenarnya nyata dalam kasih orang tua kepadamu yang belum engkau sadari meskipun sedang mengalaminya”. Ia tersenyum dan berusaha untuk menyadari kasih dan kebaikan orang tuanya.

Banyak orang muda yang memiliki perasaan seperti ini. Mereka memang merasakan kasih dan kebaikan orang tuanya setiap saat namun belum menyadarinya secara penuh. Mungkin saja karena kehadiran aktif dari orang tua yang sangat terbatas bersama anak-anaknya. Kalau pun orang tua hadir bersama anak-anaknya, mungkin mereka masih sibuk dengan gadget atau sinetron kesayangannya. Anak-anak di dalam rumah menjadi begitu jauh meskipun dekat. Para orang tua bisa membayangan sendiri bagaimana anda membangun relasi cinta kasih dengan anak-anak atau dengan pasanganmu di dalam keluarga masing-masing.

Pada hari ini kita mendapat kekuatan dari Tuhan melalui sabda-Nya. Kita semua mendengar kelanjutan pewartaan St. Paulus kepada jemaat di Antiokhia di Pisidia. Kali ini ia mengingatkan orang-orang di dalam rumah ibadat baik mereka yang merupakan keturunan Abraham maupun yang takut akan Tuhan bahwa khabar keselamatan atau Injil sudah disampaikan kepada mereka. Pokok pewartaan Paulus adalah Yesus dari Nazaret dan Paskah-Nya. Ia mengatakan bahwa penduduk Yerusalem dan para pemimpinnya tidak mengakui Yesus. Mereka melihat Dia melakukan karya besar dan mengajar dengan kuasa dan wibawa namun mereka tidak percaya kepada-Nya. Untuk itu mereka menjatuhkan hukuman mati kepada-Nya. Hal ini untuk menggenapi nubuat para nabi yang selalu dibacakan pada setiap hari Sabat.

Apakah Yesus bersalah sehingga mereka menjatuhkan hukuman mati kepada-Nya? Menurut Paulus, Yesus tidak bersalah tetapi mereka tetap membunuh-Nya dengan cara menyalibkan dan menurunkan-Nya dari atas kayu salib untuk dikuburkan. Ia tidak berhenti pada kematian-Nya. Yesus yang sama justru telah dibangkitkan oleh Allah sendiri dari kematian-Nya. Ia menampakkan diri-Nya untuk membuktikan bahwa Ia sungguh-sungguh hidup. Para rasul adalah saksi-saksi mata kebangkitan Yesus Kristus. Sebagai rasul, Paulus juga menyadari tugas dan tanggung jawabnya untuk ikut mewartakan kebangkitan Kristus. Bahwasannya, semua yang sudah dinubuatkan oleh para nabi telah digenapi. Tuhan Allah sendiri membangkitkan Yesus dari kematian-Nya.

Pokok pewartaan Paulus adalah Yesus dari Nazareth dan Paskah-Nya. Yesus datang ke dunia untuk mengorbankan diri-Nya, menebus semua orang. Ini adalah bukti kasih Allah yang tiada berkesudahan. Ia tidak hanya mengasihi kita semua pada saat kita masih hidup, tetapi Ia juga mengasihi kita sampai tuntas, yakni tinggal bersama dengan Dia selama-lamanya.

Dalam bacaan Injil, Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Jalan, Kebenaran dan sumber hidup kita. Ini adalah tanda kasih-Nya yang tiada berkesudahan kepada kita. Ia sebagai Jalan karena hanya melalui Dia kita juga bisa bersatu dengan Bapa. Dia adalah kebenaran yang memerdekakan kita dari kuasa dosa. Dia adalah sumber hidup yang juga menghidupkan kita semua.

Tuhan Yesus membuka wawasan para rasul-Nya dengan mengatakan bahwa Ia pergi ke rumah Bapa untuk menyiapkan tempat yang jumlahnya juga banyak. Ia akan datang kembali untuk menjemput kita supaya di mana Ia berada kita juga berada bersama Dia. Cinta kasih Allah menjadi sempurna di dalam diri kita ketika kita selalu berusaha untuk bersatu dengan Yesus. Cita-cita dan harapan kita adalah supaya kita menjadi kudus dan bersatu dengan Tuhan. Kita mau merasakan kasih Tuhan yang sempurna adanya hanya di dalam Yesus Kristus, Jalan dan Kebenaran dan Hidup kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply