Food For Thought: Kesetiaan…

Belajar untuk setia

Seorang anak memandang sebuah cermin yang sudah usang. Ia tersenyum, mengangkat tangannya, berbisik ke arah cermin dan menganggukkan kepalanya. Bayangan pada cermin mengikuti semua yang dilakukannya. Anak itu merasa heran karena bayangan di dalam cermin pun setia mengikuti apa yang sudah dilakukannya. Anak itu pergi mendekati ibunya dan bertanya: “Bu, mengapa bayangan saya dicermin itu selalu setia mengikuti kemauan saya? Sebab semua yang saya lakukan, dia juga mengikutinya dengan sempurna.” Ibunya mengangguk dan mengatakan bahwa bayangan di cermin itu setia mengikuti kemauanmu meskipun cermian itu sudah usang.

Kesetiaan itu mahal. Pada saat ini kita kesulitan untuk mendapatkan orang yang benar-benar setia. Banyak orang memulai suatu tugas dengan mengucapkan sumpah atau janji namun ada banyak kesempatan untuk mengabaikan janji setia. Sebagai contoh, sumpah jabatan. Orang bersumpah biasanya meletakkan tangannya di atas Kitab Suci namun semua ini hanya ritual saja kalau sumpah jabatan itu nantinya tidak dapat dilakukan. Benar, ada orang yang ketika mulai bertugas maka dengan sadar melanggar sumpah jabatannya. Orang yang menikah melanggar janji perkawinannya. Orang-orang yang masuk dalam tarekat hidup bakti tidak setia menghayati kaul atau nasihat Injil yang bagus yakni menjadi pribadi yang taat, miskin dan murni.

Saya mengingat perkataan Paulo Coelho, seperti ini: “Untuk bisa setia pada orang lain, pertama-tama kita harus setia pada diri sendiri”. Saya sepakat dengan Paulo. Banyak kali kita menuntut orang lain supaya setia kepada kita. Kalau saja ada orang yang ingkar janji maka kitalah orang nomor satu yang protes kepadanya. Mari kita memadang cermin. Dari sana kita belajar juga bahwa kita harus setia pada diri sendiri sebelum setia kepada orang lain. Kesetiaan itu memang penting dan harus. Apakah anda setia pada hari ini?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply