Homili 23 Juni 2016

Hari Kamis, Pekan Biasa XII
2Raj 24:8-17
Mzm 79: 1-2.3-5.8.9
Mat 7:21-29

Melakukan Kehendak-mu adalah harga mati!

imageAda seorang bapa, ia mengaku pernah bekerja pada seorang majikan yang sifatnya keras. Setiap hari bapa itu selalu mendapat banyak teguran dari majikannya. Ia pun merasa kenyang dengan semua teguran sehingga pernah merasa bahwa dirinya tidak berguna. Namun ada satu hal yang membingungkannya adalah mengapa majikannya belum mengatakan kata “pecat” kepadanya. Pada suatu hari, ia berani bertanya kepada majikannya setelah mendapat teguran: “Mengapa tuan tidak langsung memecat saya saja, dari pada terus menerus menegur saya seperti ini?” Tuannya memandang dia dengan penuh kasih dan berkata: “Saya menghendaki supaya anda menjadi baik dan profesional dalam kerja bukan hanya sekedar bekerja saja! Tugasmu sekarang adalah mengikuti segala perintahku dan melakukannya.” Bapa itu mendengar dan melakukan segala sesuatu yang didengar dari majikannya. Sekarang ia berprinsip bahwa melakukan kehendak majikannya adalah harga mati baginya. Nah, kalau dengan manusia yang dianggap sebagai majikan saja orang dapat taat kepadanya, bagaimana dengan Tuhan? Apakah kita semua dapat mentaati kehendak Tuhan dan menjadikannya sebagai “harga mati” juga?

Banyak orang mengaku beragama. Artinya agama menjadi salah satu bagian penting dari identitas dirinya. Orang yang beragama itu tidak hanya berbangga dan memamerkan dirinya sebagai orang beragama di depan umum. Ia hendaknya menunjukkan dirinya sebagai orang yang dekat dengan Tuhan dan menunjukkan Tuhan kepada sesamanya. Salah satu hal yang penting dalam beragama adalah beriman. Iman itu sendiri adalah anugerah cuma-cuma dari Tuhan. Tuhan memberikan iman kepada setiap orang, mereka menerimanya dan menghidupkannya hari demi hari. Tentu saja menghidupkan iman itu ditunjukkan dalam perbuatan yang nyata. Misalnya orang beriman kristiani, ia harus menunjukkan dirinya sebagai orang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus, hidupnya menyerupai Kristus!

Pada hari ini Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.” (Mat 7:21). Inilah pikiran banyak orang bahwa mereka sudah beragama dan itu sudah cukup. Sebenarnya mereka memang beragama tetapi belum cukup, mereka harus beriman. Menjadi orang beriman berarti dapat mendengar dengan baik sabda Tuhan dan melakukannya di dalam hidup setiap hari. Orang beriman juga melakukan kehendak Allah di dalam hidupnya. Jadi kehendak Allah itu adalah harga mati, prioritas utama bukan kehendak diri sendiri yang menjadi haga mati atau prioritas utama.

Kehendak Allah adalah wujud kerahiman Allah bagi manusia. Kita semua percaya bahwa Tuhan Allah sendiri berkehendak untuk menyelamatkan semua orang. Ini adalah tanda atau wujud kerahiman-Nya bagi manusia. Ia mengampuni dan menyelamatkan manusia. Banyak kali manusia lupa sehingga dapat berpikir untuk menyelamatkan diri sendiri tanpa membutuhkan Tuhan. Kita adalah ciptaan Tuhan, maka kita juga membutuhkan Tuhan di dalam hidup kita. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Terlepas dari Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh 15:5). Apakah kita membutuhkan Tuhan di dalam hidup kita setiap saat? Atau kita lebih mengandalkan diri sendiri?

Tuhan Yesus sudah mengenal dan mengetahui bahwa orang selalu lupa dan suka membuat perhitungan-perhitungan tertentu di dalam hidupnya. Maka Ia pun berkata: “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga?” (Mat 7:22). Nah, tugas kita adalah melakukan kehendak Allah sebagai harga mati bukan untuk membuat perhitungan dengan Tuhan. Sebab Ia sendiri tidak membuat perhitungan dengan kita. Segala sesuatu disiapkan-Nya bagi kita karena yang Tuhan cari dalam hidup kita adalah kehendak-Nya menjadi nyata dan bahwa kita setia melakukan kehendak-Nya hari demi hari.

Kalau kita bersikap superfisial atau dangkal dalam hidup dan pelayanan kita maka pada akhirnya sia-sia saja hidup kita di dunia ini. Kita berpikir bahwa kita berdoa dan melayani Tuhan tetapi ternyata yang kita cari adalah popularitas hidup belaka. Mungkin kita banyak berbicara tentang nama Tuhan, mengusir setan dan melakukan mukjizat-mukjizat tertentu, tetapi nama Tuhan semakin kerdil dan nama kita justru semakin besar. Orang lebih banyak memberi jempol kepada manusia dari pada kepada Tuhan. Betapa lemahnya hidup kita sebagai manusia di hadapan Tuhan!

Apa yang hendak Tuhan Yesus katakan kepada kita? Kita harus mawas diri sehingga bertumbuh sebagai orang yang bijaksana bukan orang yang dungu. Orang yang bijaksana itu melakukan kehendak Tuhan, mendengar dan melakukan setiap perkataan Tuhan, mengandalkan Tuhan di dalam hidupnya dan memiliki iman yang kuat. Ia laksana orang yang memangun rumah di atas batu wadas sehingga rumah itu tahan terhadap aneka bencana kehidupan. Sedangkan orang dungu itu adalah orang yang lemah imannya, laksana orang yang membangun rumahnya di atas pasir. Ketika ada hujan dan banjir maka rumah itu akan rubuh. Hal yang sama terjadi dalam kehidupan imannya. Ketika ada guncangan iman maka ia akan mudah menjauh dari Tuhan.

Tuhan menghendaki agar kita membuka diri dan merasakan kerahiman-Nya. Kita merasakan kerahiman Tuhan melalui kehendak dan perkataan-Nya yang penuh kasih dan pengampunan kepada kita. Mari kita mengandalkan Tuhan di dalam hidup kita setiap hari.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply