Homili 23 Desember 2016

23 Desember 2016
Mal 3:1-4; 4:5-6
Mzm 25:4-5b. 8-9.10.14
Luk 1:57-66

Menuju Kebenaran Sejati

Kita hampir berada di penghujung masa Adventus tahun 2016. Banyak di antara kita sedang menyiapkan diri secara rohani untuk merayakan Natal. Misalnya dengan mengikuti retret tahunan, rekoleksi persiapan Natal dan mengaku dosa. Ada yang menyiapkan kandang Natal dan gua Natal. Tulisan Selamat Natal dalam berbagai bahasa nampak di mana-mana, lagu-lagu Natal turut menyemarakan suasana ini di tempat-tempat umum. Pakaian-pakaian untuk dipakai pada Hari Raya Natal, makanan-makanan khusus untuk Natal, parcel untuk Natal juga sedang disiapkaan. Persiapan rohani dan jasmani ini mengarahkan kita kepada sosok Yesus Kristus yang kita nantikan dengan sukacita. Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup. Dialah satu-satunya Penyelamat kita.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengarahkan kita untuk memandang sosok tertentu dalam Kitab Suci yang menjadi utusan Tuhan untuk menyiapkan kedatangan Kristus Yesus. Dalam bacaan pertama kita mendengar nubuat Tuhan melalui Kitab Maleakhi bahwa Tuhan akan mengutus nabi Elia untuk menyiapkan kedatangan Mesias. Tuhan berkata: “Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku!” (Mal 3:1). Utusan khusus dari Tuhan menyiapkan umat Tuhan sama seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu. (Mal 3:2). Utusan Tuhan dalam nubuat ini akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak; Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada Tuhan (Mal 3:3).

Perikop dari nubuat Tuhan melalui Maleakhi ini memfokuskan perhatian kita kepada sang Utusan Tuhan yakni nabi Elia. Nabi Elia bekerja atas nama Tuhan untuk memurnikan dan menguduskan umat Allah supaya mereka layak merasakan hari Tuhan dan menerima kehadiran Tuhan sendiri. Sebab itu semangat pertobatan harus menjadi sebuah kebutuhan umat Allah. Umat Tuhan harus terbuka kepada rencana Allah dan siap untuk dimurnikan oleh Tuhan melalui para utusan-Nya. Tuhan berkata: “Sesungguhnya, Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu. Elia sendiri akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapanya supaya jangan Aku datang untuk memukul bumi sehingga musnah.” (Mal 4:5-6). Sekali lagi pikiran kita dibuka untuk mengerti bahwa Tuhan memiliki rencana keselamatan yang indah. Ia mengirim nabi Elia untuk menyiapkan umat Allah supaya layak menerima sang Mesias. Semangat pertobatan dan rekonsiliasi harus benar-benar menjadi nyata dalam hidup kita.

Dalam kacamata Kristiani, nabi Elia hadir dalam diri Yohanes Pembaptis. Kita mengenal Yohanes Pembaptis sebagai utusan Tuhan yang menyerukan pertobatan kepada semua orang. Dia adalah buah kasih Elizabeth dan Zakharias. Elizabeth melahirkannya di usia senja. Semua orang merasa bahagia karena anugerah Allah yang begitu besar kepada Elizabeth yang dianggap kebanyakan orang saat itu sebagai perempuan mandul. Pada hari ke delapan sang bayi disunat dan sekaligus upacara pemberian nama. Elizabeth dan Zakharias menamainya Yohanes. Dalam waktu singkat, nama ini dikenal di seluruh pegunungan Yudea. Orang bahkan berkata: “Menjadi apakah anak ini nanti?” Kelahiran Yohanes Pembaptis menunjukkan belas kasih Allah yang besar bagi manusia.

Yohanes Pembaptis adalah Elia baru (Mat 11: 13-14). Tuhan Yesus berkata: “Memang Elia akan datang dan memuliakan segala sesuatu. Dan Aku berkata kepadamu: “Elia sudah datang, tetapi orang tidak mengenal dia, dan memperlakukannya menurut kehendak mereka.” (Mat 17:11-12). Yohanes pembaptis menyiapkan jalan bagi Tuhan Yesus dengan seruan tobat. Tanda pertobatan diungkapkannya dengan rendah hati dan sederhana dalam hidup. Ini merupakan cara ia menyiapkan jalan bagi Tuhan.

Figur nabi Elia dan Yohanes Pembaptis membantu kita untuk menantikan kedatangan Tuhan dengan penuh kepercayaan. Tuhan mau mewujudan kasih-Nya sampai tuntas untuk menyelamatkan manusia. Dari situ Ia mengutus para nabi untuk menyiapkan umat supaya layak menerima kehadiran Tuhan. Mereka membawa kita kepada Yesus sebagai Kebenaran sejati. Mari kita juga berusaha untuk membawa sesama kita kepada Yesus sebagai Kebenaran Sejati. Kelahiran Yohanes membawa suka cita. maka kita pun membawa sukacita kepada sesama.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply