Homili 18 November 2017

Hari Sabtu, Pekan Biasa ke-XXXII
Keb. 18:14-16,19:6-9
Mzm. 105:2-3,36-37,42-43
Luk. 18:1-8

Apakah anda tekun berdoa?

Saya pernah berjalan bersama team pelayan para manula (manusia lanjut usia) sebuah paroki untuk mengunjungi, mendoakan dan memberi komuni kudus kepada mereka. Ada seorang ibu yang tinggal sendirian, berusia sekitar 75 tahun dan dilayani oleh seorang pembantunya. Saya sempat melihat ruangan doanya mirip dengan sebuah kapel. Ada buku Alkitab yang besar yang memudahkan dia untuk duduk dan membaca Alkitab setiap hari. Ada juga patung St. Antonius Padua, patung Bunda Maria, dan patung Hati Kudus Yesus. Ukuran ketiga patung tergolong besar. Ia juga memiliki buku-buku bacaan popular tentang iman katolik. Saya menduga bahwa ibu ini bukan orang biasa-biasa ketika masih muda tetapi orang yang luar biasa. Saya bertanya kepadanya: “Apakah ibu berdoa?” Ia menjawab, “Saya selalu berdoa di ruangan ini dan membaca Kitab Suci.” Saya bertanya lagi: “Bagaimana rasanya anda berdoa di dalam ruangan doa seperti ini?” “Saya selalu mengalami tantangan, dan bertanya apakah saya benar-benar berdoa di tempat ini. Apakah saya sudah dekat dengan Tuhan atau belum. Saya masih berjuang sampai saat ini!” Jawabnya kepadaku. Ini benar-benar merupakan sebuah jawaban cerdas dan menjadi pengalaman yang menarik bagiku. Saya selalu mengingat ibu yang memberi inspirasi dengan hidupnya.

Pada hari ini kita mendengar sebuah kisah Injil yang menarik perhatian kita. Tuhan Yesus di dalam Injil Lukas memberi sebuah perumpamaan kepada para murid-Nya supaya mereka selalu berdoa dengan tidak jemu-jemunya. Isi perumpamaannya adalah: ada seorang hakim, tanpa nama. Ciri khas dari hakim ini adalah tidak takut akan Allah dan tidak menghormati siapapun. Kita dapat membayangkan seperti siapakah sang hakim tanpa nama ini. Bersama Tuhan saja ia tidak takut apalagi kepada manusia. Ia mungkin sama dengan hakim-hakim tertentu yang selalu berlaku tidak adil dalam menjalankan tugasnya. Ia bisa saja menjadi orang yang adil, bisa juga menjadi seorang penindas.

Di kota yang sama ini ada seorang janda, tanpa nama juga, yang selalu datang untuk untuk meminta hakim tersebut membela haknya di depan lawan-nya. Hakim ini tidak takut kepada Tuhan dan tidak menghormati sesamanya, namun karena janda ini selalu datang kepadanya maka ia berusaha untuk membenarkan janda itu dari perkara yang melilitnya. Ia juga takut jangan samapai janda itu menyerangnya.

Tuhan Yesus melanjutkan perkataannya dengan mengatakan bahwa hakim yang lalim saja dapat berusaha untuk membenarkan perkara janda ini karena janda itu selalu datang kepadanya dan memohon. Tuhan Allah adalah Bapa yang mahabaik. Ia tidak akan membiarkan anak-anaknya merana ketika memohon kepada-Nya. Tuhan Allah akan membenarkan para pilihan-Nya yang siang dan malam berseru kepada-Nya. Bagi Yesus, Allah Bapa di surga tidak pernah menunda atau menguluru waktu-Nya untuk menolong manusia. Pertolongan Tuhan selalu datang tepat pada waktunya. Pertolongan Tuhan tidak pernah cepat atau lambat tetapi selalu tepat waktu. Untuk itu perlu iman yang kuat dan teguh kepada-Nya.

Apakah anda beriman?

Ini juga merupakan sebuah pertanyaan yang bagus. Orang yang beriman pasti akan mengorientasikan seluruh hidupnya kepada Tuhan pada setia saat. Ia mengorientasikan dirinya dengan berdoa, mengangkat hatinya kepada Tuhan dengan puji-pujian. Orang beriman akan berdoa tanpa henti kepada Tuhan. Ia tidak akan merasa bosan untuk berdoa karena ia percaya bahwa Tuhan pasti akan menolongnya. Banyak kali kita mungkin merasa bahwa kita rajin berdoa. Doa berarti mengangkat hati dan pikiran kepada Tuhan. Apakah doa yang kita panjatkan kepada Tuhan juga memiliki sifat transformatif? Apakah doa mengubah seluruh hidup kita menjadi semakin serupa dengan Tuhan? Mari kita memeriksa bathin kita dan membaharui komitmen kita untuk berdoa. Milikilah iman supaya anda dapat berdoa tanpa henti.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply