Homili Maria Mengunjungi Elizabeth saudaranya – 2016

Pesta Bunda Maria Mengunjungi Elizabeth saudaranya
Zef. 3:14-18a atau Rm. 12:9-16b
MT Yes. 12:2-3,4-bcd,5-6
Luk. 1:39-56

Maria Membawa Kerahiman Allah

REGINADELLAPACEPada hari ini kita merayakan pesta Bunda Maria Mengunjungi Elizabeth saudaranya. Perayaan hari ini menjadi sangat istimewa karena kita sedang berada di tahun Yubileum Kerahiman Allah, lagi pula kita sedang berada di masa novena untuk merayakan perayaan Hati Amat Kudus Yesus, pancaran kerahiman Allah. Marilah kita semua memandang Bunda Maria, Bunda Kerahiman Allah dan belajar untuk mengenal dan mengikuti teladan kekudusannya. Kita semua selalu menyapanya dalam doa-doa seperti Salam Maria, peristiwa-peristiwa Rosario sepanjang bulan Mei ini, kidung dan pujian sebagai tanda hormat kepadanya dan ziarah-ziarah rohani yang dilakukan secara pribadi maupun secara kelompok. Saya yakin bahwa sepanjang Bulan Mei ini Bunda Maria sungguh-sungguh menjadi bunda kerahiman bagi kita semua.

Paus Fransiskus dalam Bulla Misericordiae Vultus mendedikasikan salah satu nomor khusus yaitu no.24, untuk menghormati Bunda Maria sebagai Bunda Kerahiman Allah. Beliau menulis: “Pikiran saya sekarang beralih kepada Bunda Kerahiman”. Ini adalah sebuah kalimat yang tidak hanya mengungkapkan devosi pribadi Sri Paus kepada Bunda Maria, tetapi juga menjadi sebuah ajakan bagi seluruh Gereja Katolik untuk menghormati Bunda Maria sebagai Bunda Kerahiman Allah.

Ada beberapa point penting yang ditekankan oleh Sri Paus Fransiskus dalam Bulla atau Petunjuk-Petunjuk untuk merayakan tahun Yubileum Kerahiman Allah ini, khususnya dalam hubungannya dengan Bunda Maria sebagai Bunda Kerahiman Allah. Poin-poin itu adalah:

Pertama, ada sebuah harapan Sri Paus bagi seluruh gereja bahwa semoga dengan wajah Bunda Maria yang manis dan penuh kasih dapat turut mengawasi kehidupan kita di tahun suci ini, sehingga kita semua dapat menemukan kembali sukacita kelembutan wajah Allah. Maria disapa Bunda Kerahiman karena dalam misteri inkarnasi (sabda menjadi manusia), ia ikut menghadirkan Yesus yang menunjukkan wajah kerahiman Allah kepada kita. Yesus yang satu dan sama telah disalibkan, wafat dan bangkit dengan mulia dan kini memasuki tempat kudus kerahiman. Di sanalah Allah sebagai kasih hadir dalam kerahiman-Nya selama-lamanya.

Kedua, Maria dipilih untuk menjadi Bunda Yesus Putra Allah. Ia dipersiapkan khusus oleh kasih Allah untuk menjadi Tabut Perjanjian antara Allah dan manusia. Ia adalah satu-satunya manusia yang dipilih Allah untuk menyimpan Yesus sebagai wajah Kerahiman Allah di dalam hatinya. Ia pernah menyanyikan kidung pujiannya (Magnificat) di rumah Elizabeth sebagai kidung kerahiman Allah sepanjang zaman. Segala keturunan menyapa Maria sebagai yang berbahagia karena kerahiman Allah. Kata-kata indah dalam Magnificat ini dapat menghasilkan buah-buah kerahiman Allah dalam hidup kita.

Ketiga, Maria berdiri di bawah kaki salib Yesus Putranya dan ia mendengar kata-kata pengampunan berlimpah yang diucapkan Yesus sendiri kepada para algojo. Yesus mengampuni para algojo karena mereka tidak mengetahui apa yang mereka perbuat. Pengampunan merupakan ungkapan tertinggi kerahiman Allah. Maria mengenal kerahiman Allah yang tiada batasnya dalam diri Yesus Putranya dan bahwa kerahiman Putranya juga tidak mengenal batas dalam diri manusia. Kata-kata yang indah juga ada dalam doa Salam ya Ratu (Salve Regina). Melalui doa ini kita melihat mata kerahiman Allah terpancar dalam mata Bunda Maria yang melahirkan Yesus sebagai wajah kerahiman Allah.

Bunda Maria juga diangkat Tuhan ke dalam surga untuk merasakan kerahiman Allah selama-lamanya. Ia laksana perempuan yang berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota yang besar dari dua belas bintang di atas kepalanya (Why 12:1). Dari surga, Bunda Maria senantiasa berdoa supaya kerahiman Allah menyelimuti kita sekarang dan sepanjang masa.

Bacaan-bacaan Kitab Suci dalam perayaan liturgi hari ini juga menunjukkan perjalanan hidup Bunda Maria yang membawa kerahiman Allah di dalam hidupunya. Dalam bacaan pertama kita mendengar nubuat Zefanya bahwa Tuhan raja Israel ada di tengah-tengah umat-Nya. Oleh karena itu mereka diharapkan untuk bersorak-sorai, bergembira, bersukacita, beria-ria dengan segenap hati. Artinya, semua orang harus memiliki optimisme karena Tuhan benar-benar menunjukkan kerahiman-Nya kepada umat kesayangan-Nya. Ia menyingkirkan hukuman yang dijatuhkan atas Israel dan menebas binasa para musuh. Tuhan maharahim berada di tengah-tengah umat-Nya. Israel diharapkan untuk tidak merasa takut karena Tuhan akan membaharui mereka dalam kasih-Nya.

Nubuat Zefanya ini sangat indah karena menggambarkan Allah sebagai Imanuel dan sumber kerahiman. Ia menunjukkan kerahiman kepada umat-Nya dengan pengampunan yang berlimpah. Ia tidak memperhitungkan dosa manusia tetapi melihat iman dan kepercayaan. Apakah kita yang membaca dan mendengar Sabda ini memiliki sukacita? Apakah kita secara pribadi tidak merasa takut karena Allah yang maharahim menyertai kita? Barangsiapa mengasihi Allah, ia tidak akan hidup dalam ketakutan. Kita hanya memiliki Roh Keberanian.

Dalam bacaan Injil kita semua melihat sosok Bunda Maria sebagai Bunda Kerahiman. Setelah mendengar kabar sukacita dari Malaikat Gabriel, Bunda Maria melawat ke rumah Elizabeth yang saat itu sedang hamil enam bulan. Perjalanan jauh ditempuhnya dari Nazareth ke Ayin Karem tempat tinggal Elizabeth. Hal yang menarik perhatian kita adalah Bunda Maria tidak mau memiliki Yesus sebagai Kerahiman Allah sendirian saja, tetapi ia membawanya kepada sesama. Kerahiman Allah itu membuahkan pentekosta baru. Ada sukacita yang besar ketika terjadi perjumpaan antara empat pribadi, yakni Maria dan Elizabeth, Yesus dan Yohanes Pembaptis. Roh Kudus hadir dan menunjukkan kerahiman Ilahi kepada mereka semua dalam suasana sukacita yang besar.

Elizabeth juga merasakan kerahiman Allah dan berseru dengan suara nyaring untuk menyambut Bunda Kerahiman Allah: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” (Luk 1:42-45). Kehadiran Roh Kudus membuahkan sukacita abadi, tanda kerahiman dalam kehidupan mereka.

Bunda Maria yang penuh Roh Kudus mendaraskan Magnificat, sebuah kidung kerahiman Allah. Paus Fransiskus mengatakan bahwa melalui Magnificat, kita semua percaya bahwa kerahiman Allah itu mengalir dari generasi ke generasi. Artinya kerahiman Allah mengalir sepanjang zaman. Maria tetap mengangkat hati dan jiwanya untuk memuliakan Allah yang maharahim, Allah sebagai Juru Selamat sepanjang zaman. Maria merasa yakin bahwa Allah yang maharahim memilih dia karena kerendahannya sebagai hamba. Memang, orang yang rendah hati akan tetap terbuka kepada kerahiman Allah. Ia akan tetap disapat oleh semua keturunan sebagai yang berbahagia. Maria mewujudkan kerahiman Allah dengan melayani. Penginjil Lukas mengatakan bahwa Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya (Luk 1:56).

Pada hari ini mata kita semua tertuju kepada Bunda Maria sebagai Bunda Kerahiman Allah. Kita selalu menyapanya dalam doa-doa dan memohon kerahiman Allah melaluinya juga. Semoga Bunda Maria tetap menjadi penolong dan inspirator bagi kita untuk merasakan kerahiman Allah.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply