Homili Hari Minggu Biasa ke-XVII/A – 2017

Hari Minggu Biasa ke-XVII/A
1Raj 3:5.7-12
Mzm 119: 57.72.76-77.127-128.129-130
Rm 8:28-30
Mat 13:44-52

Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya!

Kita mengawali ibadat suci kita pada hari Minggu Biasa ke-XVII tahun A ini dengan sebuah Antifon Pembuka, bunyinya: “Allah bersemayam di tempat-Nya yang kudus. Di dalam rumah-Nya Ia menghimpun semua orang. Dia sendiri akan memberi kekuatan dan keberanian kepada umatnya.” (Mzm 68:6-7.36). Antifon Pembuka ini membuka ruang rasa syukur kita kepada Tuhan yang bersemayam di tempat-Nya yang kudus. Kita semua datang ke gereja, dengan latar belakang dan perasaan yang berbeda-beda. Kita hanya memiliki satu tujuan yakni berjumpa dengan Tuhan Allah, menyampaikan puji dan syukur kita kepada-Nya. Dialah yang mengumpulkan kita tanpa melihat siapakah diri kita di hadirat-Nya. Kita semua juga percaya bahwa hanya Tuhan Allah saja yang dapat memberi kekuatan dan keberanian kepada umat-Nya. Kiranya hari Minggu ini juga menjadi kesempatan bagi kita untuk bersyukur tanpa henti karena kasih dan kebaikan-Nya kekal selamanya bagi kita.

Pada hari Minggu ini, saya mengingat kembali sebuah pengalaman yang indah. Saya pernah mengunjungi sebuah komunitas biara para suster. Sambil menunggu di ruang terima tamu, saya memperhatikan beberapa foto para suster yang dibingkai dengan rapi dan dipajang di dinding. Ada sebuah bingkai foto para suster dari yang paling tua sampai muda, dengan wajah yang ceriah. Saya menduga foto itu diambil setelah retret tahunan atau setelah sebuah acara resmi tarekat mereka. Ada juga tulisan di bawah foto itu: “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” (Mat 6:33). Saya tersenyum dan berkata dalam hati bahwa para suster memang sedang mencari Kerajaan Allah, mereka mempersembahkan dirinya secara total untuk Tuhan dan kebahagiaan abadi adalah janji Tuhan yang akan ditepati-Nya, serta indah pada waktunya.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu Biasa ke-XVII ini mengarahkan kiblat hidup kita kepada Tuhan Allah dan Kerajaan-Nya. Kerajaan Allah sebagai harta abadi yang harus kita cari dan menjadi prioritas kita sepanjang hidup ini. Dalam bacaan pertama kita melihat sosok Salomo, yang dikenal sebagai raja super bijaksana dalam Kitab Perjanjian Lama. Tuhan pernah menampakkan diri kepada Samuel dalam mimpinya. Ketika itu Tuhan berkata kepada Salomo: “Mintalah apa yang kauharapkan daripada-Ku!” Salomo mendengar perkataan Tuhan. Apa yang dilakukannya? Ia pertama-tama bersyukur kepada Tuhan Allah karena telah mempercayakan Kerajaan Israel ke dalam tangannya, meskipun ia masih muda dan minim pengalaman. Selanjutnya Salomo meminta kepada Tuhan hati yang paham menimbang perkara untuk menghakimi umat Allah dengan tepat, dapat membedakan manakah yang baik dan jahat.

Reaksi dari pihak Tuhan adalah menerima permintaan Salomo. Ia sangat berkenan kepada permintaan Salomo. Tuhan sendiri menggunakan pengalaman kebanyakan orang untuk mendukung permohonan Salomo dengan mengatakan bahwa Salomo tidak meminta umur panjang, kekayaan, atau nyawa para musuh. Salomo dipuji karena meminta pengertian untuk memutuskan hukum. Tuhan mengabulkan permohonannya dengan memberikan hati yang penuh hikmat dan pengertian. Salomo luar biasa! Ia tidak memilih hal-hal yang sifatnya fana seperti usia panjang, harta dan kuasa. Ini adalah keinginan banyak orang demi popularitas, dan kekuasaan manusiawi semata. Sebaliknya, ia justru meminta sesuatu yang abadi, yang hanya ada di dalam Tuhan yakni kebijaksanaan. Kebijaksanaan untuk mengabdi bagi banyak orang bukan untuk mengabdi diri sendiri.

Dalam bacaan kedua St. Paulus mengajak kita untuk menyadari bahwa sejak semula Tuhan Allah sudah memanggil kita untuk hidup bersama-Nya. Allah sendiri turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia terutama mereka yang terpanggil sesuai dengan kehendak dan rencana Allah. Tuhan Allah begitu baik dengan manusia maka Ia memilih dan menentukan kita untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya Yesus Kristus. Yesus sendiri lalu menjadi saudara sulung kita di hadapan Bapa yang satu dan sama. Ia menentukan, memanggil, membenarkan dan memuliakan kita. St. Paulus membuka pikiran kita kepada keabadiaan. Allah sangat mengasihi kita maka Ia berkehendak untuk menyelamatkan kita. Ia memanggil dan membenarkan kita sebagai pilihan-Nya. Ini juga menjadi sebuah harapan yang besar dari setiap orang yang percaya kepada Tuhan.

Dalam bacaan Injil Tuhan Yesus memberikan perumpamaan-perumpamaan tertentu untuk melukiskan bagaimana manusia mencari kerajaan Surga. Pertama, Kerajaan Allah diumpamakan seperti harta terpendam di lading yang ditemukan orang. Ketika menemukannya orang itu merasa senang, memendamkannya lagi, menjual segala miliknya lalu membeli ladang tersebut. Kedua, Kerajaan surga itu seperti pedagang yang sedang mencari mutiara yang indah. Orang yang menemukannya juga bersukacita, menjual segala miliknya untuk dapat membeli mutiara yang indah dan berharga itu. Ketiga, Kerajaan surga itu seperti pukat yang dilabuhkan di laut. Pukat itu akan menangkap semua jenis ikan, Ketika ditarika ke darat maka orang akan memilih ikan yang baik dan diletakkan di dalam pasu sedangkan ikan yang tidak baik akan dibuang. Pada akhir zaman setiap orang akan mengalami hal yang sama. Orang baik akan masuk ke dalam Kerajaan Surga, sedangkan orang jahat akan masuk ke dalam dapur api. Keempat, kerajaan Surga itu seperti tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya.

Mari kita memfokuskan perhatian kita kepada salah satu perumpamaan di atas. Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang. Harta adalah Kristus dan Injil-Nya. Kita masing-masing diajak untuk mencari hingga menemukan Kristus dan Injil-Nya dalam peristiwa dan pengalaman hidup kita setiap hari. Kita menamakan diri sebagai pengikut Kristus maka hendaknya kita benar-benar menjadi Kristen alias Kristus kecil dalam hidup setiap hari. Kita mencari yang paling bernilai dan abadi, bukan usia panjang, bukan harta kekayaan dan kuasa melainkan hikmat. Hikmat adalah salah satu jati diri Tuhan. Hikmat memampukan kita untuk semakin mengasihi Allah dan sesama kita. Kita mencari Yesus dan Injil-Nya dan semua yang lain akan ditambahkan kepada kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply