Homili 28 Mei 2016

Hari Sabtu, Pekan Biasa VIII
Yud 1:20b-25
Mzm 63:2.3-4.5-6
Mrk 11:27-33

Allah berkuasa menjagamu

imageSaya pernah mengunjungi seorang sahabat yang terbaring lemah di rumah sakit. Mulanya ia merasa bahwa rasa sakit yang dialaminya itu sederhana saja maka ia mengulur-ulur waktu dan mencari alasan tertentu supaya tidak berkonsultasi dengan dokter tentang sakit yang sedang dialaminya. Namun karena ia merasa semakin hari bertambah sakit badannya maka ia menutuskan untuk pergi dan berkonsultasi dengan dokter di klinik Rumah Sakit. Hasil konsultasi dan pemeriksaan darahnya menunjukkan bahwa ia sedang mengalami sakit kanker darah stadium kedua. Ia diminta oleh dokter untuk tinggal di rumah sakit supaya bisa mendapat intervensi medis. Tentu saja ia merasa sangat takut, namun ia mengakui terbuka kepada Tuhan dan berpasrah kepada-Nya. Pada suatu kesempatan saya mengunjunginya di rumah sakit. Saya menemukan sebuah tulisan tangan yang sederhana di atas meja berbunyi: “Allah berkuasa menjagamu”. Ia selalu melihat tulisan itu setiap ada kesempatan. Ia merasa dibantu untuk percaya bahwa Allah berkusa menjaganya. Ia pun mendapatkan mukjizat penyembuhan dari Tuhan setelah mendapat perawatan intensif dari dokter.

Allah berkuasa menjagamu. Kata-kata yang sederhana tetapi memiliki kekuatan yang luar biasa. Orang yang sudah kehilangan harapan bisa mendapatkan kembali harapannya, seperti orang sakit dalam cerita di atas. Ia sempat bercerita bahwa ketika pertama kali mendengar vonis dokter, ia langsung membayangkan bagaimana orang mengusungnya ke tempat pemakaman. Namun bayangan itu sirna ketika ia melihat cahaya dan kekuatan dari Tuhan melalui kata-kata “Allah berkuasa menjagamu”. Saya percaya bahwa kita semua bisa mengalami pemulihan pada saat-saat sulit, misalnya sakit dengan kata-kata yang meneduhkan hidup seperti ini.

St. Yudas Tadeus melihat bahwa komunitasnya sedang mengalami krisis iman. Banyak orang saat itu bertanya-tanya tentang akhir zaman dan tanda-tandanya. Mereka mendengar banyak berita yang tidak menentu dari para pembual. Orang-orang yang tidak beriman itu mempengaruhi jemaat untuk murtad. Yudas Tadeus menguatkan mereka semua dengan membawa mereka kepada Tuhan dan kuasa ilahi-Nya. Ia mengajak mereka untuk membangun diri di atas dasar imannya yang paling suci dan berdoa dalam Roh Kudus. Hanya dengan cara ini mereka dapat kembali ke jalan yang benar.

Selanjutnya St. Yudas Tadeus memberikan nasihat-nasihat sebagai peneguhan bagi iman mereka. Mereka semua diajak untuk tekun memelihara diri mereka dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat Tuhan Yesus untuk hidup kekal. Mereka diharapkan untuk menunjukkan belas kasih dan kerahiman kepada orang-orang yang sedang dalam keraguan iman. Mereka perlu berbelas kasih kepada orang-orang yang mudah mengalami kecemaran karena dosa. Mereka mesti percaya bahwa Allah berkuasa atas seluruh hidup mereka supaya mereka sendiri tidak merasa tersandung dan bahwa Allah sendirilah yang membawa mereka dengan tidak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya. Dengan demikian segala kemuliaan hanya bagi Tuhan. Yudas berkata: “Bagi Tuhan adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan, dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan selama-lamanya. Amen” (Yud 1:25).

Yudas Tadeus mengantar jemaat gereja perdana untuk tetap fokus pada Tuhan bukan kepada berita-berita bohong yang beredar dan menyesatkan iman. Pengalaman mereka tidak jauh berbeda dengan pengalamana gereja masa kini, khususnya orang-orang tertentu yang cepat sekali percaya sia-sia. Misalnya, ada di antara kita yang suka menyebarkan berita bohong berantai. Kalau tidak cepat meneruskan kepada sepuluh orang atau berapa orang maka bahaya akan mengancam dirinya. Orang seperti ini tidak beriman kepada Tuhan. Kalau saja dia beriman dan percaya kepada Tuhan maka tidak ada alasan baginya untuk meneruskan surat atau pesan berantai. Hal lain misalnya menyangkut akhir zaman. Orang katolik paling suka dengan tema akhir zaman, mungkin karena banyak yang imannya masih dangkal. Namun pada hari ini kita patut bersyukur karena ada Yudas Tadeus yang memberikan wejangan bagi kita untuk bertahan dalam iman.

Orang-orang yang mudah dan suka percaya sia-sia itu sama dengan orang-orang yang mudah meragukan kuasa Tuhan Yesus. Penginjil Markus mengisahkan bahwa Yesus dan para murid-Nya sudah tiba di Yerusalem dan sedang berjalan-jalan di halaman Bait Allah. Sebelumnya Ia sudah mengutuk pohon ara yang tidak berbuah dan menyucikan Bait Allah dengan mengusir para pedagang di dalam rumah Tuhan. Dengan dua peristiwa ini maka para imam kepala dan para ahli Taurat serta tua-tua orang Yahudi datang kepada-Nya untuk mempertanyakan kuasa-Nya. Inilah pertanyaan mereka: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapa yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?” (Mrk 11:28).

Para pemimpin Yahudi ini hanya bisa bertanya kepada Yesus. Sebenarnya mereka tidak jujur dengan diri mereka sendiri karena mereka sedang terpesona dengan pribadi Yesus dan kuasa ilahi di dalam diri-Nya. Tidak ada seorang Yahudi seperti Yesus yang bisa mengutuk pohon ara dan menjadi kering atau menyuruh para pedagang untuk keluar dari dalam Bait Allah. Yesus memilih melawan arus dan seharusnya orang mengakui kuasa-Nya bukan meragukannya. Para pemimpin Yahudi sendiri tidak mampu menjawab pertanyaan Yesus tentang kuasa pembaptisan Yohanes. Mereka malu dan berhenti mempertanyakan kuasa Yesus.

Banyak kali kita pun suka mencobai Tuhan dengan mempertanyakan kuasa-Nya. Pikirkan saja saat-saat kita mengalami masalah-masalah kehidupan, sakit penyakit dan lain sebagainya. Kita mudah sekali menyerah dan mempertanyakan kuasa Tuhan di dalam hidup pribadi kita. Mengapa kita bersikap demikian? Karena kita belum beriman! Emang kamu beriman? Ini adalah pertanyaan bagi kita masing-masing. Kalau kita mengimani Yesus Kristus mengapa masih bersikap seperti orang yang tidak beriman? Mari kita membuka diri untuk menerima dan mengalami kerahiman Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply