Homili 27 Februari 2017

Hari Senin, Pekan Biasa ke-VIII
Sir 17:24-29
Mzm 32:1-2.5.6.7
Mrk 10:17-27

Bertobatlah kepada Tuhan dan hentikanlah dosamu

Apakah anda sedang belajar untuk bertobat? Ini adalah sebuah pertanyaan yang sempat diajukan oleh seorang remaja kepada remaja lainnya, ketika mereka sedang berbaris menuju ke tempat pengakuan dosa di dalam Gereja. Remaja yang ditanya itu hanya mengangguk saja tanpa memberi komentar. Usai mengakui dosa-dosa, dialog mereka berlanjut. Remaja yang sama bertanya lagi kepada temannya tentang nasihat apa yang pastor sampaikan kepadanya. Remaja itu mengatakan bahwa pastor menitip pesan supaya ia bertobat kepada Tuhan dan menghentikan semua dosa-dosa yang sudah dilakukannya selama ini. Remaja yang dari semula bertanya-tanya mengatakan bahwa pastor juga menyampaikan nasihat yang sama kepadanya. Kedua-duanya tersenyum dan kembali ke rumah masing-masing. Pengalaman akan Allah selalu ditandai dengan pertobatan yang terus menerus.

Bertobat berarti kembali kepada Allah dengan segenap hati dan jiwa untuk merasakan kasih dan kerahiman Allah. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan: “Pertobatan terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui perbuatan perdamaian, bantuan, bagi orang miskin, pelaksanaan dan pembelaan keadilan dan hukum (Am 5:24; Yes 1:17), pengakuan kesalahan sendiri, teguran persaudaraan, pemeriksaan cara hidup sendiri, pemeriksaan batin, bimbingan rohani, penerimaan sengsara, dan ketabahan dalam penghambatan demi keadilan. Setiap hari memikul salibnya dan mengikuti Kristus adalah jalan yang paling aman untuk pertobatan (Luk 9:23).” (KGK, 1435).

Kitab Putra Sirakh yang kita baca pada hari ini mengajak kita untuk bertobat kepada Tuhan. Dikatakan bahwa bagi orang yang menyesal, Tuhan akan membuka jalan kembali. Tuhan sendiri memberikan penghiburan bagi mereka yang kehilangan ketabahan. Jalan pertobatan kita selalu dimulai dari kesadaran diri bahwa kita memang orang berdosa. Kesadaraan ini membantu kita untuk menyesali perbuatan dosa dan salah kita. Penyesalan ini belum cukup. Kita harus berusaha untuk bertobat artinya kesadaran batin dan pikiran untuk kembali kepada Tuhan (metanoia).

Kitab Putra Sirakh memahami metanoia atau bertobat secara radikal sebagai sikap berpaling kepada Tuhan dan melepaskan dosa-dosa kita, kita berdoa di hadapan Tuhan dan berhenti untuk menghina. Kita kembali kepada Yang Mahatinggi dan berpaling dari dunia yang durjana dan kita hendaknya sangat membenci kepada kekejian (Sir 17:25-26). Sekarang marilah kita memeriksa bathin kita masing-masing. Apakah kita selalu siap sedia untuk berpaling kepada Tuhan dan melepaskan dosa-dosa kita? Atau kita lebih suka menikmati dosa-dosa kita dari pada menyesal dan bertobat.

Mengapa banyak orang selalu jatuh ke dalam dosa yang sama? Salah satu alasan yang mungkin adalah karena mereka hanya menyesal tetapi belum sempat berpaling kepada Tuhan dan berani melepaskan dosa-dosanya. Apakah anda dan saya termasuk di dalam kategori ini? Selidikilah bathin masing-masing dan katakanlah dengan jujur kepada Tuhan Allah kita. Ketika kita sadar diri dan bertobat maka “Alangkah besarnya belas kasihan Tuhan serta pengampunan-Nya bagi semua yang berpaling kepada-Nya!” (Sir 17:29). Orang yang berani bangkit dari kejatuhannya dalam dosa akan mengalami kasih dan pengampunan Tuhan.

Pertobatan merupakan ungkapan sukacita yang besar di hadirat Tuhan. Mengapa merupakan ungkapan sukacita? Sebab Tuhan tidak menghitung-hitung dosa kita tetapi melihat iman dan kepercayaan kita kepada-Nya. Sebab itu: “Berbahagialah orang yang pelanggarannya diampuni, dan dosa-dosanya ditutupi! Berbahagialah orang yang kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan dan tidak berjiwa penipu” (Mzm 32:1-2). Orang yang mengakui dosa-dosanya dengan jujur di hadirat Tuhan akan merasakan suka cita yang besar di hadirat Tuhan sendiri.

Tuhan Yesus dalam Injil mengatakan: “Dimana hartamu berada di situ hatimu juga berada” (Mat 6:21). Perkataan Yesus ini merupakan sebuah teguran kepada kita yang tidak memiliki sikap lepas bebas sehingga tetap melekat pada harta yang dimiliki. Penginjil Markus hari ini mengisahkan bahwa ada seorang pemuda yang datang kepada Yesus. Ia berlutut dan menyapa Yesus sebagai guru yang baik. Ia lalu bertanya tentang perbuatan baik yang dapat dilakukannya supaya ia masuk surga. Tuhan Yesus tidak memberikan rumusan baru tetapi memberinya perintah-perintah Allah yang tertulis dalam loh batu kedua tentang kasih kepada sesama. Mengasihi sesama berarti mengasihi Tuhan, mengasihi Tuhan sama dengan mengasihi sesama.

Pemuda ini mengakui bahwa ia sudah melakukan semua perintah Tuhan dengan baik. Tuhan Yesus memandangnya dengan penuh kasih dan mengatakan sesuatu apa adanya tentang hidup pribadinya. Ia menyuruh pemuda itu dengan pesan untuk pergi, menjual segala yang dimilikinya, hasil penjualan itu diberikan kepada orang-orang miskin. Setelah ia tidak memiliki apa-apa maka ia akan mendapat harta dari surga. Dengan demikian ia boleh datang kepada Yesus dan mengikuti-Nya dari dekat. Rupa-rupanya syarat yang diberikan Yesus ini terlalu sulit baginya. Ia memiliki banyak harta dan tidak memiliki sikap lepas bebas.

Banyak di antara kita tidak dapat melakukan pertobatan dengan benar karena belum memiliki sikap lepas bebas. Harta kekayaan telah menghalangi proses pertobatan kita. Ada niat jahat untuk mencuri, memiliki barang-barang yang bukan merupakan haknya kita. Andaikan semua orang memiliki sikap lepas bebas maka tidak ada korupsi. Andaikan semua orang dapat bertobat maka dunia kita akan menjadi lebih indah dari yang sekarang ini. Bertobatlah dan kembalilah kepada Tuhan Allahmu.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply