Homili 9 Agustus 2016

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XIX
Yeh 2:8-3:4
Mzm 119: 14.24.72.103.111.131
Mat 18: 1-5.10.12-14

Kerahiman Allah sungguh melimpah

imageAda seorang pemuda yang datang untuk mengaku dosa. Ia menyiapkan batinnya dengan baik, mengaku dosa dengan suara yang jelas, mengatakan sungguh menyesal dan tidak mau mengulangi lagi dosanya yang sama. Setelah menerima absolusi, ia kembali ke dalam kapel untuk berdoa dan merenung sambil menunggu saya keluar dari tempat pengakuan dosa. Ketika melihat saya sudah berada di halaman Gereja, ia datang dan mengatakan kepadaku rasa syukurnya. Ia berkata: “Romo, pengakuan dosa saya kali ini adalah salah satu pengakuan yang saya siapkan dengan baik. Saya merasa disapa oleh Tuhan dan semakin yakin bahwa kerahiman Tuhan Allah sungguh melimpah. Saya sudah tersesat tetapi bisa kembali ke jalan yang benar. Terima kasih Tuhan Yesus, terima kasih juga romo karena sudah mendengar pengakuan dosaku”. Saya sendiri merasa bahagia karena seorang pemuda bisa berperlaku demikian baiknya. Banyak orang muda mungkin setelah mengaku dosa ingin cepat pulang ke rumah, dia malah menunggu untuk berbincang-bincang denganku. Dia berbahagia, saya juga ikut merasa bahagia.

Saya merenung kembali perkataan pemuda itu kepadaku: “Kerahiman Allah sungguh melimpah”. Ini adalah sebuah pernyataan yang bagus dan boleh dikatakan sebuah bentuk pengakuan iman orang muda saat ini. Di tengah dunia yang perlahan menutup pintu dan jendela iman, masih ada orang muda yang percaya dan ingin merasakan kerahiman Allah. Kalau merenung lebih lanjut, kita juga akan mengatakan bahwa Tuhan menyertai kita semua hingga akhir zaman. Sambil menyertai, Dia juga menunjukkan kerahiman-Nya kepada kita. Ia mengampuni dosa dan salah kita semua, bahkan Ia juga membuang dosa-dosa kita ke tubir-tubir laut (Mi. 7:19). Semuanya ini dilakukan Tuhan karena Ia mengasihi kita apa adanya.

Penginjil Matius menghadirkan dua kisah yang menarik dalam bacaan Injil hari ini. Ia menggambarkan betapa besar kerahiman Allah bagi manusia. Saya memulai kisah yang kedua yang erat hubungannya dengan kerahiman Allah. Ia mengisahkan tentang seorang gembala yang memiliki seratus ekor domba. Ketika menggembalakan domba-domba itu di padang rumput, ada seekor domba yang tersesat. Ia berani memilih untuk meninggalkan sembilan puluh sembilan ekor di padang sendirian, pergi mencari satu ekor yang tersesat dan menemukannya. Ia merasa sangat bersukacita ketika menemukan satu ekor yang tersesat. Bagi Yesus, Allah adalah Bapa yang baik dan kekal. Oleh karena itu Ia selalu mencari, menemukan dan menyelamatkan kita semua. Ia tidak mau membiarkan anak-anak-Nya tersesat dan binasa. Tuhan Yesus pernah berkata: “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang menutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.” (Yoh 6:44).

Apa yang Tuhan Yesus kehendaki bagi kita semua saat ini?

Tuhan  menghendaki agar kita bertobat. Bertobat berarti kembali kepada Tuhan sumber kehidupan kita, merasakan kasih dan kerahiman-Nya dan hidup menyerupai-Nya dalam segala hal. Bertobat berarti hidup sunguh-sungguh seperti Kristus (imitatio Christi). Kita berubah dari hidup lama ke hidup baru bersama Tuhan. Prinsip kita hendaknya menyerupai St. Theresia dari Avila: “Solo Dios basta”. Hanya Tuhan saja cukup. Tuhan Yesus juga menghendaki kita semua untuk memiliki semangat seperti seorang anak kecil yang polos, jujur dan meletakkan semua harapannya kepada orang tuanya. Demikian kita semua hendaknya meletakkan harapan kita hanya kepada Tuhan.

Dalam bacaan pertama, kita mendengar pengalaman akan kerahiman Allah di dalam diri nabi Yehezkiel. Ia mendengar perkataan Tuhan seperti ini: “Hai anak manusia, dengarkanlah sabda-Ku kepadamu. Makanlah gulungan Kitab yang Kuberikan ini dan pergilah, berbicaralah kepada kaum terpilih” (Yeh 3:1). Yehezkiel pun taat kepada Tuhan maka ia menelan gulungan Kitab yang diberikan Tuhan. Isinya adalah ratapan, kelu kesah dan rintihan. Ia merasa manis di mulutnya seperti madu. Ia mendapat kekuatan baru untuk melakukan tugas kenabiannya sesuai kehendak Tuhan. Sabda Tuhan akan menjadi prioritas pelayanannya.

Kita patut beryukur senantiasa kepada Tuhan karena Ia selalu menginspirasikan kita untuk melakukan revolusi mental dengan jalan pertobatan. Kita ikut serta mewartakan Sabda Tuhan dengan tekun dan turut merasakan berlimpahnya kerahiman Tuhan di dalam hidup kita masing-masing.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply