Homili 20 Februari 2017

Hari Senin, Pekan Biasa ke-VII
Sir. 1:1-10
Mzm. 93:1ab,1c-2,5
Mrk. 9:14-29.

Doa menyembuhkanku

Saya pernah merayakan misa dengan sebuah intensi yakni syukur atas kesembuhan seorang ibu. Ia pernah dianggap sebagai pelangganan tetap ruangan rawat inap di rumah sakit sebab hampir setiap bulan ia mendapat perawatan, dan dokter pasti menyarankannya untuk menginap di rumah sakit untuk beberapa saat. Ia sendiri merasa bahwa saat itu sangat sulit baginya untuk mengalami kesembuhan. Dokter yang menanganinya juga merasa kewalahan dan menyerah sehingga harus merujuknya ke dokter di rumah sakit lain. Ia bertemu dengan dokter baru yang melayaninya dengan baik. Dokter itu selalu mengakhiri pelayanannya dengan berkata: “Ibu, jangan lupa berdoa ya. Tuhan pasti menyembuhkanmu”. Dokter selalu mengulangi perkataanya ini setiap kali mengakhiri pelayanannya. Ibu ini sempat berkata dalam hatinya bahwa ia malas berdoa, namun karena dokter yang agamanya berbeda selalu mengajaknya untuk berdoa maka ia berani berdoa. Ia merasa bahwa doa sederhana untuk memohon kesembuhan benar-benar mempengaruhi hidupnya. Ia merasa percaya diri, menerima penyakit yang dideritanya bertahun-tahun itu dan membiarkan Tuhan berkarya dalam dirinya. Kesembuhanpun menjadi miliknya dan ia percaya bahwa melalui doa-doa, Tuhan telah menyembuhkannya. Ia pun bersaksi bahwa doa telah menyembuhkan dirinya sebab Tuhan mendengar dan mengabulkannya.

Pengalaman sederhana ini menggambarkan bagaimana orang-orang bergumul dengan sakit dan penyakitnya di hadirat Tuhan. Ada orang yang membuka dirinya dan membiarkan Tuhan berkarya di dalam hidupnya melalui doa dan pujian-pujian, ada orang yang menutup dirinya kepada Tuhan karena merasa bahwa Tuhan tidak mengasihinya. Tuhan melupakannya karena sakit dan penyakitnya merupakan musibah baginya. Akibatnya ia semakin jauh dari Tuhan. Inilah pergumulan hidup manusia di hadirat Tuhan. Mungkin anda dan saya pernah mengalami hal yang sama seperti ini, dekat kepada Tuhan pada saat sakit melalui doa atau menjauh dari Tuhan. Doa yang tulus senantiasa mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan. Doa yang tulus mengandaikan iman yang besar kepada Tuhan. Kalau kita beriman maka doa adalah bagian dari hidup kita. Kalau kita belum beriman maka doa bukanlah menjadi sebuah kebutuhan kita.

Pada hari ini kita mendengar kisah injil tentang kuasa doa orang yang beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Penginjil Markus mengisahkan bahwa Tuhan Yesus bersama ketiga murid inti yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes baru turun dari gunung yang tinggi untuk bergabung kembali dengan para murid yang lain. Ketika itu ada banyak orang yang mengerumuni para murid dan kelihatan beberapa ahli Taurat sedang bersoal jawab dengan mereka. Kehadiran Yesus di tengah-tengah mereka mengubah suasana yang tegang saat itu. Orang banyak mengalihkan perhatian mereka kepada Yesus yang mendekati mereka. Ketika itu ada seorang anak yang sedang mengalami kerasukan roh jahat sehingga menjadi bisu dan tuli. Orang tuanya memohon supaya para murid Yesus menyembuhkannya namun mereka kurang percaya diri sehingga tidak mampu menyembuhkannya.

Orang tua anak yang kerasukan roh jahat ini mendeskripsikan dengan jelas di hadapan Yesus situasi terkini anaknya: setiap kali kerasukan roh jahat maka tubuhnya dibanting ke atas tanah, mulutnya berbusa, giginya berkertakan dan tubuhnya kejang. Setelah mendengar deskripsi ini, Yesus menyayangkan sikap banyak orang disekeliling-Nya yang belum percaya kepada-Nya. Ia berkata: “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?” (Mrk 9:19). Meskipun Yesus kecewa karena kerdilnya iman mereka disertai oleh ketidakmampuan mereka untuk memohon atau berdoa kepada-Nya, namun Ia tetap menunjukkan kasih dan kerahiman-Nya. Dari semua orang yang ada, hanya orang tua anak ini yang merasa kurang beriman tetapi sebenarnya beriman kepada Yesus. Tuhan Yesus menghardik roh jahat itu dan mengusirnya ke luar dari anak itu. Ia memegang tangan anak itu dan anak itu pun bangkit dan berdiri. Ia sembuh karena doa dan iman orang tuanya kepada Yesus.

Pengalaman ini sangat bermakna bagi komunitas Yesus. Para murid sempat bertanya kepada-Nya alasan mengapa mereka tidak mampu mengusir roh jahat dari anak yang dirasukinya. Yesus mengatakan kepada mereka bahwa roh jahat dapat diusir dengan berdoa. Berdoalah dengan tulus maka doa itu sendiri berkuasa untuk menyembuhkan dirimu dari sakit penyakit dan berbagai pergumulan dalam hidup pribadi.

Bacaan Injil hari ini memberikan kepada kita nilai-nilai tertentu yang sangat berharga dan mampu mengubah karakter hidup kita. Pertama, godaan-godaan. kita semua selalu mengalami godaan-godaan tertentu sehingga mudah jatuh ke dalam dosa atau mengulangi dosa yang sama. Kuasa iblis ini dapat lenyap kalau kita berusaha untuk membuka diri kepada Tuhan dan datang kepada-Nya. Kedua, Iman. Iman adalah anugerah gratis dari Tuhan. Iman itu membuka diri kita kepada Tuhan dan membiarkan Dia berkarya di dalam hidup kita. Iman membantu kita untuk memahami kuasa Allah. Ketiga, Doa. Dengan berdoa kuasa Tuhan akan menjadi nyata. Ia akan mendengar dan berinisiatif untuk menyembuhkan orang-orang sakit yang percaya kepada-Nya. Keempat, Kita belajar dari sikap Yesus yang begitu terbuka dan peduli terhadap situasi sakit dan kelemahan manusia. Ia tidak membiarkan manusia hancur karena kuasa iblis tetapi selalu siap untuk menghardik kuasa iblis di dalam diri kita.

Apa yang harus kita miliki untuk dekat dan percaya pada kuasa Tuhan? Bacaan pertama hari ini memberikan sebuah jawaban yakni kita butuh kebijaksanaan yang diciptakan sebelum segala-galanya. Segala kebijaksanaan berasal dari Tuhan dan kebijaksanaan itu melekat pada diri Tuhan sendiri. Tuhan saja yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan dan memberikan kebijaksanaan kepada makhluk ciptaan-Nya. Segala ciptaan-Nya Ia penuhi dengan kebijaksanaan. Kebijaksanaan itu gratis bagi setiap makhluk. Tuhan sendiri membagi kebijaksanaan kepada orang yang mencintai-Nya. Orang bijaksana senantiasa dekat dengan Tuhan. Apakah anda merasa memiliki kebijaksanaan sebagai sebuah anugerah dari Tuhan? Apakah anda pernah bersyukur karena memiliki kebijaksanaan dari Tuhan?

Sabda Tuhan hari ini menuntun kita untuk memiliki satu kebijaksanaan hidup yakni berdoa. Doa adalah sebuah kebutuhan bukan sebuah paksaan. Kita berdoa karena kita membutuhkan Tuhan setiap saat. Sebab itu pikirkanlah doa-doa pribadimu, apakah anda sudah berdoa dengan baik? Apakah anda berani berdoa dan mengucap syukur? Atau anda hanya berdoa kalau membutuhkan Tuhan dan setelah menerima anugerah-Nya anda kembali melupakan-Nya? Periksa dan selidikilah batinmu di hadirat Tuhan dan mohonlah belas kasih-Nya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply