Homili 17 November 2016

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXXIII
St. Elizabeth dari Hungaria
Why 5:1-10
Mzm 149:1-6a.9b
Luk 19:41-44

Terima kasih atas pengorbanan-Mu

imagePada hari ini, kita mengenang kembali St. Elizabeth dari Hungaria. Beliau adalah seorang janda kudus mendiang Pangeran Ludwig IV dari Turingia. Setelah Pangeran Ludwig IV meninggal dunia, Elizabeth mencurahkan seluruh perhatiannya bagi orang-orang miskin dengan  membagi harta kekayaannya. Ia bahkan bergabung sebagai anggota ordo ketiga St. Fransiskus. Apa yang dilakukan Elizabeth? Ia mendirikan rumah-rumah sakit bagi para pasien miskin dan memberi makan kepada orang-orang malang. Elizabeth memiliki sebuah pilihan yang luar biasa yakni supaya orang-orang sakit dan miskin benar-benar menjadi manusia. Elizabeth sendiri bersedia diusir dari istana karena kecintaannya terhadap kaum miskin. Kehidupan orang kudus ini sangat inspiratif bagi kita semua. Apakah kita dapat mengorbankan diri bagi kaum miskin yang haus dan lapar, orang-orang sakit, orang-orang di dalam penjara dan orang-orang asing? Perbuatan amal kasih adalah sebuah kekuatan bagi Gereja untuk melayani umat manusia.

Kisah kehidupan St. Elizabeth dari Hungaria, menyisahkan sebuah kata penting yakni keberanian untuk berkorban. Banyak orang menyebutnya semangat rela berkorban dalam situasi apa saja. Untuk mengerti semangat rela berkorban maka marilah kita memandang Yesus sendiri. Ia memiliki semangat rela berkorban yang luar biasa bagi manusia. Semangat rela berkorban di dalam diri Yesus Kristus merupakan wujud nyata belas kasih dan kerahiman Allah bagi manusia. Kita percaya bahwa Yesuslah yang menujukkan wajah kerahiman Allah Bapa kepada kita semua.

Penginjil Lukas hari ini mengisahkan bahwa Yesus melanjutkan perjalanan ke Yerusalem untuk menyelamatkan manusia melalui pengorbanan diri-Nya di atas kayu salib. Ia perlahan-lahan memasuki kota Yerusalem. Dari atas bukit Zaitun, tepatnya di “Dominus Flevit”, Ia duduk sambil melihat kota Yerusalem dan menangisinya. Sikap Yesus ini menunjukkan belas kasih-Nya yang begitu mendalam bagi manusia yang menghuni kota damai ini. Ia berkata:

“Wahai Yerusalem, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batupun tinggal terletak di atas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau. (Luk 19:41-44).

Mengapa Yesus menunjukkan belas kasih-Nya dengan menangisi kota Yerusalem? Yerusalem dalam bahasa Ibrani dalah יְרוּשָׁלַיִם (Yerushaláyim), dalam bahasa Arab: القُدس (al-Quds), berarti kota damai. Namun di dalam kota damai ini tinggallah orang-orang berdosa yang tidak mau bertobat kepada Tuhan. Padahal mereka memiliki Bait Allah yang satu dan sama yang mempersatukan mereka semua. Mereka memiliki Kitab Suci yang satu dan sama, namun sikap keras kepala, bertegar hati selalu menghalangi persekutuan mereka. Damai sejahtera masih tersembunyi bagi mereka. Pada kesempatan yang sama Tuhan Yesus juga melihat masa depan kota damai. Pada suatu saat kota yang megah ini akan dihancurkan oleh musuh-musuhnya. Perkataan Yesus ini terwujud pada tahun 70M di mana orang-orang Romawi datang dan menghancurkanya.

Di dalam bacaan pertama kita mendengar penglihatan Yohanes tentang seorang yang duduk di atas takhta surga, dengan tangan kanan-Nya Dia memegang gulungan kitab yang bermeterai tujuh. Seorang malaikat yang gagah bertanya: “Siapakah yang layak membuka gulungan Kitab dan membuka meterai-meterainya?” Tidak ada seorang pun yang dapat membukanya. Hanya singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud yang telah menang. Dialah yang dapat membuka gulungan itu dan membuka ketujuh meterainya. Dialah Anak Domba yang telah disembeli bagi kita. Dia adalah Yesus Kristus sendiri. Semangat berkorban dari Tunas Daud, sang Anak Domba menyucikan semua orang untuk layak berada di hadirat Tuhan.

Sabda Tuhan pada hari ini mengundang kita masing-masing untuk memiliki semangat rela berkorban. Kita mengorbankan diri kita untuk kebaikan semua orang sebagaimana dilakukan sendiri oleh Tuhan Yesus Kristus. Kita mengorbankan diri dan segala yang kita miliki untuk orang-orang sakit dan kaum miskin sebagaimana dilakukan oleh St. Elizabeth dari Hungaria. Semoga dengan doa-doanya kita semua mengalami penebusan yang berlimpah. Terima kasih Tuhan atas pengorbanan-Mu bagi kami semua.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply