Homili 3 Agustus 2016 (Dari Bacaan pertama)

Hari Rabu, Pekan Biasa ke -XVIII

Yes. 31:1-7

Kasih yang sebenarnya…

imageAda seorang bapa yang memberi kesaksian pribadinya dalam sebuah rekoleksi keluarga. Ia bersaksi bahwa sepanjang perjalanan hidup perkawinannya, ia bersama pasangannya mengalami banyak kesulitan. Mereka sering tidak sepaham dan kadang relasi kasih mereka terancam bubar. Ia sendiri pernah berpikir untuk mengakhiri saja relasi kasih dengan pasangannya. Tetapi ia sadar dan secara pribadi mau mencoba dan mencoba lagi sehingga ia tetap bertahan hingga saat ini bersama pasangannya. Ia sendiri merasa heran bersama pasangannya, karena mereka masih bertahan hidup bersama hingga usia perkawinan mereka yang ke-33. Ketika mengatakan demikian semua peserta rekoleksi tertawa. Ada yang spontan mengatakan, “Wah ini pas usia kematian Tuhan Yesus maka pasutri ini perlu waspada”.

Bapa itu meneruskan sharingnya dan mengatakan bahwa semakin usia perkawinan mereka bertambah, mereka semakin sadar dan yakin bahwa akan menemukan kasih yang sebenarnya. Ia berkata, “Kasih yang sebenarnya adalah ketika dalam situasi yang sulit, kasih itu masih datang dan mengatakan kepada kami berdua sebagai pasangan suami istri bahwa masih ada dia (kasih). Sebab itu kami sadar bahwa kasih itu penuh dengan pengorbanan. Benar! Pengorbanan diri telah membuka pintu kasih yang sebenarnya yang sedang kami alami.” Kami semua mendengar sharing ini dengan penuh perhatian. Ada perasaan terharu, bersyukur dan ada dorongan istimewa untuk lebih mengasihi keluarga.

Hari ini kita mendengar kelanjutan pengalaman akan Allah dalam diri nabi Yeremia. Dari Kitab Suci Perjanjian Lama, kita mendapat informasi bahwa umat Israel berkeras hati sehingga menjauh dari Tuhan. Tuhan tidak tinggal diam. Ia mengutus para nabi-Nya untuk benubuat demi kebaikan mereka. Namun mereka tetap memiliki hati yang keras dan sulit untuk membukanya kepada Tuhan. Di pihak Tuhan, Ia tetap menunjukkan diri-Nya sebagai kasih. Sebab itu kita sebagai manusia mencari Tuhan sebagai kasih yang sebenarnya. Kasih tanpa kepalsuan hanya ada di dalam Tuhan.

Melalui nabi Yeremia Tuhan berkata: “Aku akan menjadi Allah segenap keluarga Israel, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Mereka mendapat kasih karunia di padang gurun sebagai bangsa yang terluput dari pedang” (Yer 31:1-2). Israel boleh berkeras hati namun Tuhan tetap menunjukkan dirinya sebagai Allah yang maharahim bagi mereka semua. Sebab itu Tuhan membuka diri-Nya dan mengatakan kepada Israel bahwa Dia menjadi Allah bagi mereka. Dia menjadi pusat iman bagi mereka.Israel menjadi umat-Nya karena sudah mengalami keselamatan.

Selanjutnya Tuhan berkata kepada Israel: “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang abadi, sebab itu aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu. Aku akan membangun engkau kembali sehingga engkau pulih. Engkau akan menghiasi dirimu lagi dengan rebana. Engkau akan membuat kebun anggur di gunung-gunung Samaria.” (Yer 31: 3-5). Di sini kita dapat melihat sifat asli dari Tuhan yaitu kasih. Meskipun manusia hidup dalam dosa, namun kasih dan kemurahan-Nya tidak berakhir. Ia tetap mendekati, menghibur dan menguatkan mereka melalui para nabi sebagai utusan-Nya. Kehadiran para nabi di tengah umat Israel adalah tanda bahwa Tuhan sendiri menjadi imanuel. Kasih dan kerahiman Tuhan terpancar dan melingkupi mereka semua. Tuhan sungguh-sungguh bekerja menunjukkan kasih setia kepada umat-Nya.

Apakah anda sudah mengalami kasih yang sebenarnya?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply