Food For Thought: Perbedaan adalah peluang untuk bersatu

Perbedaan adalah peluang untuk bersatu

Ada dua orang bersaudara. Setiap kali mereka berjalan bersama, ada saja orang yang bertanya kepada salah seorang dari mereka: “Siapakah dia?” Salah satunya menjawab: “Dia adalah saudaraku”. Spontan orang berkata: “Kog beda”. Maklumi kedua bersaudara ini memiliki perbedaan tertentu, misalnya: kulitnya satu putih satunya hitam, satunya gemuk dan satunya lagi kurus, satunya memiliki wajah yang mirip dan ibunya dan satunya lagi mirip ayahnya. Pada suatu kesempatan mereka berdua mendapat pertanyaan yang sama. Kakaknya berkata: “Kami memang berbeda namun tetap sama. Orang tua kamu satu dan sama. Tidak ada di antara kami berdua yang diadopsi!” Banyak orang memang hanya berhenti pada kebiasaan melihat perbedaan-perbedaan di antara mereka berdua dan lupa bahwa ada kemiripan-kemiripan tertentu seperti rambut, mata dan dagu.

Pengalaman kecil ini membuktikan bahwa banyak kali kita membiasakan diri untuk melihat perbedaan dan membanding-bandingkan atau menyamakan begitu saja pribadi-pribadi tertentu dalam masyarakat kita. Ada orang tua misalnya, yang tanpa sadar suka melihat perbedaan-perbedaan dalam diri anak-anaknya dan membandingkan mereka satu sama lain. Kita harus ingat bahwa anak-anak adalah anugerah Tuhan dan kalau pun ada perbedaan-perbedaan dalam perilaku atau kebiasaan tertentu, atau potensi diri mereka juga berbeda maka sebagai orang tua tidak perlu membedakan atau membandingkan. Ada anak-anak tertentu yang mengalami “pembunuhan” karakter karena orang tuanya suka membedakan dan membandingkan.

Belakangan ini banyak orang ingin tenar dengan mengungkapkan perbedaan-perbedaan dalam agama-agama tertentu. Orang yang suka membedakan agamanya dengan agama lain, atau menilai ajaran agamanya lebih benar dari pada agama lain membuktikan bahwa ia belum memahami ajaran agamanya dengan baik. Orang yang belum memahami ajaran agamanya dengan baik akan mudah tersinggung karena pikirannya memang masih sempit, tetapi pikiran sempit pun tidak diakuinya. Itulah sebabnya ada orang bertanya, mengapa para Romo dan Bapa Uskup, juga para Pendeta tidak bereaksi terhadap peribadi tertentu yang menjelekan Tuhan Yesus Kristus. Satu jawaban yang pasti adalah karena para Romo, Uskup dan Pendeta mengerti, memahami dan mengimani Yesus Kristus sebagai sungguh-sungguh Allah dan sungguh manusia sehingga tidak perlu bereaksi terhadap orang yang dangkal pemahamannya atau bahkan tidak memahami sama sekali kristianitas dan Tuhan Yesus Kristus.

Apa keuntungan kita membeda-bedakan diri kita dengan orang lain di zaman modern ini? Ternyata tidak ada keuntungan apa pun. Dunia sudah menjadi satu, tanpa ada perbedaan apa pun yang signifikan. Benar ada perbedaaan-perbedaan tetapi semua itu menjadi peluang untuk menyatukan bukan memisahkan setiap pribadi.

Penyanyi beraliran Balada, Iwan Fals berkata: “Dari kebudayaan bisa saja kita berbeda. dari agama dan warna kulit bisa juga berbeda. Seharusnya perbedaan ini tidak membuat jadi berbeda. Kenyataan sudah membuktikan soal kita sama”. Mari kita melihat semua perbedaan sebagai peluang untuk semakin bersatu, sehati dan sejiwa. Kita semua pasti menghendaki persatuan bukan perpecahan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply