Homili 4 Januari 2017 (dari bacaan Pertama)

Hari Rabu, Masa Natal
1Yoh 3:7-10

Menjadi bagian dari Allah

Ada seorang sahabat yang suka mengenang masa kecilnya. Ia mengaku memiliki masa-masa yang indah bersama kedua orang tuanya. Salah satunya adalah bahwa mereka selalu memberi pengalaman-pengalaman rohani yang indah kepadanya. Ia juga mengalami sendiri pengalaman rohani orang tuanya ketika melihat mereka berdoa dengan khusuk, terutama doa rosario bersama di rumah. Ia lalu mencintai rosario dan berdevosi kepada bunda Maria. Ia juga melihat orang tuanya berlutut dan berdoa dengan khusuk di dalam Gereja saat misa bersama. Pada suatu hari ia bertanya kepada orang tuanya, tentang sikap mereka saat berdoa di rumah dan di Gereja. Orang tuanya sering mengatakan bahwa apabila kita rajin berdoa dan berbuat baik maka kita dapat menjadi bagian dari Allah. Kita berpartisipasi di dalam kehidupan Allah sendiri. Inilah ucapan ayah dan ibunya yang selalu diingatnya. Pengalaman selalu menjadi guru kehidupan. Sahabat saya ini juga menemukan sosok orang tuanya sebagai guru kehidupan baginya. Mungkin anda dan saya juga memiliki guru kehidupan tertentu yang mengajar dan mengubah kehidupan pribadi kita.

St. Yohanes dalam suratnya mengingatkan kita supaya jangan pernah membiarkan diri kita disesatkan oleh orang lain. Banyak orang mudah membiarkan dirinya disesatkan oleh orang lain. Seorang sahabat lain pernah mengusir para saksi Yehova yang datang dan mempengaruhinya di di rumahnya. Para saksi Yehova itu selalu datang pada hari dan jam yang tepat dan mencoba untuk menyesatkannya. Dia mengusir mereka dengan kasar karena ia merasa sedang mengkhianati Tuhan yang sudah sedang diimaninya. Ada orang tertentu yang merasa disesatkan tetapi tetap menerima para penyesat beraksi dalam perkataan dan perbuatan mereka.

Mengapa orang membiarkan para penyesat berkuasa? Satu alasannya adalah karena orang belum membuka diri sepenuhnya kepada Tuhan. Kalau saja orang itu berbuat kebenaran maka dia adalah benar karena Tuhan Yesus Kristus sendiri adalah benar. Kalau orang itu selalu berbuat dosa dan jatuh dalam dosa yang sama maka ia berasal dari iblis. Apa yang harus kita lakukan untuk melawan iblis? St. Petrus menulis: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh, sebab kamu tahu, sebab kamu tahu, bahwa semua saudaramu di seluruh dunia menanggung penderitaan yang sama”. (1Ptr 5:8-9).

Kita sungguh-sungguh menjadi Anak Allah kalau kita berhasil melawan iblis dengan kekuatan Allah sendiri. St. Yohanes mengatakan bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia. Jadi persekutuan yang akrab dengan Allah akan menjauhkan orang dari ikatan iblis. Bagi Yohanes, setiap orang yang tidak berbuat kebenaran tidak berasal dari Allah. Hal yang sama terjadi pada orang yang tidak mengasihi saudaranya.

Bacaan Kitab Suci hari ini membantu kita untuk mawas diri. Kita mawas diri terhadap iblis yang berkeliling sama seperti singa yang mengaum mencari mangsanya. Berapa kali kita selalu jatuh dalam dosa yang sama karena tidak mawas diri dan membiarkan iblis menguasai kita. Sebaliknya, kita mengimani Allah yang mahabesar, penuh kuasa dan membiarkan diri kita masuk ke dalam kehidupan-Nya. Biarlah Tuhan menguasai dan menguduskan diri kita selama-lamanya. Jauhilah iblis dan segala kuasanya, tinggallah bersama Tuhan selama-lamanya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply