Homili 11 Mei 2016

Hari Rabu, Pekan Paskah VII
Kis 20:28-38
Mzm 68:29-30.33-35a
Yoh 17:11b-19

Benar-Benar Seorang Gembala

imageSaya pernah merayakan upacara Pekan Suci bersama umat di sebuah paroki terpencil di Indonesia Timur. Saya menggantikan untuk sementara waktu pastor paroki yang saat itu sedang sakit dan berobat di Jawa. Kesan pertama yang muncul dalam pikiran saya adalah bahwa umat di paroki itu sangat sederhana, namun mereka kaya dalam iman kepada Tuhan. Hal lain yang mengesankan saya adalah mereka merasa bangga karena memiliki seorang pastor paroki yang baik. Ia tidak hanya berbicara tetapi menunjukkan teladan sebagai seorang kudus, seorang gembala baik yang memperhatikan kehidupan rohani dan jasmani umatnya. Ia memiliki komitmen untuk mengunjungi umat, mengadakan pertemuan rutin dengan para agen pastoral dan mencari solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam keluarga-keluarga di paroki. Pokoknya pastor paroki bagi mereka, benar-benar adalah seorang gembala yang baik. Ini beberapa kesan dari umat paroki selama saya melayani di sana. Kesan-kesan ini terbukti dengan adanya partisipasi aktif umat dalam merayakan Pekan Suci. Mereka tidak harus menunggu komando dari pastor tetapi berinisiatif untuk melayani gereja dengan sepenuh hati.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini sangatlah indah untuk direnungkan. St. Paulus melanjutkan diskursus perpisahannya dengan para penatua di Efesus. Kali ini ia menunjukkan dirinya sebagai seorang gembala yang baik dengan memberikan nasihat-nasihat yang baik kepada para penatua dan jemaat di Efesus. Ia menghendaki supaya ada sukacita di dalam hati setiap umat beriman. Ia sudah belajar dari pengalamannya bahwa penderitaan dan kemalangan, ajaran-ajaran sesat akan menguasai kehidupan gereja muda di Efesus. Sebab itu ia menasihati para penatua untuk setia sebagai gembala yang baik untuk menjaga kawaan domba dari ajaran-ajaran sesat dan pihak-pihak yang dapat menghancurkan pertumbuhan iman umat di Efesus. Kehadiran yang aktif dari para penatua sangat diharapkan oleh Paulus supaya umat tetap bersatu sebagai saudara dan juga bersatu dengan Tuhan.

Paulus berkata kepada para penatua: “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri. Aku tahu, bahwa sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu. Bahkan dari antara kamu sendiri akan muncul beberapa orang, yang dengan ajaran palsu mereka berusaha menarik murid-murid dari jalan yang benar dan supaya mengikut mereka.” (Kis 20:28-30). Perkataan Paulus ini merupakan sebuah penglihatan akan masa depan Gereja di Asia pada umumnya. Maka harapan dari Paulus adalah supaya jemaat selalu berjaga-jaga. Pada saat ini, gereja di benua Asia sedang mengalami kesulitan sebagaimana dilihat oleh Paulus. Gereja di Indonesia juga merasakan dampaknya.

Paulus berdoa dan dengan iman ia menyerahkan para penatua dan jemaat kepada Tuhan dan kepada firman serta kasih karunia-Nya. Tuhan memiliki kuasa untuk menguduskan manusia sesuai dengan kehendak-Nya. Paulus menunjukkan dirinya sebagai pribadi yang sederhana di hadirat Tuhan dan gereja Efesus. Ia tidak menginginkan emas dan perak dari siapapun. Ia bekerja sendiri untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya serta keperluan para rekan kerjanya. Dia berbagi dengan sesamanya, terutama mereka yang miskin dan sangat membutuhkan. Ia mengutip perkataan Yesus: “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima”.

Perpisahan di Efesus ini sangat mengharukan hati para penatua dan Paulus. Para penatua dan jemaat menangis karena sebentar lagi akan ditinggal pergi oleh Paulus, gembala mereka. Dikisahkan dalam kisah para rasul bahwa jemaat sangat berdukacita atas kepergian Paulus. Dialah tawanan Roh yang akan tetap melayani Tuhan sampai tuntas. Jemaat menunjukkan cinta kasih kepada Paulus dengan berdukacita. Mereka berlutut dan berdoa bersama supaya Roh Kudus benar-benar hadir dan membaharui dan menguatkan gereja muda di Efesus.

Dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai gembala yang baik yang selalu hadir bersama para murid. Sifat kegembalaan-Nya ditunjukkan dalam doa-Nya sebagai gembala dan Imam Agung. Ia memohon supaya setelah kepergian-Nya kepada Bapa, para murid-Nya tetap dipelihara dalam nama Bapa sendiri. Para murid-Nya sebagai Gereja perdana tetap satu sama seperti Bapa, Putera dan Roh Kudus juga satu adanya. Tuhan Yesus hadir aktif dalam kehidupan pribadi para murid-Nya. Hal yang sama akan tetap dilakukan-Nya bagi Gereja sepanjang masa. Ia memelihara, menjaga dan menguduskan setiap pribadi. Ia tidak akan membiarakan Gereja binasa.

Tuhan Yesus menyatakan semua aspirasi-Nya kepada Bapa sebelum Ia meninggalkan dunia untuk pergi dan duduk di sebelah kanan-Nya. Dengan demikian sukacita Yesus juga menjadi penuh di dalam Gereja. Konsekuensinya adalah Gereja harus hidup dalam sukacita kebangkitan Yesus Kristus. Tuhan Yesus juga mendoakan Gereja supaya menjadi kudus dalam kebenaran.

Doa Yesus bagi para murid atau bagi Gereja-Nya ini menunjukkan kedekatan yang luar biasa, persekutuan antara Yesus dengan Gereja sebagai Tubuh Mistik-Nya. Tuhan adalah gembala yang selalu dekat dan menguatkan umat-Nya. Gereja membutuhkan Roh Kudus, sumber sukacita, Penghibur yang senantiasa mempersatukan setiap pribadi yang percaya kepada Tuhan. Semoga di masa novena Roh Kudus ini, sukacita Tuhan menjadi penuh dalam diri kita semua. Kita dapat menjadi benar-benar gembala yang baik bagi sesama.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply