Homili Hari Minggu Biasa ke-XXIX/C – 2016

Hari Minggu Biasa ke-XXIX/C
Kel 17: 8-13
Mzm 121 1-2.3-4.5-6.7-8
2Tim 3:14-4:2
Luk 18:1-8

Berdoa dan bekerjalah dengan tekun!

imageKita mengawali perayaan Ekaristi pada hari Minggu Biasa ke-XXIX/C ini dengan sebuah antifon pembuka yang inspiratif yakni: “Aku berseru kepada-Mu, karena Engkau menjawab aku, ya, Allah. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah perkataanku. Peliharalah aku seperti biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu” (Mzm 17:6-8). Saya mengatakan antifon pembuka ini inspiratif karena dapat membuka pikiran kita semua tentang aspek ketekunan dalam berdoa dan bekerja, sebagai tema perayaan Ekaristi pada hari Minggu ini. Adalah Santo Benediktus dari Nursia (480-550AD). Ia membuat peraturan bagi semua anggota komunitasnya yang dikenal dengan sebutan Regula Benedicti. Satu prinsip fundamental dalam Regula Benedicti ini adalah ora et labora (berdoa dan bekerja). Mereka berkumpul bersama untuk berdoa dan belerja bersama-sama.

Selanjutnya, orang mengembangkan prinsip “ora et labora” menjadi “Laborare est orare, sed potare clarius”. Laborare est orare berarti bekerja adalah sebuah doa. Tentu saja santo Benediktus tidak bermaksud mementingkan kerja dari pada doa. Dalam Regula Benedicti, ia hendak menekankan bahwa ketika kita bekerja dengan tekun, kita mampu melayani Tuhan dan sesama tanpa pamrih maka pekerjaan dan pelayanan itu sendiri memiliki nilai rohani yang tinggi sama dengan doa. Santo Benediktus benar, hanya saja banyak orang suka membenarkan diri dengan alasan bekerja juga merupakan doa atau ibadah, padahal mungkin motivasinya keliru. Misalnya bekerja supaya menjadi populer, bekerja supaya menjadi kaya raya dan lupa Tuhan. Bekerja supaya memiliki banyak uang. Seorang sahabat mengatakan kepadaku bahwa uang bukan segalanya.

Sabda Tuhan pada hari Minggu ini menginspirasikan kita untuk tahu bersyukur melalui doa dan tekun dalam berkarya. Tuhan Allah yang kita imani adalah Allah yang setia dan mengabdi manusia. Kita sebagai ciptaan-Nya perlu dan harus menjawabi kesetiaan Allah dengan berdoa dan bekerja. Dengan berdoa dan bekerja kita mampu membuka diri kita kepada Tuhan Allah, berpartisipasi dalam diri-Nya sebagai Pencipta dan membiarkan sesama manusia mengakses di dalam diri kita nilai-nilai rohani dari doa dan kerja kita.

Di dalam bacaan pertama dari Kitab Keluaran, kita mendengar kisah Musa bersama anak-anak Israel mendapat serangan bangsa Amelek di Rafidin. Musa sebagai sahabat Tuhan meminta Yosua untuk memilih anak-anak Israel yang kuat untuk berperang melawan bangsa Amelek. Ia sendiri akan memegang tongkat Tuhan Allah di atas bukit. Tongkat adalah simbol kuasa Tuhan. Bukit adalah tempat tinggi, tempat Tuhan bersemayam (shekinah). Perkataan Musa ini menunjukkan persekutuannya yang akrab dengan Tuhan.

Apa yang dilakukan Musa? Apabila Musa mengangkat tangannya, lebih kuatlah pasukan Israel. Sebaliknya, apabila Musa menurunkan tangannya, Amaleklah yang lebih kuat. Tangan Musa menjadi penat sehingga Harun dan Hur mengambil batu, meletakannya di belakang Musa supaya ia duduk di atasnya. Harun dan Hur menopang tangan Musa sehingga tangannya tidak bergerak hingga matahari terbenam. Yosua dan pasukannya berhasil mengalahkan orang-orang Amalekh. Apa artinya Musa mengangkat tangan kepada Tuhan? Ia mengangkat tangan berarti ia berdoa memohon pertolongan dari Tuhan Alla untuk melindungi bangsanya. Tuhan mendengar doa Musa maka Ia memberi kemenangan kepada bangsa Israel. Peristiwa ini menjadi tanda Tuhan memihak Israel untuk berperang melawan musuh-musuh Israel dan memenangkannya. Tuhan Allah selalu setia pada janji-Nya untuk melindungi umat kesayangan-Nya.

Kisah Musa dan doa-doanya di hadapan umat Israel, menunjukkan kepada kita pentingnya berdoa dan bekerja. Ia berdoa tak henti kepada Tuhan untuk memohon perlindungan-Nya, Ia juga bekerja, berkorban dengan mengangkat tangan seharian di hadapan Tuhan. Berdoa dan bekerja selalu berjalan bersama-sama. Bekerja memiliki nilai pengurbanan yang besar.

Di dalam bacaan Injil kita mendapat gambaran yang sama. Tuhan Yesus memberi sebuah perumpamaan tentang seorang hakim yang tidak takut kepada Tuhan dan tidak menghormati sesama manusia, dan kisah seorang janda yang selalu datang untuk memohon bantuan sang hakim untuk membela perkaranya. Menurut Yesus, perumpamaan ini membuka pikiran kita untuk selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu. Meskipun pada mulanya sang hakim menolaknya namun ia kemudian membantu janda itu supaya janda itu tidak perlu menggangunya lagi. Hakim ini memang tidak takut akan Tuhan Allah dan tidak menghormati sesama tetapi masih memiliki hati untuk membantu janda yang lemah ini. Janda adalah simbol manusia yang lemah dan membutuhkan Tuhan yang memiliki kuasa ilahi. Janda itu terus menerus meminta, dan menjadi model bagi kita untuk berdoa tak jemu-jemu.

Pada akhir bacaan Injil Tuhan Yesus berkata: “Tidakkah Allah akan membenarkan para pilihan-Nya, yang siang dan malam berseru kepada-Nya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum nenolong mereka? Ia akan segera membenarkan mereka!” (Luk 18: 6-8). Tuhan selalu siap memberi pertolongan kepada manusia dan pertolongan-Nya tidak pernah terlambat. Pertolongan Tuhan selalu datang tepat pada waktunya. Manusia boleh mengulur-ulur waktu untuk menolong sesamanya tetapi Tuhan tidak pernah melakukannya bagi manusia. Ia akan segera menolong dan membenarkan manusia yang memohon tanpa jemu-jemu kepada-Nya.

Kunci dari pengabulan doa di pihak Tuhan adalah iman. Iman adalah anugerah gratis dari Tuhan bagi manusia. Manusia perlu memohon terus menerus supaya Tuhan menambah iman kepada-Nya. Orang dapat berdoa tanpa jemu-jemu karena dia mengimani Tuhan. St. Yakobus mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan adalah mati. Perbuatan itu nyata dalam doa. Maka prinsip ora et labora tetap berlaku bagi setiap orang di hadirat Tuhan.

Apa yang harus kita lakukan?

Kita dapat berdoa dan bekerja dengan tekun di hadirat Tuhan kalau kita selalu belajar untuk berbuat baik. Perbuatan baik yang kita lakukan bersumber pada Kitab Suci. Kitab Suci mengandung kebenaran sejati yang mampu mengantar kita kepada keselamatan oleh iman akan Yesus Kristus. Kitab Suci diilhami oleh Roh Allah sendiri dan berguna untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang-orang kepada kebenaran. Dengan berpegang pada Kitab Suci ini maka orang dapat belajar untuk berbuat baik. Doa Kristiani berakar pada Kitab Suci.

Kitab Suci sebagai dasar segala sesuatu maka kita semua memiliki satu misi penting yakni mewartakannya kepada semua orang. St. Paulus berpesan kepada Timotius: “Wartakanlah Sabda Allah! Siap sedialah selalu. baik atau tidak waktunya. Nyatakanlah apa yang salah, tegur dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran” (2Tim 4:2). Timotius perlu bekerja sebagai gembala umat dengan memberi koreksi yang berguna bagi pertumbuhan jemaat.

Sabda Tuhan pada hari ini sangat menguatkan kita semua. Apakah kita berdoa dengan baik? Apakah kita benar-benar mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan? Apakah kita menguduskan semua pekerjaan setiap hari? St. Theresia dari Kalkuta mengatakan: “Lakukanlah pekerjaan-pekerjaanmu, sekecil apapun dengan cinta kasih yang besar”. Ora et labora! Laborare est orare sed potare clarius!

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply