Homili 16 September 2016

Hari Jumat, Pekan Biasa ke-XXIV
St. Kornelius dan Siprianus
1Kor 15: 12-20
Mzm 17:1.6-7.8b.15
Luk 8:1-3

Mewartakan Kebangkitan Kristus

imageGereja Katolik merayakan peringatan St. Kornelius dan Siprianus. Kornelius dilahirkan di Roma pada abad ke-III. Ia dikenal sebagai gembala yang saleh dan bijaksana. Pada tanggal 25 Maret 251, ia terpilih sebagai Paus untuk menggantikan Paus Fabianus yang meninggal dunia tahun 250. Ia meninggal pada bulan September 253.

Siprianus dilahirkan di Kartago dan dibaptis pada usia 45 tahun. Beberapa waktu kemudian ditahbiskan sebagai imam dan pada tahun 249 beliau ditahbiskan sebagai Uskup. Siprianus pernah menulis kepada Kornelius seperti ini: “Aku mendengar tentang bukti-bukti cemerlang, yang engkau berikan dalam iman dan keberanian. Dengan sangat gembira aku menerima kabar tentang kesaksian imanmu yang begitu mulia, hingga aku merasa ikut mendapatkan pahala dan pujian yang diberikan kepadamu. Karena kita ini satu Gereja, dengan tujuan sama, selaras dalam cinta, bagaimana seorang imam tidak gembira akan kehormatan yang diperoleh rekan imam, seakan ditujukan kepada dirinya sendiri? Persaudaraan mana tidak bergembira akan kegembiraan seorang saudara.” Siprianus wafat sebagai martir pada tanggal 14 September 258.

Kedua orang kudus yang kita rayakan pestanya hari ini adalah pewarta-pewarta kebangkitan Kristus di dalam Gereja hingga tuntas. Mereka mewartakan kebangkitan Kristus dengan hidupnya yang nyata yakni sebagai gembala di dalam Gereja Katolik. Kornelius menunjukkan ketekunannya sebagai gembala yang saleh dan bijaksana. Siprianus mempersembahkan dirinya sampai tuntas, sebagai tanda kasihnya kepada Kristus. St. Siprianus dengan yakin mengatakan: “Extra Ecclessiam Nulla Salus” (Di luar Gereja tidak ada keselamatan). Sebuah semboyan yang menunjukkan kesetiaan Siprianus kepada Yesus Kristus satu-satunya Juru Selamat kita dan gereja yang didirikan-Nya di atas wadas.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengarahkan kita untuk memandang Yesus yang hidup, berkeliling dan berbuat baik. Setelah menjalani tugas perutusan-Nya di dunia, Ia menderita, sengsara, wafat dan bangkit dari alam maut. Yesus selalu bergerak. Ia berkeliling dari kota ke kota dan dari desa ke desa untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah (Luk 8: 1). Ini adalah tugas perutusan Yesus di dunia ini dan Ia melakukannya dengan sempurna. Yesus memberitakan Injil bersama kedua belas murid yang menyertai-Nya. Mereka adalah Simon yang disebut Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes, Filipus, Bartolomeus, Matius, Thomas, Yakobus anak Alfeus, Yudas Tadeus, Simon dan Yudas Iskariot.

Di samping keduabelas rasul ini, ada juga beberapa wanita yang menyertai Yesus dan para murid-Nya. Mereka mengikuti Yesus dari dekat setelah Yesus membaharui hidup mereka. Mereka mengalami kesembuhan dari sakit penyakit mereka dan juga dari kuasa roh-roh jahat karena jasa Yesus Kristus. Mereka membalas kasih dan kerahiman Tuhan Yesus dengan mengikuti-Nya dari dekat.Para wanita yang dimaskudkan adalah Maria Magdalena (ia mengalami kasih dan kerahiman Tuhan setelah Tuhan Yesus membebaskan-Nya dari kuasa tujuh roh jahat. Yohana istri Khuza selaku bendahara Herodes, dan Susana. Mereka melayani Tuhan Yesus dan komunitas-Nya siang dan malam dengan harta kekayaan mereka sendiri.

Apa yang hendak penginjil Lukas katakan kepada kita semua? Mewartakan Injil adalah tugas kita semua. St. Paulus berkata: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1Kor 9:16). Pengalaman dan harapan Paulus menjadi sebuah ajakan gereja yang luhur bagi kita semua, lebih lagi kita semua yang sudah dibaptis. Kita perlu memiliki keterlibatan penuh untuk ikut serta mewartakan Injil.

Di dalam bacaan pertama Paulus menggugat jemaat di Korintus. Banyak di antara mereka sudah mendengar pewartaan dentang kebangkitan Yesus Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, namun ada di antara mereka yang mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati. Menurut Paulus, kalau tidak ada kebangkitan orang mati maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Kalau benar terjadi demikian maka sia-sialah pewartaan dia dan rekan-rekannya dan sia-sia juga iman jemaat di Korintus. Kalau memang tidak ada kebangkitan berarti Paulus dan rekan-rekannya sudah berdusta terhadap Allah. Namun Paulus dengan tegas mengatakan bahwa pengajaran yang berkembang dan bertentangan dengan pewartaannya tentang kebangkitan Kristus, tidak memiliki kekuatan apapun. Mengapa? Karena ternyata Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati sebagai yang sulung dari antara orang-orang yang sudah meninggal dunia.

Hingga saat ini masih banyak orang yang mempersoalkan kebangkitan Kristus. Berbagai teori diucapkan oleh orang-orang untuk menyesatkan jemaat di dalam Gereja. Tentu saja kita perlu bijaksana ketika berhadapan dengan opini-opini tertentu, terutama dari orang-orang yang tidak mengimani Kristus. Gereja mengajarkan kita dengan bukti-bukti biblis bawah Tuhan Yesus sudah wafat dan bangkit dengan mulia. Para rasul adalah saksi-saksi mata kebangkitan Kristus. Kristus sudah bangkit dan iman kita kepada-Nya tetap kokoh di dalam Gereja.

Pada hari ini kita semua diajak untuk selalu siap menjadi pewarta Kabar Sukacita kepada sesama. Kita mewartakan Injil dengan hidup kita yang nyata bahkan hingga menjadi martir sekalipun demi Injil Kristus. Kita bisa mendukung pewartaan Injil dengan apa yang kita miliki, sekecil apa pun itu, asal dengan sukarela kita bagikan dukungan dan kepeduliaan kita. Semuanya ini demi kemuliaan nama Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply