Homili Hari Raya Natal (Misa Fajar) – 2017

Hari Raya Natal – Misa Fajar
Yes 62:11-12
Mzm 97:1.6.11-12
Tit 3:4-7
Luk 2:15-20

Marilah ke Bethlehem

Dengan menyebut nama kota Bethlehem, pikiran kita semua langsung tertuju pada kota kelahiran Yesus Kristus. Ya, Betlehem merupakan sebuah kota yang secara geografis-historis terletak kurang lebih 8 kilometer di sebelah selatan kota Yerusalem. Kota ini didirikan pada tahun 1250sM. Di dalam Kitab Perjanjian Lama, kota ini dihubungkan dengan tempat kelahiran Raja Daud (1Sam 17:12), tempat tinggal Rut yang masuk dalam silsilah Yesus (Rut 1:19; 14:1). Di dalam Kitab Mikha terdapat sebuah nubuat bahwa Yehuda akan diperbaharui karena kelahiran seorang raja yang dilahirkan di Bethlehem rumah Daud. Raja yang dimaksud adalah Yesus Kristus, Anak Maria yang kita kenang kelahiran-Nya pada malam hari ini. Ia lahir di kota Betlehem, namun di kemudian hari akan dikenal sebagai orang Nazaret. Yesus orang Nazaret bukan orang Bethlehem. Bet lekhem, artinya ‘rumah roti’, atau “rumah makanan”. Kadang orang mengartikan Bethlehem sebagai “rumah daging”. Dari arti nama Bethlehem ini kita kita dapat mengerti rencana Tuhan bagi keselamatan umat manusia. Tuhan Yesus adalah roti kehidupan yang turun dari Surga. Tuhan Yesus adalah Sabda yang menjadi daging dan tinggal di antara kita. Maka marilah mengarahkan perhatian kita ke Bethlehem.

Nabi Yesaya dalam bacaan pertama meminta warga Yerusalem untuk membuka lebar-lebar pintu gerbang Yerusalem supaya menyambut rajanya. Raja yang datang akan memberi keselamatan sebab dia memang sang Penyelamat. Dia datang untuk menjadikan mereka sebagai sebuah bangsa yang kudus, warga tebusan Tuhan. Yerusalem akan disebut kota yang tidak ditinggalkan. Mereka bukan lagi menjadi bangsa yang merana melainkan bangsa yang penuh dengan sukacita karena mengalami penebusan berlimpah dari Tuhan. Nubuat nabi Yesaya ini juga memberi harapan baru kepada kita yang membaca dan mendengar sabda ini untuk membuka diri dalam menerima sang Raja Baru yakni Tuhan Yesus Kristus.

Warta sukacita dari nabi Yesaya dipertegas lagi oleh St. Paulus dalam suratnya kepada Titus. Paulus mengatakan kepada Titus bahwa anugerah keselamatan dari Tuhan begitu besar kepada manusia. Ini adalah bukti kerahiman dan kasih Allah yang telah menjadi nyata kepada manusia. Kerahiman Allah itu menyelamatkan manusia yang berdosa. Keselamatan yang kita terima bukan karena perbuatan baik yang kita lakukan, melainkan karena rahmat atau kasih karunia dari Tuhan sendiri. Kasih karunia yang kita terima pertama kali saat dibaptis itu berasal dari Roh Kudus. Kita semua dibenarkan oleh kasih karunia Allah supaya memperoleh kehidupan kekal.

Hari Raya Natal menjadi kesempatan bagi kita untuk bersyukur kepada Tuhan karena kasih karunia yang dianugerahkan kepada kita masing-masing. Tuhan menganugerahkan Yesus Kristus Putera-Nya sebagai kasih karunia bagi kita masing-masing. Dia sendirilah yang menyelamatkan kita. Semua anugerah yang kita terima dari Tuhan adalah bukti kasih-Nya yang tiada batasnya bagi kita.

Dalam bacaan Injil, kita mendengar kisah kelahiran Yesus di Bethlehem. Para gembala adalah orang-orang sederhana yang memberi kesaksian tentang kelahiran Yesus di Bethlehem. Mereka saling mengajak satu sama lain untuk pergi ke Bethlehem untuk melihat segala sesuatu yang sudah disabdakan oleh Tuhan. Para gembala sederhana ini mendapatkan Maria dan Yusuf juga sang bayi yang terbaring di palungan. Para gembala bersaksi bahwa apa yang mereka dengar tentang anak itu sungguh-sungguh nyata. Semua orang merasa heran karena perkataan para gembala itu cocok. Bunda Maria mendengar semuanya, dan menyimpan segala perkara ini di dalam hatinya dan merenungkannya secara saksama. Para gembala memuji Allah sebab apa yang mereka dengar dan lihat benar-benar sesuai kenyataan.

Mari kita pergi ke Bethlehem untuk melihat keselamatan kita. Dia telah lahir bagi kita.

PJSDSB

Leave a Reply

Leave a Reply