Homili 11 Januari 2017

Hari Rabu, Pekan Biasa I
Ibr 2:14-18
Mzm 105: 1-2.3-4.6-7.8-9
Mrk. 1:29-39

Tuhan Yesus saja berbagi dengan manusia!

Pada suatu hari saya mendengar pembicaraan dua siswa Sekolah Menegah Pertama di halaman sekolah. Si A hendak meminjam sesuatu dari temannya si B. Si A melihat si B sering menggunakan barang yang sedang dibutuhkanya. Namun si B menolak untuk meminjamkannya kepada si A. Beberapa kali si A memohon tetapi tetap ditolak oleh si B. Si A lalu mengatakan kepada si B: “Tidak apa-apa teman. Kali ini saya membutuhkannya tetapi engkau tidak mau meminjamkannya. Nanti suatu saat engkau akan membutuhkan saya juga. Ingat teman, Tuhan Yesus saja berbagi dengan kita”. Mereka melanjutkan perjalanan menuju ke ruangan kelas bersama-sama dalam suasana santai dan serius. Saya mengingat kembali perkataan si A kepada temannya bahwa Tuhan Yesus saja mau berbagi dengan kita sebagai manusia. Saya mengatakan dalam hati, benar juga perkataan anak ini. Banyak kali kita sendiri menjadi pelit dan susah berbagi dengan sesama yang lain. Mungkin saja kita berpikir bahwa untuk sementara kita tidak membutuhkan orang lain. Padahal sebagai makhluk sosial, kita sangat membutuhkan sesama yang lain.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini membantu kita untuk menyadari kasih dan kerahiman Tuhan Yesus Kristus. Penulis surat kepada Umat Ibrani mengatakan bahwa orang-orang yang dipercaya oleh Allah kepada Yesus adalah anak-anak dari darah dan daging. Sebab itu Yesus juga menjadi sama dengan manusia, dan mendapat bagian dalam keadaan mereka. Di bagian lain dari surat kepada umat Ibrani dikatakan: “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah Imam Besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibr 4:15). St. Petrus mengatakan bahwa Yesus tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutnya (1Ptr 2:2). Yesus memang sama dengan manusia karena dilahirkan oleh seorang wanita yaitu Bunda Maria, Tubuh-Nya sama dengan tubuh kita, perasaan-Nya juga sama dengan perasaan kita kecuali Yesus tidak berbuat dosa.

Mengapa Yesus memilih untuk berbagi kehidupan dengan manusia? Satu-satunya alasan Yesus adalah supaya Ia dapat menyelamatkan manusia. Dia adalah Anak Allah, sungguh-sungguh Allah, rela mengosongkan diri-Nya menjadi manusia yang hina supaya dalam kehinaan-Nya itu manusia yang hina mendapat martabat baru sebagai anak-anak Allah. Apa yang Yesus lakukan? Ia mewujudkan kasih-Nya tanpa batas dalam peristiwa Paskah-Nya. Ia rela wafat di kayu salib dan dengan kebangkitan-Nya maka Iblis dapat dikalahkan. Kekalahan iblis merupakan tanda bahwa Yesus mampu membebaskan manusia dari kuasa Iblis. Yesus melakukan semua ini karena kasih-Nya yang tiada batas kepada manusia.

Penulis surat kepada umat Ibrani dengan tegas mengatakan bahwa dalam segala hal Yesus harus di samakan dengan saudara-saudara-Nya supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan, dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa. Ia sendiri menderita karena pencobaan supaya dapat menolong orang-orang yang dicobai. Sikap Yesus Kristus yang penuh kasih ini membantu kita untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya. Raja Daud sendiri pernah bersyukur dengan berkata: “Bersyukurlah kepada Tuhan, serukanlah nama-Nya, maklumkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa. Bernyanyilah bagi Tuhan, bermazmurlah bagi-Nya. Percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib!” (Mzm 105: 1-2).

Dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus menunjukkan sikap empati atau sikap berbagi-Nya dengan manusia terutama yang sedang sakit dan mengalami kerasukan roh-rohan jahat. Ia melakukan tindakan penyembuhan kepada ibu mertua Simon yang sedang sakit demam. Ia mengalami kesembuhan dan melayani Yesus dan para murid-Nya. Banyak orang sakit di Kapernaum mengalami kesembuhan karena tindakan Yesus. Orang-orang yang kerasukan setan juga mengalami kesembuhan. Tuhan Yesus mengusir setan dan tidak memperbolehkan setan-setan itu berbicara karena mereka mengenal Yesus dan kuasa-Nya sebagai Tuhan.

Tuhan Yesus tidak hanya menyembuhkan orang-orang sakit dan mengusir setan-setan. Ia juga terus menerus bersatu dengan Bapa di surga dalam doa. Ketika masih gelap Yesus pergi ke tempat yang sunyi untuk berdoa. Tuhan Yesus tidak mencari alasan untuk membenarkan diri supya tidak berdoa kepada Bapa. Ia selalu memiliki waktu dan kesempatan untuk berdoa. Ia berkeliling dan berbuat baik dengan menghadirkan Kerajaan Allah. Sebuah Kerajaan yang penuh dengan kasih dan saling berbagi selama-lamanya.

Pada hari ini mata kita tertuju kepada Yesus Kristus. Dia adalah Anak Allah yang rela menjadi manusia sama dengan kita dalam segala hal kecuali dalam hal dosa karena Ia tidak berbuat dosa. Ia malah menghancurkan dosa yang disebarkan oleh iblis. Yesus menunjukkan teladan kepada kita supaya tidak hanya bekerja tetapi juga berdoa. Kebiasaan banyak di antara kita adalah mencari alasan untuk membenarkan diri dengan bekerja dan bekerja. Kita jatuh ke dalam sebuah bahaya yang disebut activisme. Hanya aktif bekerja tetapi tidak mengandalkan Tuhan. Tuhan Yesus berkata: “Terlepas dari Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5).

Kita bersyukur dan berdoa supaya Tuhan Yesus membantu kita untuk menjadi semakin serupa dengan Dia dalam segala hal. Hanya bersama Yesus, kita pasti menjadi semakin serupa dengan-Nya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply