Homili 31 Juli 2017

Hari Senin, Pekan Biasa ke-XVII
St. Ignasius Loyola
Kel 32:15-24.30-34
Mzm 106:19-20.21-22.23
Mat 13:31-35

Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik!

Saya pernah mengikuti perayaan syukur keluarga. Tema perayaan syukur keluarga adalah: “Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik” (Mzm 106: 1a). Ini merupakan kesempatan istimewa bagi keluarga untuk bersyukur kepada Tuhan karena kasih dan kebaikan-Nya bagi putera sulung yang barusan menyelesaikan studinya di sebuah sekolah katolik favorite. Ia sebelumnya melewati test masuk yang sangat berat dan berhasil menjadi salah seorang lulusan terbaik di sekolah itu. Ia bahkan telah diterima di sebuah universitas ternama di luar negeri. Sebab itu keluarga ini benar-benar merasakan kasih dan kebaikan Tuhan dan patut disyukuri bersama.

Pada hari ini kita sebagai Gereja juga merasa bersyukur kepada Tuhan karena memberikan kepada kita orang kudus yang besar yakni St. Ignasius Loyola. Orang kudus ini dilahirkan di Azpeitia, daerah Basque, Spanyol Utara tahun 1491. Nama aslinya adalah Inigo Lopez de Loyola. Sebagai seorang bangsawan, ia menikmati suasana hidup yang enak di istanahnya. Ia mengenyam pendidikan yang baik dalam tradisi dan kebiasaan hidup istana yang ketat. Pada tahun 1517 beliau masuk sebagai tentara Kerajaan Spanyol. Ia hanya bertahan selama lebih kurang empat tahun. Ia berhenti sebagai seorang militer aktif karena luka parah yang dialaminya pada tanggal 20 Mei 1521. Ia bersama rekan-rekannya mempertahankan benteng Pamplona. Ia lalu menjalani perawatan selama setahun. Selama masa pemulihan, ia menunjukkan minat bacanya yang besar. Semua buku tentang kepahlawanan dibacanya sampai tuntas. Ketika ia mencari buku yang lain, yang ditemukannya adalah buku Mengikuti jejak Kristus dan kehidupan para kudus.

Pengalaman ini benar-benar mengubah hidupnya. Ia rajin membaca buku-buku tentang mengikuti jejak Kristus dan kehidupan para kudus, dan pengalaman ini mengubah seluruh hidupnya. Ia memutuskan untuk pergi ke biara Benediktin di Monserrat. Ia tinggal di sana selama tiga hari dan berdoa dengan tekun serta memohon pengampunan atas dosa-dosanya. Ia sungguh berubah hingga menjadi orang kudus di dalam Gereja Katolik. Ia memiliki hati penuh syukur kepada Tuhan.

Kita semua bersyukur kepada Tuhan sebab Ia sungguh-sungguh baik bagi umat Israel. Mereka sudah meninggalkan Mesir dengan bantuan kuasa Tuhan. Kini mereka berada di padang gurun, dekat kaki gunung Sinai. Musa mendapat panggilan dari Tuhan untuk menjumpainya di puncak gunung Sinai. Ia tinggal di sana selama empat puluh hari dan empat puluh malam. Tuhan mengikat perjanjian-Nya dengan umat Israel. Ini adalah perjanjian kasih antara Allah dan umat Israel melalui Musa pemimpin mereka. Tuhan menulis hukum-hukum-Nya di atas dua loh batu. Tuhan yang membuatnya, Tuhan pulah yang menulisnya di atas loh batu bagi manusia. Loh batu yang pertama berisi perintah-perintah yang berhubungan dengan Tuhan sendiri. Loh batu yang kedua berhubungan dengan manusia.

Pada saat Musa dan Yosua turun dari atas puncak gunung, mereka mendengar bunyi sorak sorai dari perkemahan. Yosua menduga bahwa bunyi itu adalah sorak sorai setelah peperangan di perkemahan. Musa mendegar bunyi yang lain yakni nyanyian berbalas-balasan. Ketika Musa dan Yosua mendekati kemah, mereka merasa sangat kecewa karena menyaksikan bagaimana umat Israel mengulangi dosa yang sama yakni menyembah berhala. Mereka sudah membuat seekor patung anak lembu serta menari dan menyembahnya. Musa marah besar. Ia mengambil patung lembu, membakarnya lalu menggilingnya sampai halus. Ia mencampurkannya ke dalam air dan membiarkan semua orang yang menyembah berhala itu minum.

Musa menggunakan kesempatan yang baik untuk menjelaskan ajaran iman kepada mereka. Ia mengatakan bahwa bangsa Israel telah berbuat dosa besar. Namun Musa sebagai perantara, hendak membangun komunikasinya dengan Tuhan Allah supaya Tuhan dapat menunjukkan kasih setia kepada mereka. Harapan mereka adalah semoga Tuhan dapat mengampuni semua dosa dan salah. Tuhan mendengar permohonan Musa. Ia menjawabi Musa: “Barangsiapa berbuat dosa terhadap-Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam Kitab-Ku. Tetapi pergilah sekarang, tuntunlah bangsa itu ke tempat yang telah Kusebutkan kepadamu.” Tuhan memang menunjukkan kerahiman-Nya kepada bangsa Israel namun Ia juga berkata: “Pada hari pembalasan-Ku, Aku akan membalaskan dosa mereka kepada mereka”.

Kisah bangsa Israel ini menunjukkan relasi kita sebagai manusia dengan Tuhan. Banyak kali kita juga lupa bersyukur kepada-Nya padahal Ia senantiasa menunjukkan kasih dan kebaikan-Nya. Dia mengampuni dosa dan salah kita. Ia melihat iman kita maka Ia pun tidak memperhitungkan dosa dan salah kita. Kita boleh lupa akan kasih dan kebaikan-Nya, Ia tidak akan melupakan kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply