Homili 29 April 2016

Hari Jumat, Pekan Paskah V
St. Katarina dari Siena
Kis. 15:22-31
Mzm. 57:8-9,10-12
Yoh. 15:12-17

Roh Allah turut bekerja di dalam Gereja

imageSaya pernah melihat sebuah spanduk bertuliskan: “Roh Allah turut bekerja di dalam Gereja” di halaman sebuah gereja Paroki. Spanduk ini sebenarnya menggambarkan tema kegiatan Kabangunan Rohani Katolik (KRK) yang diprakarsai Persekutuan Doa Karismatik Katolik (PDKK) di paroki tersebut. Panitianya sedang bekerja keras dengan menghimbau umat untuk berpartisipasi di dalam Kebangunan Rohani Katolik ini bersama para pembicara yakni seorang imam dan tokoh awam terkenal. Saya membayangkan banyaknya umat yang akan berdatangan untuk mengikuti Kebangunan Rohani Katolik ini, harapan saya adalah  supaya Roh Kudus juga turut bekerja, membangkitkan semangat mereka untuk melayani Gereja dengan sukacita dan mengasihi tanpa pamrih. Namun demikian, saya juga memikirkan hal-hal yang perlu dihindari dalam Kebangunan Rohani Katolik ini yakni ketergantungan pada figur yakni imam dan awam yang menjadi pembicara. Sebab, bisa jadi umat lebih mengistimewakan dan membanggakan para figur dan mengesampingkan Roh Kudus yang bekerja, menjiwai dan menguatkan Gereja. Atau sang figur yakni imam dan pembicara awamnya lupa diri sehingga lebih memprioritaskan dirinya dari pada Roh Kudus. Ini adalah kekeliruan yang fatal karena sangat tidak kristiani sebab segala sesuatu yang dilakukan hanyalah untuk kemuliaan nama Tuhan.

Kita sudah mengetahui semangat Gereja Perdana yaitu “Cor Unum et Anima Una” atau semangat sehati dan sejiwa. Semangat persekutuan ini menunjukkan persekutuan Gereja dengan sifat khasnya yaitu satu, kudus, katolik dan apostolik. Persekutuan dan persaudaraan ini dibangun di atas dasar kasih. Tuhan yang lebih dahulu mengasihi maka kita pun harus saling mengasihi sebagai Gereja. Tentu saja ini mengandaikan kehadiran Roh Kudus, Roh cinta kasih Allah bagi manusia. Sebab itu kita sebagai manusia tidak memiliki kuasa untuk mengesampingkan Roh Kudus, sebaliknya membiarkan Roh Kudus dari Allah bekerja semaksimal mungkin di dalam Gereja.

Pada hari ini kita belajar dari Gereja Perdana dan semangatnya. Ada banyak sekali persoalan eksternal dan internal di dalam Gereja. Persoaln eksternal, misalnya ada orang Yahudi yang terang-terangan menolak kehadiran Paulus dan Barnabas dalam karya evangelisasi. Persoalan internalnya adalah para anggota gereja terdiri dari dua kelompok yang berbeda yakni orang-orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi. Orang-orang bukan Yahudi dianggap sebagai orang asing oleh orang Yahudi maka untuk memperoleh keselamatan dalam nama Yesus, mereka harus menjadi orang Yahudi lebih dahulu, yang menjunjung tinggi hukum Musa, misalnya disunat. Persoalan internal ini kelihatan sederhana namun amat mengganggu relasi antar pribadi dalam Gereja. Untuk itu maka diadakan Konsili Gereja yang pertama di Yerusalem. Tujuan Konsili ini adalah untuk mendengar masalah-masalah dari gereja diaspora, khususnya soal sunat dan tidak bersunat dalam hubungannya dengan keselamatan di Antiokhia, Siria dan Kilikia.

Konsili di Yerusalem berjalan dengan baik karena campur tangan Roh Kudus. Peserta Konsili adalah para rasul dan penatua mendengar sharing pastoral dari Paulus dan Barnabas. Petrus sebagai kepala gereja Universal dan Yakobus sebagai kepala gereja local di Yerusalem mengemukakan pendapat mereka. Semua peserta mendengar dengan sukacita dan menyetujui kesepakatan-kesepakatan yang dapat menguatkan persaudaraan di dalam Gereja. Kesepakatan-kesepatakan itu ditulis di atas kertas dan diantar ke Antiokia, Siria dan Kilikia. Di antara kesepakatan-kesepakatan itu, Gereja induk di Yerusalem mengutus Yudas alias Barsabas dan Silas. Mereka membawa surat dan mensosialisasikannya kepada seluruh jemaat di ketiga tempat tersebut. Isi surat sebagai hasil Konsili Yerusalem, diawali dengan salam dari pihak para rasul dan penatua di Yerusalem. Mereka semua sudah mendengar bahwa ada beberapa orang Yahudi yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus pergi ke Antiokia untuk berbicara dengan jemaat-jemaat baru tentang kepatuhan kepada hukum Taurat sehingga menggelisahkan hati mereka.

Para Rasul menyadari bahwa segala sesuatu yang mereka lakukan di dalam Konsili Gereja di Yerusalem dan berbagai kesepakatan bisa tercapai karena kuasa Allah sendiri di satu pihak dan mereka sebagai rasul dan penatua di lain pihak. Roh Kudus dari Allah tetap dan akan selalu bekerja di dalam Gereja. Inilah keputusan Konsili di Yerusalam: “Kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati di cekik, dan dari percabulan.” Larangan ini disampaikan kepada jemaat melalui surat yang akan dibawa oleh para utusan. Mereka akan tetap berbicara dalam nama Yesus Kristus dari Nazareth. Konsili di Yerusalem bisa berhasil dengan baik karena Roh Kudus bekerja di dalam Gereja dan bahwa Cinta kasih menjadi bendera nasional mereka. Tanpa Roh Kudus dan Cinta Kasih sebagai buah Roh, Konsili di Yerusalem tidak berhasil.

Tuhan Yesus dalam Injil mengajarkkan perintah baru yakni kemampuan untuk mengasihi Tuhan dan sesama. Ia berkata: “Tidak ada kasih yang paling agung dari pada kasih seorang yang menyerahkan nyawa untuk sahabat-sahabatnya.” (Yoh 15:13). Kita semua mengingat apa yang sudah dikatakan Yesus kepada Nikodemus: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16). Yesus hadir sebagai orang yang mengasihi, sekaligus sebagai sahabat bagi semua orang.

Tuhan Yesus berkeliling dan berbuat baik (Kis 10:38). Ia mengajar dan membuat tanda-tanda sehingga membuat semua orang memuji dan memuliakan Tuhan. Orang sakit disembuhkan, orang berdosa diampuni. Ia mengasihi orang berdosa tetapi menghancurkan dosa-dosa mereka. Ini merupakan gambaran diri Yesus sebagai sahabat. Yesus sebagai sahabat sangat berempati dengan kita. Kita pun bisa menjadi sahabat Yesus kalau kita melakukan perintah-Nya. Dengan melakukan perintah-Nya yakni saling mengasihi sebagai saudara maka kita benar-benar menjadi murid-Nya.

Pada hari ini kita bersyukur karena Roh Allah selalu bekerja di dalam Gereja.  Marilah kita berdoa, semoga Tuhan yang mahabaik senantiasa memampukan kita dengan Roh Kudus-Nya, supaya kita tetap mengasihi sama seperti Dia mengasihi kita. Kita juga berdoa dengan perantaraan St. Katarina dari Siena, semoga cinta kasih di dalam gereja semakin kuat sehingga semua orang memuliakan Tuhan sebagai sumber dan asal segala kasih. St. Katarina, doakanlah kami. Amen.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply