Homili 29 April 2017

Hari Sabtu, Pekan Paskah II
St. Katarina dari Siena.
Kis 6:1-7
Mzm 33:1-2.4-5.18-19
Injil Yoh 6:16-21

Indahnya Bersama Yesus

Ada seorang bapa yang pernah membagi pengalamannya kepada saya. Ia merasa sangat bangga sebagai seorang katolik yang mengikuti Tuhan Yesus Kristus. Ia sadar dan mengakui bahwa untuk dapat mewujudkan imannya maka ia perlu mengorbankan diri dan berjuang dalam hidupnya. Misalnya saja perjuangannya bersama rekan-rekannya supaya di kantornya boleh diadakan misa Jumat Pertama dan mengadakan persekutuan doa Oikumene bersama setiap hari Jumat yang lainnya dalam bulan. Ia mengatakan bahwa permintaan ini dikabulkan pihak managemen perusahaan setelah duapuluh tahun ia mengabdi di dalam perusahaan ini. Pengalaman ini amat berharga karena Tuhan Yesus sungguh-sungguh menyertainya bersama rekan-rekan di dalam perusahaan yang sama. Baginya, pengalaman ini juga membuktikan bahwa bersama Yesus selalu indah.

Kita mendengar kisah Injil yang menarik perhatian di hari Sabtu pekan kedua ini. Tuhan Yesus barusan meminjam lima roti dan dua ekor ikan dari seorang anak kecil untuk memberi makan kepada lima ribu orang laki-laki, tanpa menghitung perempuan dan anak-anak. Setelah peristiwa menakjubkan ini, Ia menyendiri ke gunung sebelum matahari terbenam untuk bersyukur kepada Bapa atas mukjizat Ekaristi-Nya yang barusan terjadi. Para murid kelihatan tidak menunggu Yesus. Mereka memilih untuk berjalan sendiri saja.

Apa yang terjadi ketika para murid-Nya memilih untuk berjalan sendiri, dalam suasana gelapnya malam karena tanpa Yesus sebagai Terang dunia? Danau Galilea letaknya 315 meter di bawah permukaan laut tengah. Panjangnya 21 km dan lebarnya 11 km. Sebab itu ketika angina kencang dari dataran tinggi Golan atau dari arah Tiberias maka air danau itu akan bergelora dan sangat menakutkan. Orang-orang Yahudi sendiri ketika melihat air mereka memiliki ketakutan-ketakutan tertentu karena berpikir bahwa roh-roh jahat juga ada di dalam air. Dalam suasana takut, Yesus datang mendekati mereka. Mereka mempersilakan Yesus naik ke atas perahu dan seketika itu juga mereka tiba di Kapernaum.

Apa yang indah ketika kita bersama-sama dengan Yesus? Tuhan Yesus berkata: “Terpisah dari Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh 15:5). Pengalaman para murid ini benar-benar terbukti. Ketika mereka berjalan sendiri tanpa mengandalkan kuasa Tuhan Yesus, mereka mengandalkan pengalaman sendiri sebagai nelayan maka yang ada hanya gelora laut yang menakutkan. Keindahan muncul ketika Yesus ada bersama dengan mereka dalam perahu yang sama maka mereka mudah mencapai tujuan.

Kita sebagai Gereja saat ini haruslah mengandalkan kuasa Tuhan Yesus dalam segala hal. Kita membutuhkan penyertaan Tuhan Yesus dalam setiap langkah hidup kita. Hanya dengan demikian hidup kita menjadi indah adanya. Keindahan bersama Yesus menjadi lebih nyata dalam pelayanan-pelayanan kita di dalam Gereja. St. Lukas dalam bacaan pertama mengisahkan tentang suasana jemaat perdana di Yerusalem. Jumlah murid Yesus makin bertambah sehingga muncul rasa bersungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani kepada orang ibrani karena pelayanan kepada para janda diabaikan. Para rasul Yesus cepat menanggapi situasi ini dengan mengumpulkan para murid untuk menyampaikan situasi yang sedang terjadi dalam jemaat yakni pelayanan Sabda mendapat hambatan karena mereka masih memperhatikan pelayanan meja. Sebab itu mereka berencana untuk memilih para diakonos atau pelayan.

Apa yang terjadi? Para murid diharapkan untuk memilih tujuh orang pelayan. Syaratnya adalah mereka haruslah orang yang terkenal baik, penuh dengan Roh Kudus dan hikmat. Mereka ini akan diangkat menjadi pelayan atau diakonos dalam jemaat, sedangkan para rasul lebih focus kepada pelayana Sabda. Mereka pun memilih tujuh orang terbaik dalam jemaat menjadi daikon yakni Stefanus, Filipus, Prokhorus, Nikanor, Timon, Permenas, dan Nikolaus. Jumlah murid makin bertamba, Sabda Tuhan semakin luas diwartakan.

Semangat untuk melayani Tuhan dan sesama haruslah selalu dikobarkan dalam hidup. Kita perlu mengandalkan Tuhan supaya melayani-Nya dengan baik terutama dalam mewartakan sabda-Nya. Kita juga mengandalkan Tuhan supaya melayani sesama dengan penuh sukacita.

Pada hari ini St. Katarina dari Siena menjadi inspirator kita. Dia melayani Tuhan dan sesama dengan sukacita. Permusuhan di dalam Gereja terutama para paus berhasil didamaikan oleh St. Katarina. Ini adalah bukti pengabdiannya kepada Tuhan dan sesama yang patut kita ikuti.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply