Homili Hari Minggu Biasa ke-XXXI/C – 2016

Hari Minggu Biasa ke-XXXI/C
Keb 11:22-12:2
Mzm 145:1-2.8-9.10-11.13cd-14
2Tes 1:11-2:2
Luk 19:1-10

Kerahiman Allah mengubah hidup manusia

imageAda seorang sahabat mengirim sebuah kutipan ayat Kitab Suci yang inspiratif dan saya pun mengutipnya untuk mengawali homiliku pada hari Minggu ini. Ia mengutip perkataan St. Paulus, bunyinya: “Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita” (Ef 2:4-5). Saya secara pribadi bersyukur kepada Tuhan karena perkataan St. Paulus ini sungguh menguatkan dan meneguhkan hidup saya. Allah yang saya imani itu maharahim dan kaya dengan rahmat-rahamat-Nya. Sekalipun saya sudah mati oleh dosa dan salah tetapi karena kasih-Nya besar dan rahmat-Nya berlimpah maka saya dapat hidup bersama Kristus Putra-Nya, berusaha untuk setia menjadi abdi-Nya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu ini mengajak kita untuk merenungkan kasih dan kerahiman Allah yang dapat mengubah seluruh hidup kita. Kerahiman Allah sungguh-sungguh menyelamatkan manusia yang berdosa. Hal ini diungkapkan secara nyata oleh Tuhan Allah Bapa di Surga melalui Yesus Kristus, Putera-Nya yang datang untuk mencari dan menyelamatkan mereka yang hilang karena ditelan dosa dan salahnya. Kasih dan kerahiman Allah menjadi nyata karena Tuhan sendiri selalu sabar dan memberi kesempatan kepada manusia untuk bertobat sehingga dapat merasakan kerahiman-Nya. Tuhan Yesus yang menunjukkan wajah kerahiman Allah Bapa melakukan pendekatan pertama dengan berjalan dalam lorong-lorong kehidupan manusia yang berdosa, memanggil dan menyelamatkannya.

Dalam bacaan Injil Lukas, kita mendengar kisah kehidupan Zakheus di hadirat Tuhan Yesus. Perlu kita ketahui bahwa nama Zakheus berasal dari bahasa Yunani yaitu Ζακχαῖος, “Zakkhaios”; dalam bahasa Ibrani: זכי, zaki. Nama Zakheus merupakan nama singkat dari Zakharya yang berarti murni atau saleh. Penginjil Lukas menyebutnya sebagai seorang kepala pemungut cukai yang amat kaya dan tinggal di kota Yerikho. Ia sudah mendengar nama Yesus dan hendak menjumpai-Nya secara langsung. Sebab itu ia berusaha untuk melihat Yesus dari dekat, dengan melewati banyak halangan hingga memutuskan untuk memanjat pohon ara supaya dapat melihat Yesus yang akan lewat di situ. Zakheus tidak peduli dengan apa kata orang tentang dirinya, dalam hal ini menyangkut profesinya sebagai pemungut cukai dan keadaan fisiknya yang kecil dan pendek. Dia hanya mau melihat Yesus yang sedang berjalan di kotanya. Dengan merujuk pada namanya sendiri yang berarti murni atau saleh maka “melihat Yesus” bagi Zakheus berarti ia mampu mengasihi Yesus dengan hati yang tulus.

Dikisahkan penginjil Lukas bahwa ia boleh berusaha untuk melihat Yesus, tetapi justru Yesus yang pertama melihat dan menyapanya dengan namanya sendiri. Memang, setiap kali manusia memulai suatu rencana, Tuhan pasti selalu mendahului rencana manusia. Dialah yang berkehendak bagi manusia. Sebab itu Ia mencari dan menyelamatkan yang tersesat. Apa yang dilakukan Yesus? Ia menyapa Zakheus dengan namanya sendiri dan memintanya turun dari atas pohon. Zakheus menerima Yesus dengan sukacita. Ia bersikap demikian karena Ia memiliki hati yang murni dan hidupnya saleh. Hal ini ditunjukannya dengan sebuah kaul yang membebaskannya: “Tuhan separuh dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin, dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang, akan kukembalikan empat kali lipat.” (Luk 19: 8). Kehadiran Tuhan Yesus mengubah seluruh hidup Zakheus. Ia hendak berbagi dengan semua orang miskin. Jabatannya adalah sebagai kepala pemungut cukai, boleh dicap sebagai orang berdosa tetapi dia memiliki hati untuk berbagi dengan sesama. Ia mau mengembalikan empat kali lipat kekayaan yag diperoleh melalui pemerasan dan pungutan liar.

Reaksi Yesus sangat positif terhadap Zakheus. Ia berkata: “Hari ini telah terjadi keselamatan atas rumah ini, karena orang ini pun Anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Luk 19:9-10). Kisah Zakheus menunjukkan kepada kita betapa kayanya kerahiman Allah bagi manusia. Kerahiman Allah telah menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Jalan pertobatan adalah jalan yang terbaik bagi manusia untuk merasakan kerahiman Allah. Hal yang perlu kita hindari adalah berpikiran negatif terhadap sesama manusia, sama seperti orang-orang yang bersungut-sungut karena Yesus bersahabat dengan Lazarus dan makan bersamanya. Banyak orang mudah merasa diri sebagai orang yang baik sedangkan orang lain jahat. Figur Zakheus sangat inspiratif bagi pertobatan diri kita masing-masing di tahun kerahiman ini.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply