Homili 20 September 2016

Hari Selasa, Pekan Biasa XXV
Ams 21:1-6.10-13
Mzm 119:1.27.30.34.35.44
Luk 8:19-21

Dengar dan lakukanlah Sabda Tuhan!

imageAda seorang sahabat bekerja sebagai guru di sebuah sekolah negeri. Ia sudah lebih dari tiga puluh tahun mendedikasikan dirinya di sekolah itu. Sebab itu ia memiliki pengalaman tertentu yang sangat mendidik dirinya untuk menjadi pendidik yang baik. Ia mengamati perilaku siswa di kelasnya. Ada dua kelompok siswa yang dihadapinya. Kelompok pertama adalah para siswa yang selalu mendengar pelajaran dengan baik sehingga mendapat hasil belajar yang baik pula. Kelompok kedua adalah para siswa yang sulit untuk mendengar pelajaran di dalam kelas sehingga hasil belajar pun tidak memuaskan. Ia lalu mengatakan bahwa kemampuan untuk mendengar dengan baik akan menentukan hasil yang akan mereka peroleh di dalam proses belajar mereka.

Saya yakin bahwa sharing pengalaman yang sederhana ini tidak hanya membentuknya menjadi pendidik yang tangguh tetapi membentuk anak-anak muda untuk untuk memiliki kemampuan mendengar dengan baik sehingga bisa bertindak dengan baik pula. Orang yang mendengar dengan baik akan mentaati apa yang didengarnya. Dengan mentaati apa yang didengarnya maka ia akan mampu mengasihi. Hal ini terjadi dalam kaitannya dengan pertumbuhan iman. St. Paulus mengatakan bahwa iman itu bertumbuh dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus (Rom 10:17).

Penginjil Lukas melaporkan bahwa pada suatu kesempatan Bunda Maria bersama saudara-saudara Yesus hendak bertemu dengan-Nya. Namun mereka terhalang oleh banyaknya orang yang mengelilingi Yesus untuk mendengar Sabda dan disembuhkan dari penyakit dan kelemahan mereka. Murid yang berada di dekat Yesus menyampaikan kepada-Nya bahwa ibu dan saudara-saudara-Nya berada di luar dan hendak menumpai-Nya. Yesus menjawab: “Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan Sabda Allah dan dan melaksanakannya” (Luk 8: 21). Yesus tahu bahwa Maria, ibu-Nya sudah mendengar dan melakukan Sabda dengan mengandung, dan melahirkanNya. Maria adalah orang pertama yang mendengar dan melakukan Sabda Tuhan sehingga ia layak mendapat penghormatan istimewa di dalam Gereja. Menjadi keluarga dan saudara tidak harus ada ikatan darah tetapi bisa nampak dalam kebersamaan. Misalnya anak-anak yang diadoposi. Mereka tidak bisa disapa lagi sebagai anak adopsi tetapi menjadi anak kandung. Kita bisa menjadi ibu dan saudara Yesus dengan mendengar Sabda dan melakukannya di dalam hidup kita.

Yesus menunjukkan rasa bangga terhadap ibu dan saudara-saudara-Nya, yang sudah lebih dahulu mendengar dan melakukan Sabda-Nya. Kini Yesus menunjuk para murid-Nya yang setia mendengar dan melakukan Sabda, dan berani untuk mengikuti-Nya dari dekat. Sabda Tuhan mampu mengubah seluruh hidup umat beriman dan menjadi saudara dengan Yesus. Apakah kita juga sudah bisa mengatakan diri sebagai ibu dan saudara-saudara Yesus? Atau kita masih terus menghibur diri dengan mengatakan bahwa kita masih berada dalam proses untuk menjadi saudara-saudara Yesus. Kita perlu membuka diri untuk merasakan kasih dan kerahiman Tuhan supaya nantinya bisa melayani Tuhan dengan sukacita.

Penulis Kitab Amsal memberikan pencerahan tentang kebijaksanaan yang indah untuk kita hayati dalam hidup setiap hari. Sebagaimana dikatakan di dalam Kitab Amsal bahwa Tuhan senantiasa menguji hati manusia. Sebab itu, melakukan kebenaran dan keadilan lebih berkenan di hati Tuhan daripada kurban (Ams 21: 3). Banyak orang memang memiliki kebiasaan menghitung-hitung jasanya di hadapan Tuhan. Misalnya berapa sumbangan yang sudah diberikannya kepada Gereja dan kaum miskin. Orang itu mungkin lupa bahwa semua yang ada dan yang dimilikinya adalah titipan Tuhan. Ia harus berani berbagi dengan sesamanya. Bagaimana dengan kita? Kita perlu mendengar dan mengikuti kehendak Tuhan dengan sempurna sehingga kebenaran dan keadilan dapat terlaksana dengan baik di dunia ini. Orang-orang yang rajin diberikan kelimpahan oleh Tuhan.

Kitab Amsal juga menyoroti kehidupan orang berdosa (jahat). Misalnya, mata yang congkak hati dan sombong menjadi pelita bagi orang jahat. Orang-orang yang tidak sabar dalam hidupnya akan mengalami kekurangan. Ada orang yang berlidah dusta untuk memperoleh harta kekayaan. Orang-orang berhati fasik selalu cenderung berbuat jahat dan tidak memiliki belas kasihan kepada sesama.

Gambaran kepribadian menurut Kitab Amsal adalah gambaran hidup hidup kita semua. Ada orang yang setia mendengar dan melakukan Sabda sehingga keadilan dan kasih menjadi subur dalam hidupnya. Ada orang yang masih kesulitan dalam mendengar Sabda dan melakukannya di dalam hidup nyata. Orang yang mendengar dan melakukan Sabda dalam hidupnya akan bertumbuh menjadi orang benar. Orang yang tidak membuka dirinya untuk menerima Sabda akan tumbuh menjadi orang fasik, yang sulit untuk berbuat baik bagi sesamanya.

Apakah sepanjang bulan Kitab Suci Nasional ini, kita sudah akrab dan bersahabat dengan Kitab Suci? Apakah kita benar-benar menjumpai Tuhan lewat terang Sabda-Nya yang kita baca dan renungkan dalam hidup?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply