Homili 28 Februari 2017

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-VIII
Sir 35:1-12
Mzm 50:5-6.7-8.14.23
Mrk 10: 28-31

Mentaati Perintah Tuhan itu perlu dan harus!

Saya pernah mengikuti perayaan ekaristi bersama anak-anak Sekolah Dasar. Romo yang merayakan Ekaristi memberi sebuah homili sederhana dengan tema “Menjadi anak yang taat”. Ia bertanya kepada anak-anak tertentu, apakah mereka mentaati orang tua dan guru di sekolah. Ada anak-anak yang jujur mengatakan selalu mentaati dalam situasi apa saja, ada juga yang jujur mengatakan banyak kali mereka tidak mentaati orang tua di rumah dan gurunya di sekolah. Romo itu mengucapkan terima kasih kepada anak-anak yang menjawab pertanyaan-pertanyaannya.

Selanjutnya sang Romo mengarahkan anak-anak untuk dapat menyadari keindahan dari sebuah ketaatan. Ia berkata: “Kita harus bersyukur karena Tuhan telah menciptakan dua telinga yang ditempatkan tepat di tubuh kita supaya banyak mendengar dengan baik, sebab dengan mendengar kita dapat mentaati apa yang kita dengar dan kalau kita mentaati maka dengan sendirinya kita dapat mengasihi, misalnya orang tua dan guru.” Beliau menambahkan: “Kalau kalian dapat mentaati perintah-perintah orang tua maka kalian juga akan mentaati perintah-perintah Tuhan.” Semua anak mendengar, ada yang sesekali mengangguk tanda memahami nasihat Romo dalam homilinya itu. Pada waktu itu saya yakin bahwa anak-anak yang mengikuti perayaan Ekaristi mendapat motivasi yang bagus untuk menjadi taat secara rohani. Demikian juga para orang tua dan kami sebagai orang dewasa ikut mendapat penyegaran dan pemikiran tentang keindahan untuk mentaati.

Apabila kita pikirkan baik-baik maka bukanlah perkara yang mudah untuk menjadi orang yang taat. Tuhan memang menciptakaan dua telinga untuk lebih banyak mendengar dan memahami supaya mampu mentaati dan mengasihi namun banyak kali orang justru memiliki dua mulut dan satu telinga. Orang lebih banyak berbicara tetapi sulit sekali untuk mendengar. Sebab itu muncul perselisihan dan kekacauan tertentu di dalam keluarga dan masyarakat kita. Kalau saja kita tidak mampu mentaati perintah orang tua yang kelihatan bagaimana mungkin kita dapat mentaati Tuhan yang tidak kelihatan? Kalau saja kita tidak rendah hati di hadapan orang tua, bagaimana mungkin kita mampu rendah hati di hadapan Tuhan yang tidak kelihatan?

Kitab Putra Sirakh hari ini mengarahkan kita untuk bertumbuh sebagai anak Tuhan yang memiliki budi pekerti yang luhur. Mula-mula kita semua diingatkan bahwa memenuhi hukum Tuhan itu sama dengan mempersembahkan banyak kurban, dan memperhatikan segala perintah Tuhan itu sama dengan mempersembahkan kurban keselamatan. Orang-orang Yahudi mengenal 613 Mitvot dalam seluruh Kitab Taurat. Dari ke-613 perintah ini terdapat 365 perintah negatif (Mitzvot lo aseh). Jumlah ini kiranya bertepatan dengan jumlah hari dalam setahun. Di samping itu ada 248 perintah positif (Mitzvot aseh). Jumlah ini berdasarkan jumlah tulang belulang di dalam tubuh kita. Perintah-perintah yang Tuhan berikan dalam Kitab Taurat ini harus dilakukan dengan tulus dan jujur di hadapan Tuhan, dengan demikian nilainya melebihi kurban persembahan atau kurban bakaran.

Di samping kemampuan untuk mentaati perintah Tuhan yang melebihi kurban persembahan, aspek lain yang penting adalah membalas kebaikan hati orang, memberikan derma, menjauhi kejahatan dan menolak kelaliman juga dinilai melebihi kurban-kurban yang dipersembahkan kepada Tuhan Allah. Misalnya kurban sajian, kurban syukur dan kurban penghapus dosa. Kemurahan hati Tuhan dirasakan oleh semua orang maka hendaklah semua orang juga murah hati kepada sesamanya. Aspek kejujuran bathin juga menjadi penting ketika kita hendak mempersembahkan persembahan yang berkenan di hati Tuhan.

Melalui bacaan Kitab Suci ini kita semua diharapkan untuk belajar menjadi pribadi yang murah hati, yang selalu siap untuk memberi kepada Tuhan melalui persembahan-persembahan dan hidup yang nyata. Keteladanan hidup dan perilaku hidup yang layak di hadirat Tuhan adalah persembahan yang amat bernilai di hadirat-Nya. Kita juga diingatkan untuk belajar berbagi dengan sesama yang berkekurangan. Maka dengan belajar menjadi taat seperti Tuhan Yesus sendiri maka kita dapat menjadi pribadi yang sempurna. Kita juga perlu menjadi orang yang jujur di hadirat Tuhan sebab orang yang jujur jalannya akan menyaksikan keselamatan yang dari Allah.

Apa yang harus kita lakukan supaya menjadi orang yang taat? Tuhan Yesus dalam bacaan Injil membuka pikiran kita semua untuk memiliki sikap lepas bebas terhadap segala sesuatu yang dapat menghalangi kita untuk bersatu dengannya. Salah satunya adalah harta milik yang membuat hati kita melekat padanya. Orang yang hatinya melekat pada harta miliknya akan sukar masuk ke dalam kerajaan surga.

Di samping itu, Yesus juga mengingatkan para murid yang telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikuti-Nya dari dekat bahwa mereka akan menerima seratus kali lipat segala sesuatu yang sudah mereka tinggalkan seperti rumah, saudari dan saudara, ibu atau bapa, anak-anak atau ladangnya. Yesus menambahkan bahwa untuk memperolehnya kembali seratus kali lipat itu ada pengurbanan, penganiyaan karena mereka adalah murid Yesus Kristus. Namun demikian, jaminannya adalah hidup kekal. Orang siap untuk menderita karena mengasihi Yesus dan mentaati-Nya maka hidup kekal adalah jaminannya.

Kita bersyukur karena sebelum memasuki masa prapaskah, Tuhan sudah membuka mata hati kita untuk memahami makna ketaatan, pengurbanan diri dan hidup kekal. Semoga kita mentaati perintah-perintah Tuhan dan mengasihi-Nya dan berusaha untuk mengikuti-Nya lebih dekat lagi. Mengikuti Yesus berarti siap untuk melepaskan segala sesuatu, siap untuk menderita dan hidup kekal adalah jaminannya di masa depan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply