Homili 23 April 2016

Hari Sabtu, Pekan Paskah IV
Kis. 13:44-52
Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4
Yoh. 14:7-14

Apakah anda sudah menerima Yesus dalam hidupmu?

imagePaulus dan Barnabas telah ditentukan oleh Roh Kudus untuk sebuah tugas istimewa yakni mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa. Kini mereka berada di Antiokia di Pisidia. Pada hari Sabat, mereka mengajar banyak orang di dalam Sinagoga, dalam hal sejarah keselamatan dan kehidupan Kristiani pada umumnya. Hampir seluruh warga kota datang untuk mendengar pewartaan Paulus dan Barnabas. Apa yang terjadi setelah orang-orang mendengar pengajaran dari Paulus? Lukas menceritakan bahwa orang-orang Yahudi yang berada di dalam Sinagoga itu penuh dengan iri hati, mereka juga menghujat dan membantah Paulus dan pengajarannya. Maka di dalam Sinagoga itu muncul dua kelompok besar yakni orang-orang Yahudi yang menerima Allah yang digambarkan di dalam Kitab Perjanjian Lama tetapi menolak Yesus yang diwartakan oleh Paulus. Ada juga kelompok bukan Yahudi yang menerima Allah dalam Kitab Perjanjian Lama sekaligus menerima Yesus dalam dunia Perjanjian Baru sebagai Tuhan dan Penebus. Paulus dan Barnabas melihat situasi ini dan harus menentukan sikap mereka terutama terhadap kaum Yahudi yang keras hati dan tidak mau menerima Yesus Kristus.

Apa yang Paulus lakukan? Ketika itu ia memandang semua orang di dalam Sinagoga dan berkata: “Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain. Sebab inilah yang diperintahkan kepada kami: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi.” (Kis 13:46-47). Paulus berbangga dengan panggilannya dari Tuhan yakni menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Paulus dan Barnabas berpaling kepada bangsa-bangsa lain untuk mewartakan Injil.

Reaksi dari orang-orang bukan Yahudi adalah bersukacita dan memuliakan Firman Tuhan. Mereka menjadi orang percaya dan memuliakan Allah sehingga Firman Tuhan yang sama juga dapat diwartakan ke tempat-tempat lain. Namun pada saat yang sama, Paulus dan Barnabas mulai menderita. Mereka dianiaya dan diusir oleh orang-orang Yahudi. Paulus dan barnabas mengebaskan debu di kaki mereka sebagai peringatan bagi orang-orang Antiokia di Pisidia. Mereka bersama-sama meninggalkan Antiokia menuju ke Ikonium. Meskipun demikian para murid Tuhan di Antiokia tetap bersemangat untuk memuliakan dan mewartakan kasih serta kebaikan Tuhan kepada semua orang.

Perkataan Paulus di Antiokia sangatlah bermakna bagi hidup menggereja saat ini. Banyak orang mengakui diri sebagai pengikut Kristus namun sebenarnya ia sedang berada jauh dari Yesus Kristus sendiri. Banyak orang menerima pelayanan sakramen, mereka juga melakukan pelayanan kasih dan kehidupan devosional sebagai sarana untuk bersatu dengan Tuhan Allah. Namun pertanyaannya adalah apakah orang sungguh-sungguh beriman kepada Tuhan? Sebab orang dapat saja merasa dekat dengan Tuhan tetapi sebenarnya ia jauh.

Tuhan Yesus dalam injil menyadari kelemahan para murid yang belum sepenuhnya percaya kepada-Nya. Sebab itu Ia berkata kepada mereka: “Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia dan kamu telah melihat Dia.” (Yoh 14:7). Yesus berpikir bahwa para murid melihat-Nya sebagai Anak sama dengan melihat Bapa sendiri karena Dia dan Bapa adalah satu. Tetapi ternyata para murid belum berpikir sampai di sana. Jalan pikiran Tuhan ternyata berbeda dengan jalan pikiran manusia. Filipus misalnya, dengan cepat mempertanyakan identitas Bapa yang disapa Yesus: “Tuhan, tunjukanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami”. (Yoh 14:8).

Yesus dengan tegas mengoreksi cara berpikir para murid-Nya yang diwakili oleh Filipus. Ia mengatakan bahwa mereka sudah tinggal bersama-sama, saling mengenal satu sama lain namun ternyata belum sepenuhnya. Melihat Yesus berarti melihat Bapa karena Yesus berada di dalam Bapa dan Bapa di dalam Yesus sebagai Anak. Untuk itu para murid diingatkan untuk percaya kepada Yesus dan segala pekerjaan yang dilakukan-Nya. Dengan percaya kepada Yesus maka, Ia akan menjadi satu-satunya Pengantara kepada Bapa. Berkaitan dengan hal ini Yesus berkata: “Dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya.” (Yoh 14:13-14).

Yesus adalah satu-satunya Pengantara kita. Dia bukanlah perantara sebagaimana para kudus yang kita hormati. St. Paulus menulis: “Karena Allah itu esa dan esa pulalah Dia yang menjadi Pengantara antara Allah dan manusia yaitu manusia Kristus Yesus yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia.” (1Tim 2:5-6). Apakah kita sudah menjadikan Yesus sebagai satu-satunya pengantara kita atau justru Yesus menjadi salah satu pengantara kita kepada Bapa? Mari kita berbenah diri supaya menerima Yesus dalam hidup kita. Semoga Dia tidak berpaling dari kehidupan kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply