Homili 19 Januari 2017

Hari Kamis, Pekan Biasa II
Ibr 7:25-8:6
Mzm 40:7-8a.8b-9.10.17
Mrk 3:7-12

Mempersembahkan diri untuk Tuhan

Saya pernah mengikuti upacara pengikraran kaul kekal para bruder dari sebuah tarekat. Upacara misa syukur berlangsung meriah. Wajah para jubilaris menampakkan rasa syukur dan sukacita yang besar atas panggilan dan pilihan Tuhan ini. Mereka masing-masing memegang buku panduan misa dengan tema “Aku mempersembahkan diri kepada Tuhan selama-lamanya”. Di belakang altar terdapat juga sebuah spanduk dengan tulisan yang sama: “Aku mempersembahkan diri untuk selama-lamanya”. Semua keluarga dan umat yang hadir ikut merasakan makna persembahan diri kepada Tuhan. Panggilan dan pilihan Allah memang sebuah misteri. Hanya Tuhanlah yang memiliki kuasa untuk memanggil dan memilih orang untuk menjadi abdi-Nya. Panggilan dan pilihan menunjukkan semangat untuk mempersembahkan diri sampai tuntas.

Penulis surat kepada umat Ibrani hari ini mengajak kita untuk memandang kepada Yesus. Baginya, Tuhan Yesus Kristus sanggup menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang demi Dia datang kepada Allah. Yesus juga menjadi satu-satunya Pengantara bagi mereka. Tuhan Yesus menjadi satu-satunya Pengantara menandakkan bahwa Dia juga sungguh-sungguh menjadi Imam Agung. Dia menunjukkan kebajikan-kebajikan sebagai Imam Agung yakni saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang telah dipisahkan dari orang-orang berdosa. Yesus ditinggikan mengatasi segala langit dan merupakan Imam Agung karena mempersembahkan diri-Nya sampai tuntas, satu kali untuk selama-lamanya. Ia tidak sama dengan imam lain yang mempersembahkan persembahan untuk pemulihan dosanya setelah itu baru dosa umatnya.

Yesus adalah Imam Agung kita. Ia mempersembahkan diri-Nya bagi kita dalam peristiwa Paskah-Nya. Artinya, Ia merelakan diri-Nya dengan wafat di kayu salib hingga tuntas. Ia telah naik ke surga dan duduk di sebelah kanan takhta Yang Magabesar di Surga, dan melayani ibadah di tempat yang kudus. Yesus Kristus menjadi satu-satunya Pengantara kita dengan Bapa di Surga. Mengapa Yesus bersedia menjadi pengantara kita dan Bapa di Surga? Satu alasan yang tepat adalah seba Yesus datang ke dunia untuk melakukan kehendak Bapa. Yesus tidak pernah melakukan kehendak-Nya sendiri. Ia senang melakukan kehendak Allah Bapa-Nya.

Wujud ketaatan Yesus kepada kehendak Bapa adalah kesetiaan-Nya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa yang tujuan utamanya adalah keselamatan. Apa yang Yesus lakukan? Ia mememberitakan Injil Kerajaan Allah dengan mengajar. Banyak orang mendengar pengajaran-Nya. Ia juga menyembuhkan banyak orang sakit yang datang kepada-Nya. Roh-roh jahat pun takluk di hadapan-Nya, bahkan mereka mengakui Dia sebagai Anak Allah. Yesus dengan tegas melarang mereka supaya tidak memberitahu siapa pun bahwa Dia adalah Anak Allah.

Satu hal yang menarik perhatian dalam bacaan Injil hari ini adalah Yesus menunjukkan kuasa-Nya sebagai Anak Allah sehingga bukan hanya manusia yang takjub dan mengakui kuasa-Nya, tetapi setan dan roh-roh jahat pun mengakui-Nya. Kalau setan saja mengakuia kuasa Yesus, bagaimana dengan kita? Apakah kita tegas mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Penebus kita? Atakah kita justru meragukan Yesus di dalam hidup kita? Banyak orang mengakui diri sebagai pengikut Kristus namun tidak semua dari mereka itu adalah orang beriman yang baik.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari ini mengundang kita supaya menyadari persembahan diri kita kepada Tuhan. Para suami dan istri mempersembahkan dirinya kepada Tuhan dan pasangan hidupnya. Sebab itu setialah sebagai pasangan hidup, satu daging selamanya. Para imam, biarawan dan biarawati mengikrarkan kaul ketaatan, kemiskinan dan kemurnian sebagai tanda persembahan diri kepada Tuhan. Sebab itu setialah sehingga benar-benar menyerupai Yesus Kristus sang Imam Agung. Orang-orang muda dan anak-anak remaja mempersembahkan diri dalam tugas seperti tekun berdoa dan belajar. Mempersembahkan diri berarti memberi diri tanpa membuat perhitungan di hadirat Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply