Homili 8 Juli 2016

Hari Jumat, Pekan Biasa XIV
Hos 14:2-10
Mzm 51:3-4.8-9.12-13.14.17
Mat 10: 16-23

Hati Penuh Kerahiman!

imageAda seorang kepala desa melakukan sebuah kesalahan fatal dalam menerapkan kebijakan pemerintah daerah. Akibatnya terdapat indikasi kerugian besar, sehingga ia mendapat teguran keras dari camatnya dalam pertemuan bersama di kantor camat. Setelah kembali ke desanya ia merasa bahwa masyarakat setempat tidak percaya lagi kepadanya. Ia dengan tegar berdiri di hadapan masyarakatnya dan meminta maaf atas kelalaiannya itu. Ada orang tertentu berbisik sambil menyindirinya, tetapi lebih banyak orang memberinya jempol karena menilainya sebagai pribadi yang berani mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada masyarakat setempat. Pengalaman sederhana ini menggambarkan bagaimana seorang pejabat desa sadar dan tahu dirinya. Dia bersalah dan berani mengakui kesalahan bukan membenarkan dirinya. Pengalaman ini pernah dialami oleh raja Daud. Ia juga manusia yang lemah dan berkali-kali jatuh dalam dosa dan salah. Namun ia selalu terbuka kepada Tuhan dan menyesali dosa-dosanya. Ia berdoa: “Ciptakan hati yang murni dalam diriku, ya Allah, dan baruilah semangat yang teguh dalam batinku” (Mzm 51:12). Daud menyadari kelemahannya dan berani meminta hati yang murni untuk dapat melihat Allah sendiri (Mat 5:8).

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini membantu kita untuk mengerti tentang kasih dan kerahiman Allah yang tiada habisnya bagi manusia. Ia menghendaki sebuah pertobatan yang radikal sehingga kita benar-benar memiliki hati yang murni dan kerelaan untuk berkorban. Kerelaan untuk berkorban dan bertahan dalam penderitaan merupakan jalan terbuka untuk merasakan dan mewartakan kerahiman Allah. Daud merasakan kerahiman Allah dan mengungkapkannya dengan pertobatannya yang radikal. Ia memohon sebuah hati yang baru, hati penuh kasih dan pengampunan. Kita juga memohon pengampunan dari Tuhan supaya dapat memiliki hati baru, penuh kerahiman seperti hati Tuhan sendiri.

Nabi Hosea dalam bacaan pertama mengisahkan pengalamannya ketika mengajak bangsa Israel supaya bertobat. Undangannya kepada umat Israel untuk bertobat semata-mata karena adanya kasih setia Tuhan, yang tidak lain adalah kerahiman-Nya besar. Hosea benubuat: “Bertobatlah, hai Israel, kepada Tuhan, Allahmu, sebab engkau telah tergelincir dari kesalahanmu.” (Hos 14:2). Umat Israel menyembah berhala, menunjukkan ketidaksetiaan mereka kepada Yahwe. Kalau mereka tidak bertobat maka bangsa-bangsa asing akan mengusai mereka. Sebab itu Hosea berkata: “Datanglah membawa kata-kata penyesalan dan bertobatlah kepada Tuhan. Mereka juga berseru kepada Tuhan “Ampunilah segala kesalahan, sehingga kami mendapat apa yang baik, maka kami akan mempersembahkan pengakuan kami” (Hos 14: 3).

Tuhan menunjukan kerahiman-Nya dengan memberikan janji keselamatan kepada Israel. Janji itu diungkapkan dalam kata-kata berikut ini: “Aku akan memulihkan mereka dari penyelewengan, mengasihi mereka dengan sukarela sebab murka-Ku telah surut. Aku akan menjadi seperti embun bagi Israel. Mereka akan kembali dan diam dalam naungan-Ku.” (Hos 14: 5-8). Kata-kata Tuhan ini mengingatkan kita pada sebuah doa yang selalu kita doakan bersama pada saat Ekaristi: “Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu”. Tuhan Maharahim karena mengasihi dengan sukarela dan rela kehilangan murka-Nya bagi manusia yang berdosa. Ia melupakan dosa dan salah manusia dan hanya melihat manusia sebagai ciptaan-Nya yang paling mulia.

Tuhan Yesus menyadari bahwa kerahiman Allah Bapa itu juga merupakan sebuah pengorbanan. Ia menunjukkan wajah kerahiman Bapa dengan berkorban. Itulah sebabnya, ketika mengutus para murid-Nya, Ia juga menasihati mereka untuk terlibat menghadirkan kerahiman Bapa dengan semangat rela berkorban. Ia mengutus para murid-Nya sama seperti domba ke tengah-tengah serigala. Sebab itu mereka harus cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati.

Para murid Yesus diharapkan bijaksana dalam mewartakan kerahiman Allah. Mereka harus waspada terhadap semua orang karena manusia mudah berubah. Kawan bisa menjadi lawan! Mereka akan menderita tetapi Tuhan sendiri akan menguatkan mereka untuk membela diri di hadapan penguasa dunia. Roh Kudus turut bekerja untuk menguatkan para utusan Tuhan. Situasi chaos akan menguasai dunia. Makah hal terpenting adalah tetap menaruh seluruh harapan kepada Tuhan. Hanya pada Tuhan ada keselamatan. Anak manusia akan datang pada waktu-Nya yang tepat.

Pada hari ini Tuhan membuka mata hati kita untuk mengenal-Nya dan merasakan kerahiman-Nya yang luar biasa. Ia menunjukkan kerahiman-Nya dengan mengampuni dosa dan salah kita. Mengapa kita yang mendapat pengampunan sebagai tanda kerahiman Tuhan masih sulit untuk mengampuni sesama?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply