Homili Hari Raya Tritunggal Mahakudus/C – 2016

Hari Raya Tritunggal Mahakudus
Ams. 8:22-31
Mzm. 8:4-5. 6-7.8-9
Rm 5:1-5
Yoh 16:12-15

Allah Tritunggal Mahakudus Sumber Kerahiman

imagePada hari ini Gereja Katolik merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Kita semua sebagai Gereja yang hidup telah bersama-sama melewati suatu masa khusus dalam liturgi yakni masa Paskah, yang dimulai pada hari raya Paskah sampai hari raya Pentakosta. Selama lima puluh hari kita berjumpa dengan Allah yang Maharahim, yang senantiasa berbicara dengan kita secara pribadi melalui Sabda-Nya di dalam Kitab Suci. Yohanes mengakui imannya kepada Allah sebagai kasih (1Yoh 4:8.16). Allah yang adalah kasih, menunjukkan kasih-Nya yang abadi kepada semua orang. Hal ini diungkapkan Tuhan Yesus dalam perbincangannya dengan Nikodemus. Ketika itu Ia berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3:16). Allah Bapa yang Maharahim mengasihi semua orang maka Yesus Putra-Nya diutus untuk menjadi Penebus. Roh Kudus diutus oleh Bapa melalui Yesus sang Putra untuk mengajar dan mengingatkan kita tentang kasih Allah sebagai sumber kerahiman.

Kita mengakui Allah Tritunggal Mahakudus. Dalam bahasa Latin disebut Trinitas artinya sebuah kondisi rangkap tiga: Allah itu satu, tetapi ada dalam tiga pribadi. Allah Yang Maharahim adalah esa, satu dalam tiga pribadi yang berbeda. Saya teringat pada dua orang sahabat, yang satunya beragama islam dan lainnya beragama katolik. Sahabat beragama Islam berkata: “Allah bagi kami adalah esa dan tidak ada Allah lain seperti Dia. Maka bagaimana mungkin Allah yang esa itu memiliki seorang Putra?” Sahabat beragama Katolik itu memandangnya dan berkata: “Kami mengakui bahwa Allah adalah kasih, bagaimana mungkin Ia sendirian saja.” Keduanya saling berpelukan dan berkata satu sama lain bahwa jalan memang berbeda tetapi tetap menuju kepada Allah yang satu sebagaimana diakui oleh Abraham, Ishak dan Yakub.

Allah Kristiani adalah Allah Tritunggal Mahakudus: Allah itu satu tetapi Dia tidak sendirian, Ia adalah kesatuan (comunitario). Ia mewahyukan diri-Nya sebagai Bapa di dalam Yesus Kristus sebagai Anak. Saya mengingat perkataan Paus Emeritus Benediktus XVI tentang Tritunggal Mahakudus seperti ini: “Dalam Yesus Kristus, Allah sendiri menjadi manusia dan mengizinkan kita untuk mencicipi hubungan akrab dengan Allah sendiri. Dan di sana kita akan melihat sesuatu yang tak terduga sama sekali: Allah yang misteri itu bukan pribadi yang sendirian abadi. Allah sendiri merupakan peristiwa cinta kasih. Ada putra yang berbicara kepada bapa, dan keduanya ada dalam Roh, yang menciptakan suasana memberi dan mencintai yang menjadikan mereka satu Allah”.

Yesus sebagai Anak Allah mengajarkan bahwa Allah adalah kasih. Allah sendiri yang menghendaki hidup dunia, Dia yang berinisiatif untuk menyelamatkan semua orang. Allah yang kita imani juga selalu mewahyukan diri-Nya sebagai Allah yang berbelas kasih. St. Paulus mengatakan bahwa Allah itu kaya akan belas kasih (Ef 2:4). Paus Fransiskus mengatakan dalam Bulla Misericordiae Vultus bahwa Yesus Kristus menunjukkan wajah kerahiman Allah. Dalam Litani Kerahiman Ilahi, kita berdoa: “Kerahiman ilahi, Tritunggal Mahakudus yang tidak dapat dimengerti”. Allah adalah misteri yang tidak terselami.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini mambantu kita untuk membangun iman dan kepercayaan kepada Tuhan. Penulis Kitab Amsal mau menggambarkan Allah Bapa sebagai pencipta. Ia menunjukkan personifikasi karya ilahi dalam penciptaan dunia dan isinya. Ini merupakan kebijaksanaan Allah yang abadi untuk menjadikan segala sesuatu. Bahkan dikatakan bahawa sebelum bumi ada, kebijaksanaan sudah ada. Dalam terang Kristiani, Yesus adalah kebijaksanaan ilahi (1Kor 1:24-30).

Allah Bapa adalah pencipta segala sesuatu. Kebijaksanaan dengan bangga mengaku: “Tuhan telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama. Jadi sebelum bumi dan segala isinya, samudera raya, gunung-gunung tertanam, padang rumput dan debu tanah. Angkasa raya dan batas-batas, lautan luas semua diciptakan setelah adanya kebijaksanaan. Dan hal yang juga menarik perhatian adalah bahwa setiap hari, kebijaksanaan selalu menjadi kesenangan Allah. Anak-anak manusia menjadi kesenangan kebijaksanaan.

Semua yang digambarkan di sini menunjuk pada Allah sebagai Bapa yang menciptakan segala Sesutu. Katekismus Gereja katolik mengajarkan bahwa kita menyapa Allah sebagai Bapa karena Dia adalah pencipta dan peduli dengan penuh kasih kepada ciptaan-Nya. Yesus Putra-Nya telah mengajar kita untuk memanggil Bapa-Nya sebagai Bapa kita dan menyebutnya sebagai Bapa kita. Ia berkata: “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yoh 14:9). Sebelum Yesus lahir, bangsa Israel sendiri sudah menyapa Allah sebagai Bapa (Ul 32:6; Mal 2:10). Bapa sebagai sumber kebijaksanaan yang selalu menunjukkan kerahiman-Nya kepada kita.

Iman memulihkan hidup kita. Iman menyelamatkan kita karena kerahiman Allah. St. Paulus dalam bacaan kedua mengatakan bahwa kita semua dibenarkan karena iman. Kita bisa hidup dalam damai sejahtera dengan Allah karena Yesus Kristus Tuhan kita. Yesus menjadi satu-satunya pengantara kita kepada Bapa yang maharahim. Kasih karunia-Nya melimpah kepada kita semua. Apa yang harus kita lakukan untuk setia menerima kerahiman Allah? Menurut St. Paulus, kita perlu menerima segala macam penderitaan di dunia ini. Segala penderitaan dan kesengsaraan menimbulkan ketekunan, tahan uji dan pengharapan. Pada akhirnya Paulus mengatakan bahwa pengharapan tidak mengecewakan karena kasih Allah telah tercurah ke dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.

Penginjil Yohanes menghadirkan Figur Allah Tritunggal Mahakudus sebagai Allah yang tidak sendirian, melainkan Allah yang menjadi satu kesatuan (Comunitario). Ia mengatakan persekutuan-Nya sebagai Anak dengan Allah sebagai Bapa dalam Roh Kudus. Roh Kudus itu adalah Roh Kebenaran yang datang untuk memimpin kita kepada kebenaran yakni Yesus sendiri. Roh yang sama akan mengatakan segala sesuatu yang didengar-Nya dari Bapa dan Putra. Ia memberitahukan hal-hal yang akan datang. Persekutuan Bapa, Putra dan Roh Kudus diucapkan Yesus dalam wejangan-Nya: “Segala sesuatu yang Bapa punya adalah kepunyaan-Ku; sebab itu Aku berkata: Ia akan memberitahukan kepadamu apa ang Dia terima dari pada-Ku.”

Pada hari ini kita bersyukur kepada Tuhan Allah Tritunggal Mahakudus karena kerahiman-Nya mengalir, berlimpah dan menguduskan kita semua. Semua ini karena Allah adalah kasih. Dia tidak membiarkan kita sendirian. Semoga perayaan hari raya Tritunggal Mahakudus membaharui hidup kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply