Homili 23 Mei 2016

Hari Senin, Pekan Biasa VIII
1Ptr 1:3-9
Mzm 111:1-2.5-6.9.10c
Mrk 10:17-27

Berikanlah kepada orang miskin!

imageSaya mengingat sebuah katekese dari Paus Fransiskus pada tanggal 9 April 2016 yang lalu di Lapangan St. Petrus. Ketika itu beliau bertanya kepada para audiens: “Ketika kalian memberi sedekah kepada orang-orang miskin, apakah anda juga melihat mata mereka?” Paus Fransiskus mengingatkan umat beriman bahwa memberi sedekah kepada kaum miskin itu bukan hanya sekedar memberi mereka uang, tetapi lebih dari itu memikirkan kebutuhan-kebutuhan mereka yang aktual. Sebab memberi sedekah adalah sebuah cara mengasihi yang langsung kita lakukan. Baginya, kita tidak hanya sekedar mengidentifikasi sedekah dengan memberi dana tanpa melihat siapakah orang itu, tanpa berhenti membicarakan dan memahami apakah mereka benar-benar butuh. memberi sedekah harus digerakkan oleh kekayaan kerahiman. Sedekah dalam bahasa Italia disebut “elemosina” di mana dalam bahasa Yunani dikaitkan dengan kerahiman atau belas kasih. Tuhan sendiri menunjukkan kerahiman-Nya kepada kaum miskin, orang asing, para yatim dan janda. Mereka semua menaruh harapannya kepada kerahiman dan belas kasih Allah.

Saya merasa bahwa ini adalah sebuah katekese kerahiman Allah yang sederhana dari Bapa Suci tentang bagaimana kita menaruh perhatian khusus kepada kaum papa dan miskin. Mungkin orang berpikir bahwa ketika kita memberi, kita memberi karena kita memiliki kelebihan ini dan itu. Sebab itu kita memberi tanpa melihat pada mata orang yang menerima pemberian kita. Mungkin saja mereka tidak membutuhkan materi tetapi asistensi rohani, kehadiran kita untuk mendengar, memahami dan membagi kerahiman Allah kepada mereka. Kita memberi dengan memperhatikan mereka, membantu mereka untuk menyadari kerahiman Allah. Kita seharusnya melatih diri untuk memberi dari apa yang tidak kita miliki, tetapi murah hati dan tidak pernah membuat perhitungan, akan mengalami kekurangan ini dan itu. Sikat tidak terikat pada harta kekayaan harus dimiliki oleh setiap pengikut Kristus.

Penginjil Markus hari ini mengisahkan tentang perjumpaan menakjubkan antara Yesus dan seorang pemuda. Pemuda ini bukan seorang pemuda biasa tetapi pemuda yang luar biasa. Ia memiliki bekal yakni hidup keagamaan yang baik. Ia mengenal perintah-perintah Tuhan dan berusaha mengikutinya dengan gayanya sendiri. Sebab itu ia datang kepada Yesus, berlutu di depan Yesus sambil menyapa Yesus sebagai guru yang baik. Ia berdoa sekaligus bertanya tentang kiat mana yang bisa ia lakukan untuk bisa masuk surga dan menikmati kebahagiaan kekal. Yesus mengetahui kehidupan pribadi orang muda ini sehingga Yesus memintanya untuk melakukan dengan baik sepuluh perintah Allah: jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, jangan mengurangi hak orang dan menghormati ayah dan ibunya.

Orang muda yang kaya itu mengakui sudah melakukan semua perintah Tuhan sejak masih kecil. Tuhan Yesus memandangnya dengan penuh kasih dan mengatakan satu titik kelemahannya yakni hatinya masih terikat pada harta duniawi. Yesus sudah mengatakan bahwa di mana hartamu berada, di situ hatimu juga berada (Mat 6:21). Yesus berkata kepadanya: “Pergilah, juallah apa yang kau miliki, dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan memperoleh harta di surga, kemudian datanglah kemari dan ikutilah Aku” (Mrk 10:21).

Tuhan Yesus tidak mengatakan kepadanya untuk pergi dan menjual semua yang dimilikinya lalu selesai. Hasil penjualannya juga bukan untuk dibawa kepada Yesus sebagai persembahan, hasil penjualan itu justru diberikan secara cuma-cuma kepada kaum miskin sampai habis. Ketika dia sudah tidak memiliki harta duniawi maka ia akan menaruh seluruh harapannya kepada Tuhan dan Tuhan akan memberinya harta surgawi. Orang yang sudah bebas dari harta duniawi dan hanya memiliki harta surgawi akan layak untuk mengikuti Yesus. Rupa-rupanya perkataan Yesus ini merubuhkan keinginan orang muda yang baik ini. Maka kita memang belum cukup melakukann perintah Tuhan yang kita kenal dalam Kitab Suci. Kita juga harus memiliki sikap lepas bebas dari segala harta untuk melekatkan diri kepada Tuhan yang empunya harta kekayaan. Orang-orang yang melekat pada harta duniawi tidak mampu mengikuti Yesus.Yesus mengatakan bahwa lebih muda seekor unta masuk melalui lubang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai orang-oran pilihan Tuhan? Kita harus berani membuka diri untuk membiarkan Yesus datang dan tinggal di dalam diri kita. Kita merasakan cinta kasih-Nya dan dari situ kita semakin mencintai Dia sebagai Tuhan kita. St. Petrus mengatakan bahwa sekalipun kita tidak melihat Kristus, namun kita mengasihi-Nya. Kita percaya dan bergembira karena sukacita yang tidak terkatakan. Dari situ sangat terpuji Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus! Kita memuji dan memuliakan Allah karena kita lahir secara baru dalam Yesus Kristus yang bangkit dari kematian-Nya. Kita semua lahir dan sekarang kita hidup dengan penuh harapan. Petrus juga mengingatkan kita untuk merasakan kuasa Allah yang memelihara kita karena iman sambil menantikan keselamatan abadi.

Apakah kita sungguh mengasihi Kristus yang tidak kelihatan? Tuhan Yesus mengatakan bahwa Dia selalu hadir dalam diri saudara-saudari yang ada di sekitar kita. Beata Theresia dari Kalkuta mengatakan bahwa dia selalu melihat Tuhan Yesus hadir dalam diri kaum miskin. Tuhan Yesus sendiri mengatakan: “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat 25:40). Mari kita membuka diri di tahun kerahiman Allah untuk membantu saudara-saudari kita yang berkekurangan. Memberi sedekah merupakan sebuah cara untuk menyebarkan kerahiman Allah. Allah yang adalah kasih hadir untuk memperhatikan kaum miskin melalui karya dan pelayanan kita yang tulus.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply