Homili Pesta St. Markus – 2017

Pesta St. Markus, Penginjil
1Ptr 5:6b-14
Mzm 89: 2-3.6-7.16-17
Mrk 16:15-20

Salam dari Markus

Pada pagi hari ini saya dikejutkan oleh pesan dari seorang sahabat: “Romo John yang baik, anda mendapat salam dari seseorang namanya Markus”. Mulanya saya merasa kaget karena pagi-pagi mendapat salam dari Markus. Saya sempat membayangkan wajah para kenalan saya yang bernama Markus. Tetapi saya cepat menyadari bahwa hari ini memang pesta Santu Markus. Ingatan saya juga tertuju kepada St. Petrus. Ia menulis ungkapan yang sama: “Salam dari Markus, anakku” (1Ptr 5:13). Markus begitu mendapat tempat yang istimewa sampai dianggap sebagai anaknya sendiri. Petrus dan Markus saling percaya satu sama lain.

Siapakah St. Markus? Dia dikenal di dalam Gereja sebagai salah seorang pengarang Injil. Injil tulisannya ini dikenal sebagai injil yang paling tua, ditulis dalam waktu 10 tahun setelah kematian dan kenaikan Yesus ke Surga. Injilnya menjadi dasar atau sumber bagi Injil Lukas dan Matius. Para peneliti dokumen-dokumen di Qumran, dekat Laut Mati mengungkapkan bahwa Injil Markus memang Injil yang paling tua. Markus berasal dari kota Yerusalem. Rumahnya sering menjadi markas doa bagi komunitas Kristen perdana. Lebih lagi ketika Petrus dipenjarakan maka orang sering berkumpul di rumahnya untuk berdoa dan memohon supaya Tuhan membebaskan Petrus. Setelah Petrus dinyatakan bebas maka ia pergi ke rumah Markus. Markus memang pernah berjumpa sendiri dengan Yesus namun tidak menjadi murid-Nya.

Markus dikenal dengan nama Yohanes Markus. Ia adalah keponakan dari Barnabas. Ia ditobatkan dan dibaptis oleh Petrus. Ia kemudian menemani Paulus dalam perjalanan missioner pertama ke Antiokhia (Kis 12:25) dan kemudian ke Siprus (Kis 13:4,5). Karena alasan tertentu maka ia kemudian kembali ke Yerusalem (Kis 13:13). Selanjutnya Markus menemani Barnabas ke Siprus (Kis 15:36-41). Markus sempat diminta untuk mengunjungi Paulus di Penjara (2Tim 4:11). Petrus sendiri menganggap Markus seperti anaknya sendiri (1Ptr 5:13). Markus menulis Injil tertua dengan lambang singa. Singa adalah raja gurun pasir.

Petrus dalam bacaan pertama mengingatkan komunitasnya untuk mengembangkan sikap-sikap bathin sebagai berikut: Pertama, supaya mereka semua memiliki kebajikan kerendahan hati. Kerendahan hati terhadap satu dengan yang lainnya sebab Allah menentang orang yang congkak tetapi mengasihi orang yang rendah hati. Kedua, mereka belajar berpasrah kepada Tuhan: “Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada Tuhan sebab Dialah yang memelihara kamu.” (1Ptr 5:7). Ketiga, berjuang untuk melawan iblis yang selalu mencari mangsanya. Jemaat harus berani melawan iblis dengan iman yang teguh. Sikap-sikap bathin ini sangat penting sebab Allah sumber segala kasih karunia akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kita semua.

Pesan Petrus kepada jemaat ini tentu memiliki dasar yang kuat yaitu pengalaman pribadinya dan pengalaman kebersamaan di dalam komunitas di mana terdapat Silwanus, dan Markus. Pengalaman akan Allah benar-benar nyata dalam komunitas, di dalam diri jemaat yang kudus. Markus sendiri pasti menghayatinya sehingga Petrus menulis: “Salam dari Markus, anakku”.

Dalam bacaan Injil yang ditulis oleh Markus, Tuhan Yesus yang bangkit mulia menampakkan diri kepada para murid-Nya. Ini menjadi kesempatan yang baik, di mana Ia mengutus mereka untuk pergi ke seluruh dunia dan memberitakan Injil kepada segala makhluk. Konsekuensi dari pemberitaan para rasul adalah bahwa siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan sedangkan yang tidak percaya akan dihukum. Yesus mengenal para murid-Nya maka untuk lebih meyakinkan mereka maka Ia mengatakan tanda-tanda yang kelihatan yakni mereka akan mengusir setan-setan demi nama Yesus, mereka berbicara dalam bahasa-bahasa baru, mereka akan memegang ular, sekalipun meminum racun maut mereka tidak akan mendapat celaka. Mereka juga memberkati dan menyembuhkan orang lain dalam nama Yesus.

Santu Markus menguatkan kita pada hari ini untuk menjadi pengikut Kristus yang terbaik. Mengapa menjadi pengikut Yesus Kristus yang terbaik? Karena kita diharapkan rendah hati seperti Kristus sendiri, berani untuk menyerahkan segala kekuatiran kepada Tuhan dan berjuang untuk menaklukan iblis yang selalu mencari cela untuk menghancurkan hidup kita.Tugas kita adalah bersatu dengan Injil dan mewartakannya dengan hidup yang nyata. Salam dari Markus untuk anda juga.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply