Homili 12 Mei 2016

Hari Kamis, Pekan Paskah VII
Kis 22:30; 23:6-11
Mzm 16: 1-2a.5.7-8.9-10.11
Yoh 17: 20-26

Berdoa bersama Yesus

imageSatu hal yang selalu saya ingat dalam hidup saya sebagai pastor adalah sebuah nasihat Bapa Uskup Kherubim Pareira, SVD. Ketika itu usia imamat saya masih di bawah lima tahun (balita) dan menjadi pionir karya Salesian Don Bosco di Weetebula tahun 2002. Beliau saat itu masih menjabat sebagai uskup di keuskupan Weetebula. Pada suatu kesempatan saya meminta untuk bertemu secara pribadi dengannya, sambil meminta bimbingannya secara rohani. Saya mengatakan kepadanya kesulitan-kesulitan saya sebagai seorang imam muda saat itu, otak masih penuh dengan diktat dan manual teologi dan Kitab Suci dari Yerusalem, sangat idealis dan lain sebagainya. Semuanya ini membuat saya terkadang merasa kurang berdevosi dalam pelayanan-pelayanan sakramen terutama sakramen Ekaristi dan belum setia dalam doa secara pribadi dan komunitas. Beliau mendengarkan saya sambil menutup matanya sedikit, tetapi telinganya terbuka lebar.

Setelah saya mengakhiri semua curhat ini, beliau tertawa sebentar dan berkata: “Ya, John, kamu masih muda! Saya hanya meminta kepadamu dua hal ini. Pertama, selalu berdoa dan kedua, ingat ajaran Tuhan Yesus tentang hukum yang pertama dan terutama dalam Injil dan lakukanlah.” Dia mengakhiri nasihatnya ini kepada saya. Saya kembali ke komunitas dengan perasaan yang sangat berbeda dari sebelumnya. Saya berkata dalam hati, “Bapa Uskup hanya memberi dua pesan, singkat, jelas dan tepat. Saya harus memulainya saat ini juga”. Sejak saat itu saya berubah. Saya keluar dari semua idealisme manusiawi dan banyak belajar dari Tuhan Yesus Kristus.

Nasihat Bapa Uskup Kherubim kepada saya untuk menjadi pastor yang rajin berdoa dan memiliki skala prioritas dalam melayani Tuhan dan sesama dengan setia dan rendah hati tetaplah menjadi kekuatan bagiku. Setiap kali sayan mengalami padang gurun dalam kehidupan rohani dan pelayananku sebagai seorang imam, saya selalu ingat untuk kembali ke dua hal yang sederhana dan sangat mendalam ini. Benar, percuma saja sebagai seorang imam namun sering sadar dalam melalaikan doa pribadi dan komunitas. Atau kadang-kadang merayakan misa tanpa persiapan khususnya Sabda karena berpikir bahwa sudah mengerti bacaan-bacaan Kitab Suci yang dibacakan dalam liturgi. Kurang memiliki devosi kepada sakramen Ekaristi.

Pada hari ini arah mata kita semua tertuju pada Tuhan Yesus. Dia bertindak sebagai Imam Agung yang berdoa. Ia berdoa untuk hidup dan harapan dari para murid-Nya, bagi persekutuan Gereja dan semua orang yang mendengar langsung atau tidak langsung pewartaan Gereja dari dahulu hingga sekarang. Tuhan Yesus berkata: “Bukan untuk mereka saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka.” (Yoh 17:20). Tuhan Yesus memberi sebuah teladan yang baik yaitu berdoa. Dia selalu bersatu dengan Bapa dalam doa. Para murid sendiri melihat-Nya berdoa sehingga mereka juga meminta-Nya untuk mengajar mereka berdoa. Tuhan Yesus memberi teladan untuk mendoakan orang lain. Banyak kali kita lupa diri sehingga suka mendoakan diri kita sendiri, lupa dan lalai mendoakan orang lain. Ini sifat egois kita dalam doa. Sekarang kita mesti malu karena Tuhan Yesus saja mendoakan kita satu persatu.

Tujuan Tuhan Yesus mendoakan kita adalah supaya menjadi satu. Mengapa persekutuan adalah intensi doa Yesus? Karena Dia tahu kelemahan manusiawi kita yaitu terlalu egois. Kita lebih memiliki prioritas untuk diri sendiri, golongan sendiri dan lain sebagainya sehingga lupa memandang Allah Tritunggal Mahakudus. Allah kita hanya satu dengan Tiga Pribadi yang berbeda yaitu Bapa, Putera dan Roh Kudus. Kalau saja kita memandang dan mengikuti Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus maka kita benar-benar menjadi satu. Persekutuan setiap pribadi sebagai manusia dan sebagai manusia di dalam Tuhan. Persekutuan adalah sebuah kesaksian fundamental Gereja bagi dunia. Konkretnya adalah Yesus mendoakan semua orang Kristiani untuk bersatu.

Tuhan Yesus mendoakan para murid-Nya karena kasih supaya dapat menjadi satu. Ia memiliki kasih yang besar kepada setiap murid-Nya meskipun nantinya mereka juga akan meninggalkan-Nya pada saat Ia memulai penderitaan. Namun demikian, melalui doa-Nya ini, Ia juga memberikan kepada kita sebuah tugas untuk membuat-Nya dikenal dan dikasihi oleh semua orang. Artinya bahwa semua tugas pelayanan kita adalah demi kemuliaan nama Tuhan bukan kemulian diri kita.

Hal lain yang juga sangat penting adalah Yesus menjadi satu-satunya Pengantara kita kepada Bapa. Dia adalah satu-satunya Utusan Bapa dan Dia juga menjadi Jalan, Kebenaran dan Hidup kita. Setiap kali berdoa kita selalu mengakhirinya dengan berkata: “Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami”. Tidak ada seorang pun yang bisa menjadi pengantara kita. Para Kudus hanyalah perantara yang nunut pada satu-satunya Pengantara kita.

Apa yang harus kita lakukan?

Kita belajar dari St. Paulus dan perjuangan hidupnya. Ia mengalami banyak penderitaan dan kemalangan namun ia tidak pernah lalai untuk mewartakan Kerajaan Allah. Dia adalah pribadi yang sadar diri sebagai rasul yang memiliki identitas diri yang jelas. Dia mengakui dirinya sebagai orang Farisi, keturunan orang Farisi. Masalahnya adalah ia memberi kesaksian tentang kebangkitan Yesus Kristus yang sesuai ajaran kaum Farisi tetapi bertentangan dengan ajaran kaum Saduki. Kesaksian hidupnya ini menggoncang kehidupan banyak orang du Yerusalem saat itu.

Tuhan mendengar doa-doa Paulus dan memihaknya. Dikisahkan bahwa pada suatu malam Tuhan menampakkan diri dan berkata kepadanya: “Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau bersaksi di Roma” (Kis 23:11). Paulus tetap menunjukkan kesetiaannya kepada Tuhan. Ia bersatu dengan Tuhan dan setia melayani Tuhan sampai tuntas.

Pada masa novena Pentekosta ini, marilah kita memohon anugerah istimewa yakni doa. Semoga Tuhan membahaharui semangat doa kita. Doa adalah mengangkat hati dan pikiran kita kepada Tuhan. Roh Kudus membantu kita untuk bisa ikut menyapa Allah sebagai Abba bersama Yesus Putra-Nya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply