Homili 27 April 2016

Hari Rabu, Pekan Paskah V
Kis. 15:1-6
Mzm. 122:1-2,3-4a,4b-5
Yoh. 15:1-8

Keselamatan hanya dalam nama Yesus

imagePada hari ini saya mengingat kembali semangat evangelisasi dari para rasul, teristimewa St. Petrus dan Yohanes. Setelah menerima Roh Kudus pada hari raya Pentekosta, mereka merasakan sebuah kekuatan yang luar biasa dan juga keberanian untuk mewartakan Injil kepada semua makhluk. Mereka memulai pewartaan dari Yerusalem sampai ke ujung dunia. Mereka membuat tanda-tanda heran dalam nama Yesus. Mereka keluar dan masuk penjara, sempat diadili di depan Mahkamah Agama Yahudi. Ketika mereka mendapat larangan supaya tidak berbicara lagi dalam nama Yesus orang Nazaret, Petrus bersaksi seperti ini: “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia (Yesus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita diselamatkan.” (Kis 4:12). Yesus adalah satu-satunya Penyelamat kita. Tidak ada nama lain yang bisa menyelamatkan manusia seperti Dia.

Paulus dan Barnabas adalah dua pribadi yang mendapat penugasan khusus dari Roh Kudus untuk mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa lain. Mereka juga mengalami banyak masalah sebagaimana pernah dialami oleh Petrus dan Yohanes. Ketika itu Gereja di Antiokhia baru mulai berkembang. Jemaat di Antiokhia sempat didatangi oleh orang-orang dari Yudea dan mengajarkan begini: “Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan Musa, kamu tidak dapat diselamatkan.” (Kis 15:1). Tentu saja perkataan ini berlawanan dengan semua pengajaran Barnabas dan Paulus bahwa semua orang dipanggil untuk memperoleh keselamatan hanya di dalam nama Yesus Kristus. Dari situ Paulus dan Barnabas dengan keras melawan dan membantah perkataan mereka. Gereja Antiokhia sepakat untuk mengutus Paulus dan Barnabas dan beberapa orang lain untuk pergi Yerusalem dan menanyakan masalah ini kepada para rasul dan penatua. Mereka melewati Fenisia dan Samaria dan memberi kesaksian tentang karya Tuhan yang begitu agung melalui mereka. Intinya adalah bahwa keselamatan hanya ada dalam nama Yesus Kristus.

Ini merupakan masalah besar dan serius di dalam komunitas Gereja perdana. Kita semua tahu bahwa jemaat dalam gereja perdana itu terdiri dari kaum Yahudi dan bukan Yahudi. Dia Antiokhia saja sempat terjadi kericuhan karena orang-orang Yahudi percaya kepada Allah nenek moyang mereka tetapi tidak menerima Yesus Kristus. Sementara orang-orang bukan Yahudi, dalam hal ini orang Yunani dan Romawi sangat antusias menerima Yesus Kristus dalam hidup mereka. Mereka juga mengimani Allah yang diwartakan dalam Kitab Perjanjian Lama. Sebab itu ketika orang-orang Yahudi dari daerah Yudea yang sudah percaya kepada Yesus, mengatakan bahwa keselamatan hanya ada pada orang yang sudah disunat maka menimbulkan persoalan besar. Peristiwa ini menjadi alasan utama diselenggarakannya Konsili Pertama di Yerusalem. Konsili ini mengagendakan juga persoalan yang sedang dihadapi Gereja di Antiokia.

Hal yang menarik perhatian kita dari situasi Gereja perdana adalah rasa memiliki Gereja sangat tinggi. Oleh karena itu semua orang bersukacita dan bertanggungjawab atas iman kepada Yesus yang menjadi pilihan dasar mereka. Paulus dan Barnabas rela berjalan jauh supaya berkonsultasi tentang ajaran iman yang benar. Para rasul, terutama Petrus memiliki tugas mulia untuk mengajarkan kebenaran iman kepada gereja. Hal ini juga yang terjadi hingga saat ini. Para pemimpin Gereja menjaga persatuan gereja, mengajarkan kebenaran iman kepada semua jemaat. Dengan demikian semua orang percaya kepada Yesus sebagai satu-satunya Penebus dunia.

Gereja perdana saat itu sedang menata dirinya menjadi sebuah institusi atau lembaga yang memiliki kekuatan ilahi dan dipimpin oleh manusia yang dipilih dan ditentukan Tuhan. Gereja percaya bahwa Tuhan Yesus akan menyertainya hingga akhir zaman. Memang, Gereja adalah milik Tuhan Yesus bukan milik manusia atau kelompok orang tertentu. Sebab itu Gereja harus selalu bersatu dengan Tuhan Yesus yang menjadi pemilik pertama dan utama.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil menyebut diri-Nya sebagai pokok anggur yang benar dan Bapa di surga sebagai pengusahanya. Dia berkuasa untuk memotong ranting yang tidak berbuah dan membersihkannya supaya nantinya bisa menghasilkan lebih banyak buah. Tuhan Yesus membuka wawasan para murid-Nya bahwa mereka semua sebagai bagian dari pokok anggur sudah bersih karena sabda-Nya. Sabda atau Logos memiliki kekuatan yang luar biasa, bisa mengubah hidup para murid. Sabda Tuhan atau Yesus sendiri sebagai Sabda hidup menguduskan mereka semua.

Apa yang harus para murid lakukan? Mereka harus tinggal di dalam Yesus dan Yesus tinggal di dalam diri mereka. Persekutuan yang erat ini akan membawa dampak yang positif yakni para murid akan menghasilkan buah-buah rohani. Sebab Yesus sendiri mengakui diri-Nya sebagai pokok anggur yang benar dan terlepas dari Yesus maka para murid tidak bisa berbuat apa-apa. Bersatu dengan Yesus berarti ada kehidupan, di luar Yesus berarti kematian.

Persekutuan dengan Yesus sebagai pokok anggur inilah yang menjadi kekuatan bagi Gereja perdana hingga saat ini. Terlepas dari Yesus, gereja akan mati. Misalnya pengalaman gereja perdana di Antiokhia. Kalau saja mereka tidak mengandalkan Yesus maka tidak ada Konsili di Yerusalem. Konsili Yerusalem terjadi karena campur tangan Yesus supaya Gereja bisa lebih berkembang dan berbuah. Ini juga yang dirasakan hingga saat ini. Tujuan utamanya adalah supaya semua orang percaya bahwa keselamatan hanya ada dalam nama Yesus Kristus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply