Food For Thought: Bertobat itu perlu dan harus

Bertobat itu perlu dan harus!

Kita memasuki hari-hari terakhir sebelum memasuki masa prapaskah. Bacaan-bacaan liturgi pada hari ini mengarahkan kita untuk memahami makna terdalam dari pertobatan sejati. Mengapa kita butuh sebuah pertobatan sejati? Satu jawaban yang pasti adalah karena kita berasal dari kasih dan mau selalu hidup dalam kasih. Kita berasal dari Allah yang kudus maka kita mau selalu hidup di dalam Allah.

St. Bernardus dari Clairvaux pernah mengatakan bahwa sebuah pertobatan yang tulus adalah menghindari kesempatan untuk berbuat dosa. Dalam hidup setiap hari selalu saja ada kesempatan bagi kita untuk jatuh dalam dosa. Kesempatan ini yang harus kita hindari. Berkaitan dengan ini St. Petrus pernah berkata: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Lawanlah dia dengan iman yang teguh”. (1Ptr 5:8-9a). Apakah kita sudah berani melawan kuasa iblis atau menjadi korban kejahatan iblis?

Kitab Putra Sirakh menyerukan kepada kita hari ini supaya bertobat. Bertobat berarti berpaling kepada Tuhan dan melepaskan dosa-dosa kita. Kita berdoa di hadapan Tuhan dan berhenti menghina. Kita kembali kepada Yang Mahatinggi dan berpaling dari durjana. Kita sangat membenci kekejian (Sir 17:25-26). Lebih dari itu kita diingatkan: “Alangkah besarnya belas kasihan serta pengampunan Tuhan bagi semua yang berpaling kepada-Nya” (Sir 17:29). Dalam bacaan Injil Markus, bertobat berarti memiliki sikap lepas bebas dimana hati kita tidak terikat pada harta tetapi hanya kepada Allah saja.

Apa yang Tuhan Yesus kehendaki bagi kita? Ia menghendaki agar kita memiliki sikap lepas bebas di hadapan-Nya dan sesama. Mungkin hati kita masih terikat pada sesuatu hal yang menghalangi kita untuk berjumpa dengan Tuhan. Harta kekayaan adalah salah satu hal yang dapat mengikat bathin kita. Sebab itu kita harus berani untuk meninggalkan segala sesuatu, senang berbagi dengan kaum miskin dan siap untuk mengikuti jalan Tuhan Yesus Kristus.

Saya menutup refleksi ini dengan meminjam kata-kata St. Yohanes Maria Vianney: “Kita selalu menunda pertobatan kita lagi dan lagi sampai ajal tiba. Tapi siapa bilang bahwa kita masih memiliki banyak waktu dan kekuatan untuk itu?” Mari kita belajar untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply