Homili 27 Juni 2017

Hari Selasa, Pekan Biasa ke-XII
Kej 13:2.5-18
Mzm 15: 2-3ab.3cd-4ab.5
Mat 7:6.12-14

Semua gara-gara harta!

Apakah anda pernah mengalami atau menyaksikan saudari dan saudara yang berebut harta kekayaan yang merupakan warisan orang tuanya? Apakah anda juga pernah mengalami atau menyaksikan orang-orang tertentu yang berebut kekuasaan? Persaudaraan hancur karena nafsu untuk memiliki banyak harta kekayaan dan nafsu untuk berkuasa. Hanya anehnya adalah orang-orang yang mengalami hak seperti ini tidak menyadarinya. Mereka selalu berpikir sebagai hal yang lumrah karena merupakan haknya. Seorang sahabat pernah mengalami hal seperti ini yakni berebut harta dengan saudaranya. Ia lalu memutuskan untuk mengalah dengan berprinsip bahwa harta itu dapat dicari, sifatnya fana tetapi persaudaraan itu mahal. Persaudaraan itu tidak dapat dibeli dengan uang! Saya bersyukur karena berjumpa dengan seorang sahabat yang masih waras!

Pada hari ini kita mendengar kisah pengalaman akan Allah dalam diri Abram. Sekali lagi dikisahkan bahwa Abram memiliki banyak kekayaan, seperti ternak, perak dan emas. Lot, kerabatnya juga memiliki domba, lembu dan kemah. Masalahnya adalah tempat di mana mereka menghuni masih sempit sehingga menimbulkan kesulitan bagi mereka untuk menggembalakan ternak mereka. Akibatnya adalah para gembala Lot dan Abram berebut tempat untuk menggembalakan ternak mereka.

Abram menunjukkan sikapnya yang bijaksana dengan memanggil Lot untuk berunding. Ia mengatakan kepada Lot bahwa mereka masih memiliki relasi kekerabatan, sebab itu tidak elok kalau ada pertentangan di antara mereka. Untuk itu Abram meminta Lot untuk berpisah dari pada tinggal bersama-sama di tempat yang sempit. Lot lalu memilih lembah Jordan yang dilihatnya subur, banyak airnya. Daerah yang dipilih Lot bahkan sampai ke tanah Mesir, Zoar juga dua kota yang akan dimusnahkan Tuhan karena kejahatan mereka yakni Sodom dan Gomora. Abram memilih tetap tinggal di tanah yang dijanjikan Tuhan yaitu tanah Kanaan.

Tuhan sekali lagi berjumpa dengan Abram dan mengingatkan semua perjanjian kepada-Nya. Tuhan meminta Abram untuk melihat ke sekelilingnya dan semua daerah yang sempat dilihat oleh Abram, itulah yang akan diberikan Tuhan kepadanya untuk menjadi milik pusakanya. Semua keturunan Abram akan berjumlah banyak seperti debu tanah. Abram mengikuti kehendak Tuhan dan perjanjian-Nya. Ia pun menginap di Mamre, dekat Hebron. Di tempat ini juga Abram mendirikan mezbah bagi Tuhan.

Pengalaman Abram dan Lot adalah pengalaman keseharian kita. Banyak kali Tuhan memanggil dan memberikan kita kasih karunia-Nya namun kita sendiri sulit untuk memahami kasih setia-Nya. Banyak kali kita mungkin bersikap seperti Lot yang menyukai tempat yang subur, penuh air dan menggiurkan kita. Kita lupa bahwa di dalam hal-hal yang menggiurkan itu ada kejahatan sebagaimana kota Sodom dan Gomora. Tuhan Yesus berkata, “Di mana hartamu berada, hatimu juga ada di sana” (Mat 6:21). Lot merasakannya! Banyak di antara kita mungkin seperti Lot.

Kita seharusnya belajar seperti Abram. Ia memilih tempat yang kering, membutuhkan banyak perjuangan untuk bisa survive. Tuhan memperhatikan usaha dan perjuangan Abram, lagi pula sikapnya yang selalu bersyukur kepada Tuhan. Sebab itu Tuhan mengingatkan dan membaharui janji kepada-Nya. Tuhan menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada Abram dan keturunannya untuk selama-lamanya. Abram membantu kita untuk memilih yang tersulit supaya kasih karunia Tuhan dapat mengalir seperti sungai. Pengalaman Abram ini dibahasakan oleh St. Theresa dari Kalkuta dalam perkataannya ini: “Biasakanlah dirimu memilih yang tersulit”. Bagaimana dengan kita saat ini? Apakah kita juga dapat memilih yang tersulit?

Pertanyaan tentang memilih yang tersulit dijelaskan dengan sempurna oleh Tuhan Yesus dalam Injil. Tuhan Yesus dalam bacaan Injil mengingatkan kita untuk berlaku adil terhadap semua orang. Kita dituntut untuk menjadi pribadi yang beretika. Ia berkata: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki diperbuat orang kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka”. (Mat 7:12). Ini adalah jalan yang benar dan meringkas seluruh hukum Taurat. Dalam hal ini kasih dan keadilan haruslah diperjuangkan dan dilakukan dalam hidup. Ini bukanlah hal yang mudah!

Tuhan Yesus juga mengingatkan kita supaya masuk melalui pintu yang sempit. Pintu yang sesak, sempitlah juga jalan menuju kepada kehidupan dan sedikit orang yang mendapatinya. Pintu yang lebar dan luas terbuka bagi orang yang mengalami kebinasaan. Banyak orang menyukainya dan lupa bahwa kebinasaan ada di depan mata mereka. Kita mengingat kembali kisah Lot dan Abram. Lot memilih tempat yang dilihatnya subur sebagai pintu yang lebar dan luas. Sodom dan Gomora menjadi mimpi buruk bagi Lot di masa depan. Abram memilih pintu sempit. Kasih karunia mengalir karena perjuangan Abram dalam hidupnya untuk menjadi berkat bagi keturunannya. Nah, gara-gara harta kebinasaan mudah menjemput kita. Hilangkanlah keterikatan pada harta duniawi dan lekatkanlah dirimu pada harta surgawi.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply