Homili 24 Mei 2016

Hari Selasa, Pekan Biasa VIII
1Ptr 1:10-16
Mzm 98:1.2-3ab.3c-4
Mrk 10:28-31

Pemuridan: berani meninggalkan supaya layak mengikuti Tuhan!

cuore immacolatoSaya pernah mengikuti sebuah acara talk show panggilan bersama sekelompok orang muda yang masih bersekolah di sebuah paroki. Talk show menghadirkan seorang romo muda dan pasutri muda. Acara talk show ini dikemas sedemikian rupa sehingga menarik, bahasanya juga mudah dipahami oleh orang muda yang masih bersekolah. Satu hal yang menarik perhatian adalah ucapan dari pasutri muda tentang keindahan panggilan. Sang istri mengatakan: “Panggilan itu indah karena kita semua mau menjadi murid Kristus yang terbaik. Murid yang terbaik itu harus berani meninggalkan segalanya supaya layak mengikuti Yesus dari dekat. Sama halnya dengan kami para pasutri, dapat menjadi satu daging karena berani meninggalkan supaya bisa menjadi satu dan mengikuti Tuhan.” Semua anak muda itu bertepuk tangan ketika mendengar perkataan yang cerdas ini.

Saya mengingat kembali acara talk show dan perkataan cerdas ini. Memang benar bahwa persekutuan suami istri itu sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam Kitab Kejadian dikatakan: “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kej 2:24). Pasangan suami istri yang memiliki panggilan istimewa ini harus berani meninggalkan supaya bisa menjadi satu daging yang mengikuti Tuhan. Hal ini juga mirip dengan panggilan sebagai imam, biarawan dan biarawati. Untuk dapat mengikuti Kristus dari dekat (sequela) maka kami juga harus berani meninggalkan segalanya supaya layak mengikuti dan melayani Tuhan. Ketika kami belum berani meninggalkan segala sesuatu maka kami juga tidak akan mengikuti dan melayani Tuhan dengan sepenuh hati.

Tuhan Yesus bereaksi terhadap orang muda kaya, yang tidak berani meninggalkan harta miliknya untuk memperoleh hidup kekal dengan mengikuti Yesus (Mrk 10: 17-27). Sebab itu Yesus mengatakan bahwa betapa sukarnya orang kaya masuk Kerajaan Allah. Tentu saja Yesus tidak bermaksud mempersalahkan orang-orang kaya, tetapi yang Yesus maksudkan adalah orang yang selalu memiliki hati pada harta kekayaan sehingga melupakan Tuhan sang Pencipta dan sesama yang membutuhkan. Tuhan Yesus sudah mengatakan: “Di mana hartamu berada di sana hatimu juga berada” (Mat 6:21). Orang muda di dalam Injil ini kembali ke rumahnya tanpa banyak berkomentar kepada Yesus karena hatinya melekat pada harta kekayaan yang dimilikinya. Itulah sebabnya Yesus bereaksi terhadap orang muda itu, sekalian membuka wawasan pemuridan bagi para murid-Nya. Pertanyaannya sekarang adalah: “Apakah upah yang diterima para murid yang sudah meninggalkan segalanya untuk mengikuti Yesus?”

Petrus merumuskan pernyataannya ini kepada Yesus: “Kami telah meninggalkan segala sesuatu dan mengkuti Engkau”. (Mrk 10:28). Petrus dan teman-temanya merasa bahwa mereka sudah meninggalkan orang tua dan keluarga, pekerjaan dan harta kekayaan untuk mengikuti Yesus, lalu apakah upahnya? Yesus memahami isi hati para murid-Nya maka Ia berkata: “Sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapaknya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan lading, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal” (Mrk 10:29-30).

Yesus memberi jawaban cerdas tentang upah bagi seorang pengikut-Nya. Hal pertama adalah orang harus sadar bahwa Yesus dan Injil-Nya adalah satu kesatuan. Karena itu Yesus harus menjadi nomor satu dan alasan utama orang meninggalkan segalanya. Yesus harus menjadi motivasi paling dasar untuk meninggalkan segala sesuatu. Dengan menjadikan Yesus sebagai alasan utama untuk meninggalkan segala sesuatu maka ia akan leluasa mengikuti Yesus. Kedua, Mengikuti Yesus bukan hanya sekedar mengikuti jejak kaki-Nya, tetapi seluruh hidup Yesus haruslah menjadi bagian dari kehidupan setiap pengikut. Ketiga, pengikut Kristus yang setia harus siap untuk menderita. Segala penderitaan harus diterima sebagai bagian dari hidup kristiani, sebagai jalan untuk hidup yang kekal.

Untuk memberikan rasa optimis bagi para murid-Nya maka Yesus juga mengatakan bahwa banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu (Mrk 10:31). Perkataan Yesus ini mengingatkan kita pada perkataan sebelumnya: “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya” (Mrk 9:35). Nada optimismenya adalah bahwa para murid sudah meninggalkan segalanya dan menjadi miskin di hadirat Allah, mereka adalah kaum anawim yang di mata manusia tidak diperhitungkan, mereka mengalami penderitaan karena Injil, namun pada saat yang tepat merekalah yang akan memiliki Kerajaan Allah.

Apa yang harus kita lakukan?

St. Petrus dalam bacaan pertama mengatakan bahwa para nabi telah bernubuat dalam Kitab Suci Perjanjian Lama tentang kasih karunia. Kasih karunia adalah anugerah cuma-cuma dari Tuhan bagi orang yang berani meninggalkan dan mengikuti Tuhan. Untuk itu setiap pribadi, setiap murid Tuhan harus waspada dan meletakkan harapan sepenuhnya pada kasih karunia itu. Roh kudus yang berasal dari Bapa melalui Yesus Kristus harus tetap ada di dalam diri setiap murid. Ada banyak penderitaan yang dialami Yesus, demikian akan dialami juga oleh setiap murid, dialami oleh Gereja. Namun demikian Tuhan Yesus tetap hadir dan menyertai gereja dengan Roh-Nya hingga akhir zaman.

Para murid Kristus menyiapkan akal budinya, waspda, berharap sepenuhnya kepada Yesus sebagai sumber kasih karunia. Hidup sebagai murid yang taat, tidak menuruti hawa nafsu. Dengan demikian buah dari pemuridan sejati adalah kekudusan. Petrus berkata: “Hendaklah kalian menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang memanggil kalian itu kudus” (1Ptr 1:15). Berani meninggalkan untuk mengikuti Tuhan dan buahnya adalah kekudusan. Kita tinggal di dalam kasih Tuhan selama-lamanya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply