Homili Keluarga Kudus/A – 2016

Pesta Keluarga Kudus/A
Sir 3:2-6.12-14
Mzm 128: 1-2.3.4-5
Kol 3:12-21
Mat 2:13-15.19-23

Kalian orang pilihan Allah!

Pada tanggal 14 Februari 2014 yang lalu, Paus Fransiskus bertatap muka dengan para pasangan suami istri yang sedang melakukan Kursus Persiapan Perkawinan. Adalah Stefano dan Valentina. Kedua orang muda ini pernah bertanya kepada Paus Fransiskus seperti in: “Bapa Suci yang terkasih, hidup bersama sebagai suami dan istri setiap hari itu memang rasanya indah, ada suka cita dan saling dukung mendukung. Namun pada saat yang sama juga merupakan tantangan yang mesti kami hadapi bersama. Kami yakin bahwa kami perlu belajar untuk saling mengasihi satu sama lain. Ada gaya hidup istimewa bagi setiap pasangan, suatu spiritualitas dalam hidup setiap hari yang harus kami jalani bersama. Apakah Bapa Suci dapat menasihati kami untuk melakukannya dengan baik?”

Bapa Suci Fransiskus mendengar pertanyaan ini dengan penuh perhatian, menyimaknya baik-baik dan menjawabnya seperti ini: “Hidup bersama adalah sebuah seni, sebuah bentuk kesabaran, sebuah keindahan yang mempesona dalam perjalanan hidup kita. Hal ini tidak berakhir pada saat kalian saling memenangkan cinta kasih satu sama lain. Melainkan itulah saat yang tepat untuk memulainya. Perjalanan hidup bersama setiap hari memiliki sebuah aturan main yang indah melalui ketiga kata kunci berikut ini, yang selalu saya ulangi bagi setiap keluarga katolik: “tolong” (May I), Terima kasih (Thank You) dan Maaf (I am sorry).”

Pada hari ini kita merayakan pesta keluarga kudus (Yesus, Maria dan Yusuf). Setiap keluarga katolik selalu mengambil keluarga kudus sebagai model kehidupan keluarga masa kini. Beato Paulus VI pernah mengunjungi Nazaret pada bulan Januari tahun 1964. Ia merasakan sebuah kekaguman yang luar biasa di Nazaret karena keheningan dan persekutuan yang dirasakannya. Ia berkata: “Semoga keluarga kudus dari Nazaret menunjukkan esensi setiap keluarga; sebuah keharmonian kasih, kesederhanaan dan keindahan yang menakjubkan, kekudusannya dan karakter yang tak terlukai; semoga ini mendidik kita untuk menyadari betapa manisnya dan mendasaranya sebuah keluarga dalam masyarakat.”

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada pesta keluarga kudus mengajak kita untuk bertumbuh sebagai pribadi-pribadi pilihan Allah dalam keluarga untuk menjadi kudus supaya merasakan kasih Tuhan selamanya. Dalam bacaan pertama, kita mendengar nasihat-nasihat Tuhan supaya menghormati Tuhan sesuai perintah Tuhan sendiri. Perintah untuk menghormati orang tua kita baca dalam Kel 20:12, supaya umur kita panjang di tempat kita berpijak. Perkataan Tuhan ini diulangi lagi dalam Kitab Putra Sirakh, di mana dikatakan: “Barangsiapa menghormati bapanya, ia memulihkan dosa. Barangsiapa memuliakan ibunya ia akan sama dengan orang yang mengumpulkan harta.” (Sir 3:3-4). Selanjutnya Kitab Putra Sirakh juga mengatakan bahwa barangsiapa menghormati bapanya maka doanya akan dikabulkan Tuhan dan ia juga akan berumur panjang. Menghormati ayah dan ibu pada saat mereka memasuki masa lansia itu penting dan harus. Apabila mereka sudah lemah ingatan maka mereka tetap harus dihormati bukan di marahi atau dicaci maki.

St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose mengingatkan setiap keluarga, terutama bagaimana mereka menata diri di hadapan Tuhan. Paulus mengingatkan mereka sebagai pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi Tuhan Allah supaya mengenakan belas kasihan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesadaran. Dalam suasana kesabaran, mereka dapat saling mengampuni karena Tuhan sendiri sudah mengampuni mereka. Setiap pribadi perlu merasa bahwa mereka diikat oleh kasih yang menyempurnakan. Di samping kasih, damai sejahtera juga memiliki kekuatan bagi mereka.

Kebajikan-kebajikan yang dikatakan St. Paulus ini menjadi dasar yang kuat bagi setiap keluarga untuk menata hidupnya menjadi lebih baik lagi. St. Paulus menghimbau para istri untuk tunduk kepada suaminya masing-masing sebagaimana seharusnya dalam Tuhan. Para suami disadarkan Paulus supaya mengasihi istrinya masing-masing dan supaya mereka jangan berlaku kasar terhadap mereka. Anak-anak diingatkan untuk mentaati kedua oang tua mereka. Para bapa diingatkan untuk tidak menyakiti hati anak-anaknya supaya mereka juga jangan tawar hati.

Para suami istri perlu belajar dari keluarga kudus dari Nazaret. Yusuf adalah seorang bapa yang tulus hati dan bertanggung jawab terhadap keluarganya, khsususnya pribadi Yesus dan Maria. Dikisahkan dalam Injil, sikap heroik dari Yusuf. Ia mendapat mimpi dikunjungi seorang Malaikat, dan Malaikat itu meminta Yusuf untuk segera membawa Yesus dan Maria ke Mesir sebab Raja Herodes hendak membunuh bayi Yesus.Yusuf membawa Yesus dan Maria mengungsi ke Mesir hingga Herodes meninggal dunia. Pada kesempatan yang berbeda malaikat Tuhan menampakkan dirinya kepada Yusuf untuk menyuruhnya kembali ke Nazaret karena Herodes sudah meninggal dunia. Yesus Krstus nantinya disapa sebagai orang Nazaret.

Keluarga Kudus dari Nazaret adalah pilihan Allah yang tepat untuk menginspirasikan semua keluarga manusia dalam hal-hal berikut ini: Pertama, supaya keluarga-keluarga dapat bertahan dalam cobaan-cobaan sebagaimana dialami keluarga kudus dari Nazaret. Mereka meninggalkan kampung halaman di Betlehem menuju ke negeri asing. Yesus adalah Anak Allah yang rela menjadi pengungsi di negeri asing. Dia mengungsi supaya kita semua merasakan keselamatan sebagai anak-naka Allah. Kedua, supaya para orang tua menyadari tugas mereka sebagai pendidik dan penanggungjawab nomor satu dalam keluarga. Ketiga, supaya seksi keluarga dan pastoral keluarga di setiap paroki dan keuskupan menjalankan tugasnya untuk menganimasi keluarga-keluarga supaya mereka juga merasa sebagai orang pilihan Allah untuk menjadi kudus.

Mari kita kembali ke dalam keluarga masing-masing untuk membenahi dan menata diri dengan baik. Dari dalam keluarga, kita berjumpa dengan Tuhan dan sesama. Di dalam keluarga kita menemukan kasih sejati yang tidak akan berubah. Kita menemukan guru kehidupan yaitu orang tua kita masing-masing. Mari kita bersyukur karena orang tua merupakan anugerah Tuhan yang besar bagi kita. Kita belajar untuk meminta tolong, kita berterimakasih dan berani meminta maaf sebab kita adalah para pilihan Allah untuk menjadi kudus di hadirat-Nya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply