Homili Hari Raya Yesus Kristus Raja Semesta Alam/C – 2016

Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus, Raja Semesta Alam
2Sam 5:1-3
Mzm 122:1-2.4-5
Kol 1:12-20
Luk 23:35-43

Kerahiman Allah sempurna adanya

imageAda dua peristiwa rohani yang penting pada hari Minggu ini. Pertama, kita semua memasuki hari Minggu Biasa ke-XXXIV. Ini adalah hari Minggu terakhir dalam liturgi Gereja katolik, tahun C. Gereja katolik mendedikasikannya kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai raja semesta alam. Tuhan Yesus Kristus digambarkan dalam Injil hari ini sebagai orang benar yang menderita demi keselamatan semua orang, dalam hal ini orang baik dan orang jahat. Orang jahat tersalib bahkan menyesal dan bertobat sehingga mendapat pengampunan berlimpah. Di sini boleh dikatakan bahwa kerahiman Allah sempurna adanya dalam diri Yesus Kristus. Kedua, Bapa Suci, Paus Fransiskus selama setahun ini dikenal sebagai paus kerahiman Allah, secara resmi menutup tahun jubileum kerahiman Allah. Saya selalu mengingat suratnya: “Misericordiae Vultus” (wajah kerahiman). Ia memulai suratnya dengan perkataan yang tegas: “Yesus Kristus adalah wajah kerahiman Bapa” (MV, 1) dan mengakhirinya dengan berkata: “Sekarang pikiran saya tertuju kepada Bunda kerahiman” (MV, 24). Kalimat paling terakhir dalam Bulla Misericordia Vultus adalah berupa harapan yang terbaik bagi Gereja: “Semoga Gereja menjadi suara setiap laki-laki dan perempuan, dan dengan percaya mengulang-ulang tanpa henti: “Ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya Tuhan, sebab semuanya itu sudah ada sejak purbakala” (Mzm 25:6).

Perasaan hati kita selama tahun Yubileum ini pasti bahagia karena semangat pertobatan dalam diri kita masing-masing dan komunitas. Banyak orang menjadi homo viator yang mengadakan ziarah ke gereja-gereja dan memasuki pintu suci atau pintu kerahiman. Paus Fransiskus mengatakan: “Setiap orang yang masuk melaluinya akan mengalami kasih Allah yang menghibur, mengampuni dan membangkitkan harapan” (MV,3). Kita tidak hanya menjadi homo viator, tetapi pengikut Yesus Kristus yang melakukan perbuatan-perbuatan kasih, sekaligus menunjukkan bahwa kita melakukan pertobatan pribadi. Perbuatan-perbuatan nyata itu disebut tujuh karya jasmani kerahiman yang bersumber pada Injil Mat 25:35 dst dan Kitab Tobit 1:17. Karya jasmani kerahiman yang dimaksud adalah (1) memberi makan kepada orang-orang lapar, (2) memberi minum kepada orang-orang yang haus, (3) Memberi pakaian kepada orang-orang telanjang, (4) Menyambut orang-orang asing yang tidak punya tumpangan, (5) mengunjungi orang-orang sakit, (6) mengunjungi orang-orang di penjara dan (7) menguburkan orang mati. Apakah kita sudah melakukannya selama tahun kerahiman ini?

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengarahkan kita kepada figur Yesus sebagai raja semesta alam. Seorang raja, pilihan Allah yang mengurbankan diri-Nya bagi kita semua. Di dalam bacaan pertama, kita mendengar kisah pengurapan Daud sebagai raja. Segala suku Israel mendekati Daud untuk meyakinkannya sebagai raja. Ia akan menyatukan seluruh kerajaan karena kuasa dan rencana Tuhan. Ia akan menjadi gembala umat Israel. Satu hal yang penting dalam diri Daud adalah dia percaya kepada Yahwe. Iman dan kepercayaan kepada Yahwe mempersatukan semua orang. Peristiwa Inkarnasi dalam diri Yesus Kristus semakin membuka pemahaman kita bahwa Yesus adalah Anak Daud. Daud adalah leluhur Yesus Kristus (Mat 1:1). Daud terpilih menjadi raja dan selama memerintah Israel, dia berhasil mempersatukan semua orang di Yerusalem saat itu. Dia memang memiliki banyak kelemahan tetapi selalu jujur di hadirat Tuhan maka Tuhan juga memihaknya.

Dalam bacaan Injil Tuhan Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai raja semesta alam. Seorang raja yang menderita dan wafat di kayu salib tanpa busana, tidak memiliki topi kebesaran tetapi hanya mempunyai mahkota duri, tidak memiliki kursi empuk tetapi hanya memiliki salib yang terbuat dari kayu yang kasar. Ia tidak berada di ruangan full AC, tetapi berada di bawah terik matahari, bermandikan keringat darah. Di dalam pikirandan kehendak-Nya hanya ada kalimat ini: “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, tidak akan Kubuang. Mereka akan Kubangkitkan pada akhir zaman” (Yoh 6: 37.39).

Raja semesta alam yang menderita ini tidaklah dihargai sama sekali. Para pemimpin mengejek-ejek-Nya. Para prajurit ikut mengolok-olok Yesus sambil memberi-Nya anggur asam untuk diminum. Tulisan di atas kepala-Nya “Inilah raja orang Yahudi” ikut menambah hujatan, ejekan dan olokan manusia yang memandang-Nya. Penjahat yang digantung karena perbuatan jahat-Nya ikut mengolok Yesus. Raja semesta alam ini menjadi begitu hina di hadapan manusia yang berdosa. Hanya orang yang tahu diri bahwa ia orang berdosa dapat berubah di hadirat Tuhan. Salah seorang penjahat berkata kepada Yesus: “Yesus, ingatlah akan daku, apabila Engkau datang sebagai Raja!” Pada saat itu juga Yesus berjanji akan ada bersama-Nya di Firdaus.

Perkataan Yesus kepada penjahat “bersama di Firdaus” mengingatkan kita pada perkataan Yesus pada malam perjamuan terakhir: “Jangan gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Aku pergi ke sana untuk menyiapkan tempat bagimu. Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di mana Aku berada, kamu juga berada” (Yoh 14:1-3). Tuhan Yesus Kristus menunjukkan kerahiman Allah yang sempurna adanya.

St. Paulus dalam bacaan kedua menginspirasikan kita untuk selalu memandang Yesus yang menunjukkan wajah kerahiman Bapa yang begitu sempurna. Paulus bersyukur dengan sukacita kepada Bapa karena kasih dan kerahiman-Nya membuat kita juga layak mendapat bagian dalam apa yang ditentukan bagi orang-orang kudus di dalam Kerajaan Terang. Allah Bapa memiliki rencana indah supaya kita menikmati Kerajaan Terang. Kita juga memiliki berbagai kelemahan manusiawi, salah dan dosa yang menguasai diri kita. Tetapi Allah berkuasa untuk memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang terkasih (Kol 1: 13). Hanya di dalam Kerajaan-Nya ini kita mengalami penebusan berlimpah. Dosa-dosa kita pun dihapus-Nya oleh darah-Nya yang mulia. Yesus adalah damai kita melalui darah-Nya yang mulia yang memancar keluar dari tubuh-Nya yang tersalib.

Saya mengakhiri homili hari ini dengan mengutip perkataan Paus Fransiskus: “Semoga warta kerahiman ini menjangkau setiap orang, dan tak seorang pun acuh tak acuh terhadap panggilan untuk mengalami kerahiman. Lebih-lebih, saya menyampaikan undangan untuk pertobatan ini kepada mereka yang perilakunya menjauhkan mereka dari rahmat Allah” (MV, 19). Ini adalah sebuah harapan dari gembala Gereja Universal di hari Kristus Raja semesta alam. Sungguh kerahiman Allah sempurna adanya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply