Homili 25 Agustus 2016

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXI
1Kor 1:1-9
Mzm 145:2-7
Mat 24:42-51

Menjadi kaya dalam Kristus

imageSaya pernah mendengar sharing dari seorang Katekis dalam misa syukur pengabdiannya selama tiga puluh tahun di sebuah paroki pedalaman. Ia mengaku senang mengabdikan diri bagi Gereja di pedalaman bahkan kalau Tuhan menghendaki sampai saudara maut menjemputnya. Semua umat sudah memanggilnya sebagai pastor awam yang baik. Semua pelayanannya sangat diapresiasi oleh Bapa Uskup dan para romo di paroki tempat dia mengabdi. Hal ini terlihat dari antusiasme umat yang datang untuk mengikuti perayaan syukur tersebut.

Ia mengakui dalam sharingnya bahwa pada mulanya ia mendapat sedikit honorarium, yang hanya cukup untuk makan dan minum saja. Namun ia tidak pernah mengeluh kepada siapapun. Ia malah merasa tidak mengalami kekurangan suatu apapun. Setiap kali ia mengalami kesulitan, pintu bantuan selalu terbuka baginya. Pengalaman-pengalaman kecil dan besar dalam hidupnya itu membuatnya semakin merasa yakin bahwa pertolongan Tuhan itu selalu datang tepat pada waktunya. Ia sendiri tidak merasa kaya harta tetapi mengaku sangat kaya di dalam Kristus.

Saya kembali ke komunitas dan merenung perjalanan tentang panggilan hidup sang katekis yang sudah mulai kelihatan tua di tanah misi itu. Ia mengakui dua hal yang membantu permenunganku yakni pintu pertolongan selalu terbuka baginya dan bahwa ia merasa kaya di dalam Kristus. Saya merenungkan diri saya sebagai seorang pastor yang mengabdi bagi Gereja Kristus. Saya mengalami hal yang sama yakni pintu pertolongan selalu terbuka manakala ada kesulitan dalam hal apa saja yang berhubungan dengan pelayananku sebagai pastor. Saya sebagai pastor tidak memiliki harta apa pun tetapi tetap merasa kaya di dalam Kristus yang kulayani setiap saat. Ia adalah harta kekayaanku yang berharga di atas segala-galanya. Saya berani bersaksi bahwa selama bertahun-tahun sebagai seorang imam dan biarawan, saya selalu merasakan pertolongan Tuhan tepat pada waktunya.

Pada hari ini kita mendengar pengalaman rohani St. Paulus bersama jemaat di Korintus. Ia mengaku bahwa oleh kehendak Allah, Ia dipanggil oleh Tuhan untuk menjadi rasul Kristus Yesus. Ia percaya akan panggilan luhur untuk menjadi utusan Tuhan bagi Gereja-Nya. Maka sebagai utusan Tuhan, ia memandang jemaat di Korintus yang menerima pelayanan dan pewartaannya sebagai jemaat yang dikuduskan di dalam Kristus Yesus, yang juga mengalami panggilan untuk menjadi orang kudus. Jemaat di Korintus terarah kepada kekudusan karena Yesus Kristus senantiasa menyertai mereka. Di sini kita dapat melihat peran seorang rasul sebagai utusan Tuhan seperti Paulus yakni terus menerus mengabdi Kristus dan Jemaat-Nya tanpa kenal lelah. Ia membawa Jemaat kepada Kristus.

Paulus tidak hanya mengabdi sebagai utusan Tuhan. Ia bersyukur kepada Tuhan Allah karena Ia senantiasa menganugerahkan kasih-Nya kepada Jemaat dalam Yesus Kristus. Paulus bahkan melihat bahwa di dalam Yesus Kristus, Jemaat di Korintus menjadi kaya dalam segala hal yakni dalam perkataan dan pengetahuan. Orang yang kaya secara rohani adalah orang yang berkata benar dalam Tuhan. Setiap perkataannya itu memiliki kekuatan untuk mengubah hidup sesama menjadi lebih baik dan selaras dengan kehendak Tuhan. Orang yang kaya secara rohani akan memiliki pengetahuan akan Allah yang kudus. Perkataan dan pengetahuan adalah kekayaan rohani yang diberikan kepada manusia karena semata-mata kasih karunia Allah.

Pada akhirnya Paulus mengingatkan jemaat dengan mengatakan bahwa Tuhan Yesus sendiri akan meneguhkan mereka sampai kesudahan, supaya mereka tidak bercacat pada hari Tuhan Yesus Kristus. Allah selalu setia kepada manusia (1Kor 1:8-9). Allah setia untuk membawa umat-Nya kepada diri-Nya yang kudus dan tak bercela. Kita berani berkata seperti pemazmur: “Aku hendak memuji nama-Mu selama-lamanya, ya Allah Rajaku.”

Untuk menjadi kaya di dalam Kristus maka Tuhan Yesus sendiri menyadarkan kita dalam Injil untuk selalu mawas diri. Apa yang harus kita lakukan? Kita perlu memiliki sikap berjaga-jaga, sebuah sikap sebagai seorang hamba yang setia yang menantikan kedatangan tuannya. Tuhan Yesus sendiri berkata kepada para murid-Nya: “Berjaga-jagalah, sebab kalian tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.” (Mat 24:42). Perkataan Tuhan Yesus ini mendorong kita untuk selalu siap menantikan kedatangan Tuhan yang kita tidak tahu saatnya yang tepat. Kita merenung tentang akhir hidup kita. Saudara kematian selalu datang tepat pada waktunya. Dalam penantian itu kita perlu memiliki hati sebagai hamba yang setia melayani. Hamba yang baik dan setia akan siap menanti kedatangan tuannya kapan saja.

Kita semua mengingat perkataan Tuhan ini: “Lihat Aku berdiri di muka pintu dan mengetok, jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk dan mendapatkannya dan Aku akan makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.” (Why 3:20). Tuhan selalu mengetuk pintu hatimu. Bukalah pintu hatimu saat ini bagi-Nya. Rasakanlah kasih dan kerahiman-Nya saat ini juga.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply