Homili 28 September 2016

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XXVI
Ayb 9:1-12.14-16
Mzm 88: 10bc-11.12-13.14-15
Luk 9:57-62

Apakah anda siap mewartakan Kerajaan Allah

imageSaya pernah berbincang-bincang dengan beberapa tokoh awam di sebuah paroki. Mereka sempat membagi pengalaman sederhana tentang kursus Kitab Suci yang sedang mereka ikuti. Mereka semua mempelajari latar belakang setiap buku dan melakukan tafsir Kitab Suci secara sederhana. Selanjutnya mereka mencoba untuk mewartakan Sabda kepada orang lain. Mereka mengaku bahwa pengalaman belajar mereka masih sangat terbatas dan sederhana namun mereka juga memiliki harapan besar supaya bisa ikut terlibat dalam karya evangelisasi dan ikut mewartakan Kerajaan Allah atau Kerajaan kasih kepada semua orang. Saya mendengar semua sharing ini dengan perasaan optimis. Saya yakin bahwa banyak orang katolik memiliki cita-cita dan kemauan yang besar untuk terlibat aktif dalam karya evangelisasi dan mewartakan Kerajaan Allah sampai ke ujung dunia.

Kita mendengar sebuah kisah Injil yang indah hari ini. Yesus dan para murid-Nya meninggalkan sebuah desa di Samaria dan melanjutkan perjalanan menuju ke Yerusalem. Perjalanan Yesus ke Yerusalem akan diwarnai dengan penderitaan namun Ia tetap teguh untuk mewujudkannya. Ketika itu ada tiga orang yang bercita-cita untuk mengikuti Yesus dari dekat dan terlibat dalam mewartakan Kerajaan Allah.

Orang pertama. Ia kelihatan sudah mengenal Yesus. Ia datang dan berkata: “Aku akan mengikuti Engkau, kemana pun Engkau pergi”. (Luk 9:57). Ini merupakan sebuah pernyataan yang mengatakan tentang keinginannya untuk mengikuti Yesus. Namun Yesus mengetahui motivasinya sehingga Ia berkata: “Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya” (Luk 9: 58). Perhatikanlah bahwa Lukas menyebut orang pertama ini sebagai “seorang”, tanpa ada identitas diri yang jelas, berniat untuk mengikuti Yesus. Ini kiranya mewakili kita semua. Namun Yesus meminta orang itu untuk merefleksikannya baik-baik keinginannya sebelum mengambil keputusan yang benar untuk mengikuti Yesus. Yesus mengingatkan orang pertama ini tentang adanya bahawa pola hidup gampang dan kelekatan terhadap harta duniawi. Yesus sendiri adalah Anak Allah yang rela menjadi miskin supayakita bermartabat sebagai anak Allah. Maka orang harus berani menyangkal diri supaya sepadan dengan Yesus.

Orang kedua. Lukas menyebutnya “orang lain”. Yesus sendiri memanggilnya dengan ajakan  yang sifatnya kategoris: “Ikutilah Aku” (Luk 9: 59). “Orang lain” itu berkata: “Izinkan aku pergi dahulu, menguburkan bapaku” (Luk 9:59). Yesus menjawabnya: “Biarlah orang mati menguburkan orang mati, tetapi engkau pergilah dan wartakanlah Kerajaan Allah di mana-mana.” (Luk 9:60). Orang kedua ini memiliki keunikan yakni ia dipanggil langsung oleh Yesus. Yesus juga memberikan perintah langsung kepadanya untuk mewartakan Kerajaan Allah. Namun “orang lain” ini masih menyadari sebuah tugas pengabdian kepada orang tuanya yakni menguburkan mereka saat meninggal dunia. Ini adalah sebuah tugas suci seorang anak terhadap orang tuanya. Yesus memang tidak bermaksud menghapus perintah Allah yang keempat, namun Ia meminta “orang lain” itu untuk memprioritaskan Kerajaan Allah. Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai yang berkuasa untuk membangkitkan badan. Sebab itu manusia tidak perlu gelisah karena Tuhan Yesus adalah kebangkitan dan hidup. Orang itu harus menyadari tugasnya untuk mewartakan Kerajaan Allah dengan sukacita.

Orang ketiga. Ia berkata kepada Yesus: “Tuhan, aku akan mengikuti Engkau, tetapi izinkalah aku pamitan dahulu dengan keluargaku” (Luk 9: 61). Yesus menjawabnya: “Setiap orang yang siap untuk membajak, tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah” (Luk 9:62). Orang ketiga ini memiliki kemiripan dengan nabi Elisa yang meminta kepada Elia untuk pamitan dengan keluarganya (1Raj 19:19-20). Yesus menolak permintaan orang ketiga ini untuk berpamitan karena Ia menekankan urgensi Kerajaan Allah. Kerajaan Allah tidak boleh ditunda pewartaannya karena Yesus sedang dalam perjalanan ke Yerusalem untuk menggenapinya. Sebab itu orang harus berani memberi diri secara total demi Kerajaan Allah.

Ketiga orang yang mendapat panggilan untuk mengikuti Yesus ini mewakili kehidupan anda dan saya. Kita sebagai manusia perlu menyangkal diri dan bersikap radikal dalam mengikuti Yesus. Banyak di antara kita bersikap seperti orang pertama yang hatinya masih melekat pada harta dunia. Harta itu sudah menghalanginya untuk berjumpa dengan Yesus. Kita bisa menjadi orang kedua yang masih melekat dengan keluarga. Yesus meminta kita untuk memiliki skala prioritas, dan prioritas pertama adalah Kerajaan Allah. Kita bisa menjadi orang ketiga yang masih perlu berpamitan dengan keluarga, padahal Kerajaan Allah itu sangat mendesak untuk diwartakan kepada semua orang. Yesus hendak menggenapinya segera. Ketiga tipe ini menggambarkan hidup kita sebagai pengikut Kristus di dunia ini. Anda termasuk tipe yang mana?

Dalam bacaan pertama kita mendengar kelanjutan dari kisah hidup Ayub. Kali ini ia berkata kepada Bildad tentang kefanaan manusia di hadapan Tuhan Allah. Ia bertanya: “Masakan manusia benar di hadapan Allah?” (Ayb 9: 2). Ia perlahan-lahan mengakui kebesaran Allah dalam suasana kemalangannya. Ia mengakui bahwa Allah itu bijak dan kuat maka siapa yang dapat melawan Dia dan tetap selamat. Allah memiliki kuasa memindahkan gunung-gunung dan menjungkirbalikan dalam murka-Nya. Allah sungguh-sungguh berkuasa atas segalanya. Ayub mengalami penderitaan dan kemalangan namun Tuhan tetap menunjukkan kuat kuasa-Nya. Dia senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan besar yang tidak terduga dan keajaiban-keajaiban yang tidak terbilang banyaknya. Semuanya ini menyadarkan Ayub untuk bertahan dalam setiap penderitaannya di hadirat Tuhan Allah.

Pada hari ini kita diajak oleh Tuhan untuk mengatakan dengan tegas sebuah kata yakni siap untuk terlibat aktif dalam mewartakan Kerajaan Allah. Mari kita menunjukkan kesetiaan sebagai orang yang dibaptis. Tugas kita adalah mewartakan Injil Kerajaan Allah kepada semua orang. Kita adalah misionaris yang siap memberi diri tanpa tuntutan apapun karena Yesus sudah lebih dahulu melayani dan mengasihi kita. Tugasmu adalah mewartakan Kerajaan Allah dengan sukacita!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply